Bukan hanya tubuh kita yang membutuhkan makanan, melainkan manusia rohaniah kita, batin kita, jiwa kita juga membutuhkan makanan; makanan Rohani. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan di Injil Matius 4:4, “Manusia hidup bukan hanya dari roti saja, tetapi juga dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Masalahnya, yang terjadi dalam kehidupan, banyak orang tidak merasakan lapar dan haus di dalam jiwanya. Kalau fisiknya bisa lapar dan selalu dipenuhi dengan makan, tetapi jiwa dan batinnya tidak haus dan lapar. Kalaupun ada kehausan dan kelaparan, maka objeknya pun beda. Objeknya salah. Objeknya adalah tontonan, hiburan, materi, kekayaan dunia, kehormatan, pangkat, gelar, dan lain sebagainya. Manusia di sini menjadi sesat. Dan inilah yang terjadi di dalam kehidupan manusia yang telah kehilangan kemuliaan Allah.
Sebenarnya, Tuhan menciptakan manusia dengan keadaan “terkunci” bahwa manusia tidak bisa memuaskan jiwa, batinnya dengan apa pun selain Tuhan. Jadi, ada kekosongan dalam jiwa manusia, yang hanya dapat diisi oleh Tuhan. Tidak dapat diisi oleh yang lain. Maka manusia yang normal, yang sehat rohaninya, dia akan bisa merasakan kehausan akan Allah, kehausan akan Tuhan. Sekarang ini, sangat sedikit orang yang benar-benar memiliki kehausan akan Allah. Walaupun ia dapat merasakan bahwa jiwanya sebenarnya haus dan lapar akan Tuhan, tetapi dia tidak menyadari bahwa yang bisa memuaskan dahaga jiwanya itu hanya Tuhan. Iblis menawarkan berbagai isian untuk memuaskan dahaga jiwa manusia, dan apa yang ditawarkan Iblis itu menyesatkan. Bukan memperbaiki jiwa, melainkan merusak jiwa.
Seperti yang tertulis di Lukas 4:4-8, ketika itu Yesus dibawa ke tempat tinggi, dan ditunjukkan kekayaan, keindahan dunia ini. Iblis berkata, “Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu.” Kalau Yesus menerima tawaran itu, maka rusaklah jiwa-Nya. Ini juga yang ditawarkan Iblis kepada manusia. Memang tidak secara harfiah manusia menyembah Iblis, tetapi ketika manusia mengingini kekayaan dunia ini, artinya manusia terjebak dalam jebakan kuasa kegelapan. Ini yang banyak terjadi dalam kehidupan manusia. Manusia menjadi haus dan lapar, bukan kepada Tuhan, melainkan kepada objek lain. Selera rohani, selera batin, selera jiwanya telah dirusak.
Ini sama dengan orang yang kecanduan minuman keras, sampai tidak bisa tidak minum alkohol setiap hari. Selera tubuhnya telah disesatkan. Tetapi dia tidak bisa menghilangkan itu, karena sudah terbelenggu, terperangkap dengan selera yang salah. Iblis merusak selera manusia, bukan saja selera tubuh terlebih selera jiwa. Mestinya ditujukan kepada Tuhan, namun ditujukan kepada yang lain: dunia ini. Dan ironisnya, kalau seseorang sudah haus akan objek lain, dia tidak akan bisa haus akan Allah. Tidak bisa dua-duanya. Apalagi kalau orang sudah kecanduan dosa. Tidak mungkin dia haus akan Allah. Ia tidak bisa merindukan Allah. Orang-orang seperti ini tidak bisa menjadi kekasih Tuhan. Padahal mestinya, seperti yang dikatakan dalam 2 Korintus 11:2-4, orang percaya adalah mempelai Tuhan Yesus.
Hatinya harus terikat hanya kepada Tuhan Yesus. Jadi bukan tanpa alasan kalau Paulus berkata, “Aku takut kalau-kalau kamu disesatkan dari kesetiaanmu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdaya oleh ular.” Hawa mau mencapai apa yang seharusnya dia tidak capai. Hawa mengingini, bersama Adam tentunya, sesuatu yang mestinya dia tidak ingini. Dia mau menjadi seperti Allah. Sudah rusak. Gara-gara itu, selera jiwa manusia menjadi rusak. Adam dan Hawa rusak, dan seluruh keturunannya pun menjadi rusak. Karenanya Alkitab berkata, “Karena semua manusia telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (Rm. 3:23).
Mari kita melihat dengan jujur, betapa rusaknya jiwa kita. Kita yang mestinya selalu haus akan Allah, tetapi tidak merasa haus secara proporsional kepada Allah, karena kita mengisi hati kita dengan keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Sekarang kita bisa menggantinya, walaupun ini membutuhkan perjuangan, bahkan harus melakukan perjuangan berat. Kita bisa membelokkan keinginan kita kepada sesuatu yang salah tersebut—keinginan terhadap dosa—lalu kita arahkan kepada Tuhan.
Iblis menawarkan berbagai isian untuk memuaskan dahaga jiwa manusia, dan apa yang ditawarkan Iblis itu menyesatkan.