Skip to content

Menarik Hadirat Allah

Seseorang tidak bisa memiliki perjumpaan dengan Allah pada waktu berdoa, kalau dalam kehidupan setiap hari tidak ada dalam persekutuan dengan Allah Bapa. Oleh sebab itu, setiap hari kita harus berjuang untuk benar-benar hidup dalam persekutuan dengan Allah. Hidup kita harus benar-benar bersih, artinya hidup dalam kesucian dan tidak terikat dengan percintaan dunia. Hidup dalam kesucian dan terlepas dari percintaan dunia harus diperjuangkan tiada henti sebagai satu-satunya perjuangan. Semakin hari kita harus semakin sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus, dan hati kita harus makin melekat dengan Kerajaan Surga. Semakin seseorang hidup tidak bercela dan semakin melekat dengan Kerajaan Surga, maka semakin ia dapat berjalan dengan Allah atau hidup dalam persekutuan dengan Allah Bapa secara ideal (2Kor. 6:17-18).

Banyak orang dengan mudahnya mengucapkan kalimat doa seakan-akan ia bisa berdialog dengan Allah secara mudah. Padahal belum tentu ia memiliki “sambungan” atau koneksi dengan Allah. Kalau seseorang tidak memiliki hidup dalam persekutuan dengan Allah setiap hari, doanya adalah kalimat munafik, pura-pura atau seperti sebuah sandiwara. Hal ini terjadi dalam kehidupan banyak para aktivis gereja, mereka yang berdiri di mimbar sebagai pengkhotbah dan juga pemimpin-pemimpin gereja. Mereka membangun hidup kekristenan dari pendidikan formal di Sekolah Tinggi Teologi atau seminari, tetapi tidak memiliki perjumpaan yang konkret dengan Allah setiap hari. Biasanya para teolog tersebut menganggap pengalaman pribadi dalam perjumpaan dengan Allah bukan sesuatu yang objektif, bahkan tidak jarang dipandang sebagai subjektivitas yang tidak bisa menjadi landasan iman. Padahal justru mestinya landasan iman kita adalah Firman Tuhan yang dibunyikan di dalam kehidupan secara konkret. Bukan hanya dibunyikan di dalam khotbah dan ditulis di atas kertas.

Dalam hidup ini kita bisa makan enak, jalan-jalan dengan keluarga, menikmati pemandangan alam dan lain sebagainya, tetapi kita tidak boleh terpengaruh oleh indahnya dunia ini. Kita menjalani hidup ini dengan hati yang takut akan Allah dan tetap fokus pada kehidupan yang akan datang di langit baru bumi baru. Kehidupan yang benar seperti ini harus terus kita kembangkan sehingga membangun hubungan yang harmonis dengan Allah. Kita tidak bisa memiliki hubungan yang harmoni waktu kita berdoa kalau setiap hari kita ini tidak hidup benar. Pada level tertentu, ketika kita makin bertumbuh dewasa rohani, kita dapat merasakan perbedaan antara ketika kita hidup dalam persekutuan dengan Allah setiap hari atau tidak, melalui suasana doa yang kita alami pada waktu kita berdoa. Kalau kita hidup dalam persekutuan dengan Allah setiap saat, maka suasana doa menjadi sangat indah. Tetapi ketika kita tidak hidup dalam persekutuan dengan Allah, maka suasana doa terasa hambar.

Kalau dulu ketika masih kanak-kanak rohani kita tidak terlalu merasakan perbedaan suasana doa yang dihasilkan dari kehidupan dalam persekutuan dengan Allah dan tidak hidup dalam persekutuan dengan Allah. Ketika kita belum dewasa suasana doa kita itu sangat ditentukan oleh suasana hati kita secara subjektif. Jadi sangat situasional. Kalau kita lagi ada masalah, kita merasa begitu dekat dengan Tuhan, hati kita mudah pecah dan hati kita mudah terangkat. Tetapi pada waktu kita tidak memiliki masalah, rasanya doa kita hambar. Tetapi ketika kita sudah dewasa, kita menyadari kualitas hidup kita melalui suasana doa yang kita rasakan.

Harus dipahami bahwa kita tidak dapat menarik diri kita ke atas ke hadirat Allah, kalau tiap hari hidup kita tidak hidup dalam persekutuan dengan Allah. Kalau seseorang tidak berjalan dengan Allah, maka sulit menarik hadirat atau kehadiran Allah pada waktu berdoa. Walau kita memaksa diri menyembah sungguh-sungguh, berbahasa roh atau apa pun, tidak akan bisa menarik hadirat Allah. Malah yang ada adalah kemunafikan. Tetapi kalau setiap hari kita menarik hidup kita ke atas, yaitu hidup dalam persekutuan dengan Allah, maka pada waktu kita berdoa kita bisa menghadirkan hadirat Allah.

Teknik-teknik menyanyi, menyembah Tuhan, tidak bisa menarik hadirat Allah pada waktu berdoa, kalau setiap hari tidak hidup melekat dengan Tuhan. Oleh sebab itu, kita harus membenahi diri kita. Ketidaktulusan, kebohongan, kesombongan terselubung, pikiran jorok, memandang lawan jenis yang tidak patut, menghargai barang, kebanggaan dihormati orang, kebanggaan menjadi pemimpin, kebanggaan dipuji, yang adalah “monster-monster” kita yang orang tidak bisa lihat, harus kita matikan. Kualitas hidup kita setiap hari sangat menentukan kualitas suasana hadirat Allah waktu kita berdoa. Bagi seorang pelayan jemaat, persekutuan dengan Allah sangat menentukan kemampuannya memimpin kebaktian doa. Pemimpin yang tidak memiliki kehidupan yang berkualitas setiap hari dan tidak memiliki kehidupan doa yang rutin tidak akan dapat menghadirkan hadirat Allah.