Dunia ini akan berakhir. Namun kenyataannya, masih ada orang Kristen yang terjebak dalam pemikiran orang-orang yang tidak mengenal Allah. Firman Tuhan mengatakan, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua akan ditambahkan kepadamu. Jangan khawatir mengenai apa yang kau makan atau minum atau hal-hal fana, karena itu dicari orang-orang yang tidak mengenal Allah.” Ironis, jika kita terjebak dalam atmosfer berpikir seakan-akan yang namanya hidup itu hanya sekarang; setelah kematian tidak ada kehidupan. Mestinya, kita berpikir kehidupan yang sesungguhnya yang Allah rancang untuk kita, umat pilihan, adalah nanti setelah kematian.
Atmosfer berpikir seperti itu merupakan jebakan, penyesatan. Mengapa masih ada yang berpikir demikian? Ya, karena pengaruh lingkungan, filosofi, cara berpikir dunia yang kita warisi dari orangtua, diserap dari lingkungan, pendidikan, pergaulan, dan dunia yang makin fasik dan ateis. Banyak orang yang pikirannya sudah disesatkan, “Kata mereka: di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.” Orang yang tidak memercayai bahwa Tuhan akan datang kembali atau dunia akan berakhir adalah orang yang tidak memercayai bahwa ada kekekalan.
Maka, mereka mengejek Tuhan dengan perbuatan. Tidak sadarkah kita bahwa kita pun kerap mengejek Tuhan dengan tindakan? Karena prinsip, filosofi hidup yang mencengkeram jiwa kita bahwa seakan-akan kehidupan itu hanya sekarang ini. Sehingga kita tidak mampu meyakini ada kehidupan di balik kematian. Mungkin kita percaya, tetapi percayanya lemah, tidak menguasai, tidak mencengkeram pikiran. Sejatinya, ada pengharapan itu dan kita ingin segera ke sana. Sebagaimana seseorang yang ingin imigrasi ke luar negeri. Melihat kehidupan orang di suatu negara yang begitu nyaman, ada jaminan untuk mereka yang menganggur, anak-anak sekolah tidak membayar, maka ia yakin kehidupan di sana lebih nyaman dari tempatnya.
Pertanyaannya, apakah kita tidak yakin bahwa surga lebih indah daripada bumi ini? Masalahnya, banyak orang tidak yakin betul. Orang kaya atau hebat bagaimanapun, akan berpisah. Maka, persiapkan diri kita untuk kumpul bersama di surga. Apa yang kita bisa capai dan miliki? Sebab akhirnya kita akan berpisah satu dengan yang lain. Pedih sekali. Tetapi kita punya pengharapan: langit baru bumi baru. Tuhan melatih kita untuk memikirkan kekekalan dengan serius. Tetapi kalau kita tidak berubah—walaupun Kristen, mengaku percaya ada surga—ketika di ujung maut, kita tidak akan sanggup memercayai ada surga. Kita akan ketakutan. Maka, jauh-jauh hari kita harus memindahkan hati di surga.
Kita sering lebih mengutamakan hal-hal fana dan segala kesenangan, daripada mencari Tuhan dan belajar Firman-Nya. Perilaku kita tidak menunjukkan bahwa ada Kerajaan Surga, kekekalan, Allah yang hidup yang kepada-Nya kita harus menyerahkan segenap diri. Berarti kita mencemooh atau mengejek Tuhan dengan perbuatan yang tidak serius berurusan dengan Allah yang hidup dan kekekalan. Kita harus minta pimpinan Roh Kudus, agar Tuhan dapat berbicara banyak. Kita jarang mendengar suara Roh Kudus, karena kita tidak mempedulikan suara-Nya. Banyak hal yang kita pikirkan, tetapi kita tidak membuka telinga mendengar suara Roh Kudus.
Kalau kita menyanyi “kuperlu Kau, Tuhan, pegang tanganku,” hanya karena masalah sakit-penyakit, ekonomi, rumah tangga, dibenci orang, masalah hukum. Kenapa kita tidak membawanya untuk masalah kekekalan? Jangan menunggu di ujung maut, ketika kita mau menghembuskan nafas terakhir, baru berkata: “kuperlu Kau, Tuhan, pegang tanganku.” Terlambat! Kita tidak akan mampu menjangkau Allah, karena Allah tidak bisa dijangkau saat itu. Allah sudah tidak memberi kesempatan, seperti Esau yang menukar hak kesulungan dengan semangkuk makanan.
Mari kita persoalkan bukan hal-hal fana dunia, supaya kita berhenti mencemooh Tuhan dengan perbuatan. Tanpa Tuhan dan pimpinan Roh Kudus kita tidak akan bisa serius untuk kekekalan. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, namun jangan sombong. Tuhan pasti memberi penghiburan dan kekuatan, sebab apa yang kita lakukan untuk Tuhan, tetap diingat oleh-Nya.
“Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Tuhan sabar terhadap kamu karena Tuhan menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.” Kalau Tuhan diam, bukan berarti Tuhan lalai, melainkan karena Tuhan tidak ingin seorang pun binasa. Karenanya, selagi ada kesempatan, kita harus berubah.
Ketika kita lebih mengutamakan hal-hal fana dan segala kesenangan daripada mencari Tuhan dan belajar Firman-Nya, sejatinya kita sedang mencemooh Tuhan dengan perbuatan.