Hal utama yang harus kita terima dan yakini dengan segenap hati adalah bahwa Tuhan merupakan Pribadi yang memiliki pikiran, perasaan dan kehendak. Kita harus memahami bahwa Allah memiliki kehendak yang harus dilakukan setiap saat dan dalam segala hal. Selain itu, Allah juga memiliki rencana. Rencana itu bisa meliputi dua area. Pertama, rencana Allah secara umum, yaitu rencana Allah sejak semula untuk membangun Kerajaan dan keluarga Allah. Artinya, setiap anak-anak Allah harus terlibat di dalam rencana besar Allah. Kedua, rencana Allah secara khusus, yaitu rencana atas setiap individu orang percaya yang sangat spesifik. Dalam hal ini setiap orang menanggung rencana Allah yang khusus dan istimewa. Tidak ada orang yang memiliki rencana khusus yang sama.
Terkait dengan kehidupan orang percaya sebagai anak-anak Bapa yang dipanggil untuk menghadirkan Kerajaan Allah dan mewujudkan kehendak-Nya dalam hidup ini, Tuhan sangat reaktif dan responsif terhadap segala sesuatu yang kita lakukan, yaitu semua yang kita pikirkan, ucapkan dan lakukan. Reaksi dan respons Tuhan terhadap kehidupan umat pilihan berbeda dengan kehidupan mereka yang bukan umat pilihan. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu: pertama, karena kita anak-anak Allah, kedua karena kita harus menghadirkan Kerajaan Allah dan mewujudkan kehendak-Nya. Dalam hal ini kehidupan orang percaya tidaklah diatur oleh hukum-hukum yang tertulis seperti agama pada umumnya. Tetapi diatur oleh kehendak Allah.
Memperlakukan Allah sebagai Pribadi yang hidup dan berperasaan sekilas kelihatannya sederhana, tetapi sebenarnya sangat kompleks, sebab orang percaya tidak boleh memiliki wilayah sendiri. Semua wilayah adalah wilayah di mana umat pilihan Allah berurusan dengan Allah. Roma 8:28 mengindikasikan hal ini dengan sangat jelas, bahwa Allah berurusan dengan orang percaya dalam segala hal. Kenyataan yang tidak bisa dibantah bahwa Tuhan tidak kelihatan, sering seperti tidak ada, seakan-akan Ia ada di tempat yang tidak dapat disentuh dan dijangkau. Mengapa banyak orang tidak menangkap reaksi dan respons Tuhan atas segala sesuatu yang kita lakukan? Karena tidak memiliki kepekaan menangkapnya. Hal ini disebabkan ketertarikan seseorang terhadap sesuatu atau seseorang lebih besar dari ketertarikan terhadap Tuhan dan Kerajaan-Nya. Untuk bisa menangkap kehadiran Allah secara maksimal, seseorang harus hanya memiliki satu dunia; Tuhan dan Kerajaan-Nya. Tuhan absolut, kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan.
Sesungguhnya, mengakui bahwa Tuhan itu ada dan hidup serta memperlakukan Dia sebagai Pribadi yang hidup, yang berperasaan, reaktif dan responsif bukanlah sesuatu yang mudah. Pada kenyataannya, banyak orang yang tidak memperlakukan Dia secara benar. Banyak orang menggerakkan hidupnya dari apa yang dipikirkan, diucapkan dan dilakukan seakan-akan Tuhan tidak ada. Hal ini disebabkan ia tidak mengerti maksud “mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.” Bagi orang-orang Kristen yang aktif bergereja, aktivis bahkan pendeta, Tuhan hanya menjadi wacana percakapan, tetapi tidak menjadi Pribadi yang hidup yang mencengkeram hidupnya. Hal ini tidak berbeda dengan banyak orang beragama lain.
Tanpa disadari, Tuhan menjadi seperti sebuah sistem yang hanya dipercakapkan, tetapi tidak dihadapi dan diperlakukan secara riil. Bagi orang beragama, sistem yang dimaksud adalah hukum-hukum agamanya. Sebab bagi mereka, yang penting sudah melakukannya; di luar itu Tuhan tidak ada urusan lagi. Berbeda dengan orang percaya yang harus berurusan dengan Tuhan dalam segala hal. Dalam hal ini, tidak ada wilayah kehidupan yang bebas dari sorotan Tuhan. Tidak ada satu hal pun yang Tuhan tidak ikut mempersoalkannya. Maka, kita harus mau mengerti bagaimana memperlakukan Tuhan secara benar.
Ketika seseorang menjadi umat pilihan, maka ia harus terus belajar menempatkan Tuhan sebagai pusat, artinya: pertama, ia harus menjadikan Tuhan sebagai tujuan, arti atau makna dan nilai kehidupan. Sebab tanpa Tuhan berarti hidup ini tidak mempunyai tujuan, tidak berarti, tidak bermakna dan tidak bernilai sama sekali. Kedua, hidup ini hanya untuk memuaskan hati Tuhan dan melakukan kehendak-Nya semata-mata. Tidak ada sesuatu apa pun yang menjadi pusat kehidupan ini. Inilah tujuan Tuhan menciptakan manusia. Namun, manusia yang materialistis menempatkan harta sebagai pusat kehidupan. Demikian juga dengan orang yang gila hormat, ia akan menempatkan kehormatan sebagai pusat hidupnya. Orang beragama menjadikan hukum dan ritual sebagai pusat hidupnya.
Orang yang menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupannya akan berkata seperti Tuhan Yesus berkata: Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh. 4:34). Inilah yang namanya hidup bagi Tuhan. Inti dari hidup bagi Tuhan adalah berusaha mengerti kehendak Tuhan dan melakukan kehendak-Nya. Hidup seperti ini adalah kehidupan orang yang kehilangan nyawanya (Mat. 10:39). Ia tidak memiliki keinginan apa pun dalam hidup ini kecuali melakukan kehendak Bapa. Segala sesuatu yang diingini dan dilakukan untuk kepentingan Tuhan semata-mata. Tidak ada orang yang lebih kaya dari orang-orang seperti ini. Inilah yang dimaksud dengan mengumpulkan harta di surga.
Seseorang dikatakan memperlakukan Tuhan secara benar ketika ia berusaha mengerti kehendak Tuhan dan melakukan kehendak-Nya.