Kalau kita benar-benar bisa mewujudkan apa yang kita nyatakan dalam syair lagu: “setiap tarikan nafasku, setiap detak jantungku, setiap denyutan nadi” benar-benar untuk Tuhan, kita menjadi seperti instrumen musik yang benar-benar menyenangkan hati Tuhan, menjadi penghiburan bagi Tuhan. Seperti Ayub di tengah-tengah manusia yang jahat pada zaman purba yang segala perbuatannya memilukan hati Allah, tetapi ada orang seperti Ayub yang menjadi keharuman di hadapan Tuhan. Demikian pula kita, di tengah-tengah dunia yang jahat. Di antara manusia yang jahat, masih ditemukan orang-orang yang setiap tarikan nafas, detak jantung, dan denyut nadinya benar-benar bisa dipersembahkan untuk Tuhan, melakukan kehendak Tuhan.
Kalau setiap hari hidup kita melakukan kehendak Bapa, itu menjadi keharuman di hadapan Allah, simfoni yang indah, dan menjadi penghiburan bagi Tuhan. Ayub disebut anak penghiburan. Ternyata, bukan hanya penghiburan untuk manusia saja, tetapi juga untuk Allah. Tuhan memberi kita kesempatan; diizinkan-Nya kesempatan atau dibiarkan-Nya kesempatan kita berbuat salah. Ada peluang-peluang dimana kita bisa memuaskan keinginan, ambisi dan nafsu-nafsu kita. Ada peluang, kesempatan, dan sarana untuk itu. Itu kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk menyenangkan Dia. Untuk membuktikan bahwa kita mencintai Tuhan.
Ketika kita menolak perbuatan-perbuatan yang Tuhan tidak kehendaki, satu kali, dua kali, tiga kali, maka kita membunuh kodrat dosa. Dan kita menghidupkan kodrat ilahi, menghidupkan karakter Allah. Jadi kelemahan kita apa, di situ Tuhan memberi peluang untuk dipuaskan. Jadi, jangan berharap kita tidak memiliki kesempatan berbuat dosa. Tuhan yang memberi kesempatan, mengizinkan atau membiarkan. Kita tidak bisa berkata: “Aku sebenarnya mau sabar, tetapi orang di sekitarku yang membuatku marah.” Justru memang orang di sekitar kita yang membuat kita marah. Kalau kita tidak marah, kita bisa mengendalikan emosi. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam kali, maka kita membunuh karakter dosa dan menghidupkan karakter ilahi. Kita memiliki kesempatan untuk berbuat dosa, dan biasanya setan akan berkata: “kali ini, kali ini saja, ini yang terakhir.”
Jangan sekali-kali bicara “ini yang terakhir,” karena tidak pernah menjadi yang terakhir. Kita harus berkata “tidak.” Hal ini membuat kita bisa memberikan korban yang berbau harum. Ketika daging, nafsu, ambisi dan ego kita disalibkan, itu membawa keharuman di hadapan Allah. Kita harus merindukan kehidupan yang berbau harum. Banyak masalah yang belum selesai, banyak kebutuhan yang belum terpenuhi tetapi jangan terjebak di dalam persoalan-persoalan yang memang tidak akan pernah habis.
Kebutuhan juga tidak akan pernah habis; selalu ada yang dirasa sebagai kebutuhan. Tetapi kita harus bisa mengatakan “Yesus cukup bagiku. Yang penting bagaimana aku menjadi keharuman bagi Dia, menjadi simfoni yang indah.” Yang kedua, kita akan diberi kesempatan Tuhan untuk menolong Lazarus-Lazarus. Pasti ada Lazarus-Lazarus yang Tuhan kirim. Belas kasihan seperti ini harus kita miliki; belas kasihan Tuhan. Maka kita bisa minta hati seperti hati yang dimiliki oleh Tuhan.
Tuhan akan memberi kita kesempatan bertemu dengan Lazarus-Lazarus yang mengganggu hidup kita, yang merepotkan kita. Lazarus-Lazarus adalah kesempatan kita mengumpulkan harta di surga untuk berprestasi di kekekalan. Di Matius pasal 25, Tuhan Yesus berkata bahwa apa yang kita lakukan untuk saudara kita yang membutuhkan pertolongan, itu diperhitungkan sebagai tindakan kita untuk Tuhan sendiri. Hati kita akan dipuaskan ketika mengulurkan tangan untuk Lazarus. Kalau dulu kita merasa diganggu, direpotkan, tetapi suatu saat sampai tingkat tertentu, kita merasa puas, sukacita dan bahagia, ketika mengulurkan tangan untuk Lazarus-Lazarus yang Tuhan kirim.
Dan ketika kita bertumbuh di dalam perasaan Tuhan seperti itu, perasaan Tuhan akan tersentuh. “Siapa yang memakai perasaan-Ku ini?” Ternyata kita. Percayalah, itu menjadi penghiburan di hati Tuhan. Memang kita tidak bisa menolong semua orang. Tentu harus berhati-hati terhadap orang yang mau memanfaatkan kemurahan hati kita, tetapi merusak hidupnya. Roh Kudus akan menolong kita bagaimana sepatutnya menolong orang. Tetapi yang penting adalah bagaimana kita mengenakan, menerjemahkan perasaan Tuhan di dalam diri kita, sampai Tuhan merasa, “siapa yang pakai perasaan-Ku ini?” Frekuensinya sama. Dan Tuhan senang ada orang yang masih mau mengenakan perasaan-Nya.
Tidak mungkin kita tidak memiliki sesuatu yang bisa dibagikan. Sesusah, seminim, semiskin apa pun, pasti ada yang bisa kita pecahkan bagi orang lain. Pasti ada yang bisa kita curahkan bagi orang lain, sekecil apa pun. Di sini yang penting bukan jumlahnya, tetapi bagaimana perasaan Tuhan dimanifestasikan, dikenakan, diterjemahkan di dalam diri kita. Maka, tidak bisa terpisah dari kesucian hidup. Orang yang tidak memiliki kesucian hidup, tidak mungkin bisa memiliki perasaan Tuhan. Kalaupun kelihatannya dia murah hati, memberi, itu bukan karena tangan Tuhan yang terulur, tetapi tangannya sendiri dengan 1001 motivasi. Tetapi kalau kita hidup di dalam kesucian Tuhan dan benar-benar mau mengenakan perasaan Tuhan, pasti kita bisa memiliki perasaan-Nya.
Orang yang tidak memiliki kesucian hidup, tidak mungkin bisa memiliki perasaan Tuhan.