Damai sejahtera Allah tidak bisa dilepaskan dari karakter. Kalau karakter orang buruk, hatinya busuk, tidak mungkin bisa menikmati damai sejahtera Tuhan. Kita sudah menikmati damai sejahtera Allah, belum? Ayo, kita sama-sama menembus batas. Memang tidak mudah, tapi Roh Kudus akan menuntun kita yang benar-benar serius, yang benar-benar tekun dan mau belajar. “Datang kepada-Ku yang letih lesu dan berbeban berat, Aku beri kamu perhentian.” “Kelegaan” di situ dalam teks aslinya adalah “perhentian.”
“Pikul kuk yang Kupasang, belajar pada-Ku, maka kamu akan beroleh perhentian. Jiwamu mendapat ketenangan,” itu teks aslinya sama: perhentian. Sama dengan kata “sabat; sabaton, anapauso;” perhentian. “Letih lesu dan berbeban berat” itu bukan letih lesu karena sakit yang tidak kunjung sembuh; lajang belum menikah; sudah menikah tapi tidak punya anak. “Letih lesu” di situ bukan berarti banyak utang, belum punya rumah, belum cukup fasilitas. “Letih lesu” di sini tidak terkait langsung mengenai pemenuhan kebutuhan jasmani, melainkan orang yang tidak berhenti memiliki keinginan, hasrat, dan cita-cita, akan dilelahkan oleh hal itu.
Tuhan berkata: “belajar pada-Ku.” Tentu Tuhan tidak berbicara mengenai harta bendani. “Belajar pada-Ku,” belajar apanya dari Tuhan? Lihat, Tuhan Yesus yang mengatakan: “Serigala mempunyai liang, burung mempunyai sarang, Anak Manusia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Dengar Tuhan Yesus yang berkata: “makanan-Ku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” “Belajar pada-Ku; jangan memiliki hasrat, niat, keinginan yang bertentangan dengan apa yang Allah kehendaki.” Ini terkait dengan mematikan hasrat, keinginan, minat, cita-cita dari diri sendiri.
Kalau kita melihat sejarah bangsa Israel keluar dari Mesir ke Kanaan, siapa yang mati? 1 Korintus pasal 10 mengatakan, “mereka di antaranya yang bersungut-sungut.” Mereka mengatakan, “lebih enak dulu, di Mesir. Kita duduk di belanga, ada makanan,” mereka menoleh ke belakang, sampai-sampai Musa dimarahi oleh mereka. Menjadi umat pilihan itu harus rela meninggalkan dunia. Sekalipun kita tidak menjadi orang terhormat di mata manusia, tidak menjadi orang kaya, itu tidak masalah bagi kita. Kalaupun kita punya fasilitas, terhormat, berkedudukan, bergelar tinggi, semua itu bukan sesuatu yang membahagiakan.
Kalau kita bisa menikmati kehadiran Tuhan, kita bisa berkata: “Yesus cukup bagiku.” Jadi, sudah jelas kata firman Tuhan bahwa: ”ada sejumlah orang akan masuk ke tempat perhentian itu, sedangkan mereka yang kepadanya lebih dahulu diberitakan kabar kesukaan itu, tidak masuk karena ketidaktaatan mereka.” Jadi, ada yang masuk tempat perhentian, ada yang tidak masuk tempat perhentian. “Sebab itu pula, Tuhan menetapkan pula suatu hari, yaitu hari ini, ketika Tuhan setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud, seperti dikatakan di atas: pada hari ini jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu.”
Setiap hari Tuhan menuntun kita, karena proses perubahan dari manusia duniawi menjadi manusia rohani itu tidak mudah. Konversinya ini tidak mudah; menuntut atau membutuhkan waktu. Maka jika Tuhan bicara hari ini, jangan keraskan hati kita. Setiap hari ada Firman, setiap hari ada tuntunan Tuhan. Tidak ada satu hari dimana tidak ada tuntunan Tuhan. Tidak ada satu haripun dimana tidak ada lawatan Tuhan yang mengubah kita. Tidak ada satupun kejadian di dalam hidup kita yang tidak ada faedahnya, yang tidak ada kegunaannya atau tidak ada berkatnya.
Bagaimana kita bisa tahu ada faedah, ada kegunaan, ada berkat di situ? Kalau kita melihat segala sesuatu dengan kacamata kekekalan. Karena, ini adalah proyek utama Tuhan yang mau mengantar umat-Nya dari Mesir ke Kanaan. Itu bagi orang Israel. Sedangkan untuk kita, orang percaya, dari Mesir “dunia” ke langit baru bumi baru; Kanaan surgawi. Pasti proyeksinya dan fokusnya pada hal itu. Jadi, tidak ada satupun kejadian dalam hidup kita, yang tidak ada faedah, kegunaan, dan berkatnya. Maka, tidak ada satu hari pun yang tidak ada berkat rohaninya. Tidak ada satu haripun yang tidak ada nasihat Tuhan di dalamnya.
Tuhan mau kita mengalami terobosan itu. Tuhan mau kita mengalami konversi; perubahan dari manusia duniawi, menjadi manusia rohani. Jadi, setiap hari jangan kita lewatkan. Kita bisa mengerti nanti betapa berharganya setiap waktu yang Tuhan berikan. Ketika kita menghadap Tuhan Yang Mahakudus, Tuhan Yang Mahamulia, kesucian-Nya yang luar biasa, keagungan pribadi-Nya yang luar biasa, kita melihat diri kita, jangan sampai kita menyesal. Karena, betapa berharganya setiap menit yang Tuhan berikan kepada kita untuk mengalami perubahan itu.
Tuhan mau kita mengalami konversi; perubahan dari manusia duniawi menjadi manusia rohani.