Skip to content

Menempatkan Tuhan di Depan Mata

Tuhan menghendaki agar kita selalu ada ikatan dengan Dia. Seperti orang tua menginginkan ada ikatan hati dengan anaknya. Di mana pun orang tua berada, anak seperti selalu ada di matanya dan ada di dalam hatinya. Tentu orang tua menginginkan agar anak-anak juga menempatkan orang tua di dalam hatinya dan seakan-akan orang tua selalu di depan matanya. Jika demikian yang diharapkan, anak-anak selain memiliki ikatan hati dengan orang tua, tetapi anak-anak juga bisa selalu melakukan apa yang orang tua inginkan, apa yang orang tua kehendaki. Kalau anak-anak meletakkan orang tua di depan matanya dan di mana pun dia berada selalu menempatkan orang tua di hatinya, maka anak-anak akan mengerti, dan selalu ingat apa yang diinginkan orang tua untuk dilakukan dan hal-hal yang tidak patut untuk dilakukan.

Begitu pula kita dengan Tuhan. Banyak hal dalam hidup ini yang bisa memikat hati kita dan kita bisa menempatkan hal-hal itu di depan mata kita dan di hati kita. Jika demikian, hubungan kita dengan Tuhan pasti tidak harmoni, tidak ideal. Orang yang tidak menempatkan Tuhan di depan matanya, yang tidak menaruh Tuhan di dalam hatinya, pasti hidup ceroboh. Pasti tidak memperhatikan perasaan Allah. Sama seperti anak-anak yang tidak meletakkan orang tua di depan matanya, yang tidak menaruh orang tua di dalam hatinya, maka dia tidak akan ingat apa yang orang tua inginkan untuk dia lakukan. 

Kalau kita meletakkan Allah di depan mata kita dan menempatkan Allah di dalam hati kita, maka kita akan berusaha melakukan apa yang Allah kehendaki. Ingat, keputusan kita yang menentukan. Jadi, apakah seseorang memutuskan tidak menempatkan Tuhan di depan matanya, tidak menempatkan Tuhan di hatinya, Allah tidak memaksa. Dan orang-orang seperti ini pasti hidup ceroboh, tidak memiliki hubungan dengan Allah secara baik atau secara benar. Jadi kalau orang memang tidak menempatkan Tuhan di depan matanya, tidak menaruh Tuhan di hatinya, Roh Kudus tidak bisa pimpin. Dan orang-orang seperti ini pasti meluncur menuju api kekal. Itu mengerikan sekali.

Namun, kalau seseorang menempatkan Tuhan di depan matanya dan dengan sengaja menempatkan Tuhan di dalam hatinya, maka Roh Kudus pasti memimpin orang ini. Roh Kudus akan mengingatkan kepada kita segala sesuatu yang Allah kehendaki untuk kita lakukan dan juga mengingatkan kita apa yang tidak patut kita lakukan, yaitu yang Tuhan tidak kehendaki. Selanjutnya, Tuhan pasti akan memberi kita kepekaan untuk mengerti kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Roh Kudus akan memberikan kepada kita gairah untuk melakukan kehendak Allah. Roh Kudus juga akan membuka mata pengertian kita untuk memahami, mengerti apa yang Allah kehendaki, guna kita lakukan. 

Jadi, ini berita baik untuk kita semua bahwa menjadi orang kudus, orang saleh, orang yang tidak bercacat tidak bercela, peka mendengar suara Tuhan, mengerti kehendak dan rencana Tuhan untuk kita lakukan dan penuhi, semua itu tergantung kita. Jadi bukan spekulasi, bukan gambling, seakan-akan itu karunia dan tergantung sepenuhnya pada Allah. Itu adalah kepastian dan tergantung dari tekad dan usaha setiap kita. Apakah kita sungguh-sungguh mau menempatkan Tuhan di mata kita dan menempatkan atau menaruh Tuhan di hati kita? 

Kita yang harus memetakan hidup kita. Kita harus memilih apakah mau mengarahkan hidup ini kepada Tuhan atau dunia; menuju Kerajaan Surga atau api neraka. Kalau seseorang tidak waspada, tidak berjaga-jaga—istilah yang sering kita dengar, “Yang penting mengalir saja—maka kita pasti menuju kegelapan abadi. Sebab untuk menuju ke kegelapan abadi itu mudah, bahkan bisa otomatis. Dunia akan mengarahkan orang menuju kegelapan abadi. Namun, kalau kita mau mengarahkan hidup kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya, maka kita harus melakukannya dengan sadar dan sengaja. Kita harus memetakan waktu kita untuk bersekutu dengan Allah. Mengisi pikiran kita dengan firman, tidak pergi ke tempat yang tidak patut kita pergi, tidak mendengar dan melihat apa yang tidak patut kita dengar dan lihat. Inilah caranya kita membangun kekudusan dan kesucian yang benar, yang Allah kehendaki. 

Jadi, jangan salahkan Tuhan dan jangan salahkan siapa-siapa. Karena kita tidak akan pernah bisa menyalahkan Tuhan dan siapa-siapa, ketika kita ditolak dari hadapan Allah. Kitalah yang menentukan nasib kita sendiri. Kitalah yang harus memetakan hidup kekal kita, di tengah segala pergumulan dan persoalan hidup. Mari kita arahkan mata kita hanya kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya.

Orang yang tidak menempatkan Tuhan di depan matanya, yang tidak menaruh Tuhan di dalam hatinya, pasti hidup ceroboh.