Skip to content

Menciptakan Waktu 

Mari kita mengambil keputusan yang bulat dan kuat untuk menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup kita. Artinya Tuhan menjadi tujuan hidup kita satu-satunya. Kita hidup karena dan demi Dia. Karena memang kita hidup oleh Dia. Menjadikan Tuhan segalanya, artinya Dialah kebahagiaan kita satu-satunya. Kita bisa hidup tanpa siapa pun, tetapi kita tidak bisa hidup tanpa Tuhan. Menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup, artinya kita mencintai Tuhan lebih dari mencintai siapa pun dan apa pun. Bahkan mestinya kalau kita mencintai, mengasihi sesuatu atau seseorang, itu dasarnya karena kita mencintai Dia. Mencintai Tuhan itu indah sekali. Sebuah petualangan yang paling hebat di dalam hidup ini, kalau seseorang bercinta dengan Tuhan dengan cinta yang benar. 

Yang pernah jatuh cinta, pasti mengerti artinya menjadikan seseorang yang kita cintai sebagai segalanya di dalam hidup. Maka tidak heran kalau orang bisa melakukan apa pun demi cinta, demi orang yang dia cintai. Mengapa kita tidak mengarahkan cinta kita kepada Tuhan, sampai pada level di mana kita menjadikan Tuhan segalanya di dalam hidup kita? Percayalah, kita tidak akan pernah menyesal dengan petualangan hidup bercinta dengan Tuhan. Bercinta dengan dunia itu bisa otomatis, karena kita terkondisi atau dikondisi hidup dalam suasana dunia yang tidak mengenal Allah atau dunia yang tidak mau mengenal Allah. 

Kita hidup di lingkungan di mana manusia hampir semuanya mencintai dunia. Hal mencintai dunia, bercinta dengan dunia, itu bisa otomatis, terkondisi sedemikian rupa, sampai orang menjadikan sesuatu atau seseorang sebagai segalanya. Yang menjadi “segalanya” itu bisa berupa uang, hobi, seseorang, keluarga, jabatan dan lainnya. Terkait dengan ini, Tuhan Yesus mengatakan, “Jika kamu tidak membenci ayahmu, ibumu, saudaramu laki-laki, perempuan, bahkan nyawamu sendiri, engkau tidak layak bagi-Ku,” itu artinya kita harus menjadikan Tuhan segalanya. Kalau orang mencintai istri, suami, anak, orang tua, maka belum tentu dia mencintai Tuhan. 

Cinta yang diberikan kepada seseorang tanpa mencintai Tuhan, itu rentan dan rapuh. Kita tentu telah menyaksikan bagaimana pasangan pria wanita yang begitu menggebu-gebu dalam cinta, mengambil keputusan menjadi pasangan suami istri, namun tidak lebih dari 5 tahun kemudian gugur. Pecah, cerai karena pengkhianatan. Tetapi kalau seseorang mencintai Tuhan, dia pasti mencintai pasangan hidup, orang tua, anak, dan cintanya kokoh. Sebab dia tidak takut terhadap pasangan hidup, anak atau orang tua, tetapi dia takut Tuhan. Anak yang takut dan menghormati orang tua tanpa mengasihi Tuhan, bukan tidak mungkin ada saat ketika dia mengingkari hormat, takut dan cintanya itu karena satu dan lain hal. Bisa karena pasangan hidup, situasi ekonomi dan lainnya.

Jadi, sebelum kesempatan ini berlalu, mari kita belajar untuk mencintai Tuhan lebih dari mencintai siapa pun. Sebab untuk mencintai Tuhan, kita yang harus mengondisi diri kita sendiri. Kalau kita tidak mengondisi diri kita sendiri, kita tidak akan pernah mencintai Tuhan. Kalau kita tidak membuat hati kita membara mencintai Tuhan, kita tidak akan pernah mencintai Tuhan. Kita yang harus menggores hati kita sedalam-dalamnya untuk mencintai Tuhan, sampai tidak bisa menarik cinta itu, dan sampai cinta itu terbenam di dalam hati Tuhan. Karena kita membenamkan cinta-Nya di hati kita. Pengalaman seperti ini tidak bisa dibagikan dengan kata-kata, sebab setiap kita harus mengalami sendiri. 

Kalau kita bercinta dengan Tuhan, yaitu menjadikan Tuhan segalanya di dalam hidup, pasti kita menjadi kekasih Tuhan; kekasih abadi. Tidak mungkin orang yang tidak menjadi kekasih Tuhan di bumi akan menjadi kekasih Tuhan di kekekalan. Tidak mungkin. Orang yang membangun kasih kepada Tuhan di bumi, berarti dia meniti jalan kekekalan menjadi kekasih Allah di keabadian. Dan kalau kita menjadi kekasih Tuhan, maka orang-orang yang kita kasihi pun akan terseret dikasihi Allah. Kita tidak bisa melindungi anak kita 24 jam, sekalipun mereka tinggal serumah dengan kita. Tetapi kalau kita menjadi kekasih Tuhan, maka Tuhan pasti akan mengasihi orang yang kita kasihi. Tanpa kita meminta pertolongan-Nya, Dia mengerti. 

Jangan kita tidak mengambil keputusan dan melangkah. Sebelum hati kita membeku, artinya kita tidak lagi memiliki kelenturan untuk diubah karena sudah terikat dengan dunia, mumpung kita masih bisa membuat hati kita lentur dan mengarahkan parabola hati kita ke surga, lakukanlah mulai saat ini. Jangan menunda. Jangan kita mengatakan “Nanti kalau ada waktu yang baik.” Waktu yang baik bukan dinantikan, melainkan diciptakan. Waktu yang baik, Tuhan sudah sediakan, tinggal kita yang harus meraihnya. Tidak ada orang yang lebih hebat dari seorang yang menjadi kekasih Tuhan. 

Waktu yang baik bukan dinantikan, melainkan diciptakan.