Masa penuaian dunia ini sudah pasti akan berlanjut pada masa penampian. Kalau firman berkata, “Yang jahat bertambah jahat, yang fasik berlaku fasik, tetapi yang kudus makin kudus atau makin disucikan,” sebenarnya ayat itu berbicara mengenai penampian. Daniel 12:10, “Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji. Tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik, tidak seorang pun dari orang fasik itu akan memahaminya. Tetapi orang-orang bijaksana akan memahaminya.” Dengan kalimat lain, ada proses pematangan atau penyempurnaan di mana yang kudus bertambah kudus, yang suci semakin dimurnikan dan diuji, dimatangkan, didewasakan, dimurnikan kesuciannya. Tetapi di lain pihak, kejahatan juga dimatangkan, semakin memuncak.
Kita harus memilih di kutub mana, Timur atau Barat? Kita tidak bisa ada di tengah. Kalau di tengah, berarti kita pasti di kutub yang salah atau terseret di kutub yang salah. Dunia terkondisi di mana seseorang tidak bisa bersikap netral; harus menentukan sikap. Tentu tidak ada orang yang mau rusak dan masuk neraka, tidak ada orang yang berniat secara sadar mau jadi jahat, kecuali kalau memang sudah menjadi jahat dan habitatnya demikian, maka dia akan menjadi jahat. Tidak ada orang yang berniat atau bermaksud mau hancur. Tetapi kalau kita tidak memilih, kita akan hancur, rusak, terseret di kutub yang salah, terseret di pihak yang salah atau arah yang salah. Jadi, kita harus menentukan sikap.
Yang menentukan sikap hidup suci atau hidup benar ke arah Tuhan pun tidak mudah. Yang bermaksud atau berniat hidup suci, menaati firman Tuhan, menyenangkan Tuhan, pulang ke surga, berkemas-kemas, itu pun tidak dengan mudahnya dia ada di kutub yang benar. Ada kekuatan yang menarik orang-orang benar untuk tidak hidup benar. Ada tarikan-tarikan terhadap orang yang berniat ada di pihak Tuhan, sehingga di arah yang benar pun, ia tidak menuju ke arah yang benar. Di situlah terjadi perjuangan. Kalau yang sungguh-sungguh, mau nekat, fanatik, dan ekstrem bagi Tuhan, pasti masih bisa tertarik atau bertahan di kutub yang benar.
Jadi, hidup ini adalah pergumulan dan perjuangan yang benar-benar berat. Perjuangan berat bukanlah dalam mencari uang atau aktivitas bisnis, bukan pula pada menjaga kesehatan, atau berbagai kegiatan lain. Kesulitannya terletak pada bagaimana kita tetap mempertahankan integritas memilih Tuhan sebagai pilihan kita satu-satunya, menyembah Tuhan, berjalan dengan Tuhan, hidup di hadirat-Nya dalam kekudusan dan kesucian, hidup di dalam kehendak dan rencana Allah; ini yang tersulit.
Tetapi, mari kita memilih Tuhan selagi kita masih memiliki napas dan kesempatan. Hal ini harus tetap kita pertahankan konsistensinya, yang akhirnya akan menjadi irama kita untuk hidup dalam pengabdian dan pelayanan kepada Tuhan. Namun, kita tidak akan dimengerti oleh mereka yang tidak ada di kutub ini. Mereka memandang kita sebagai ekstrem, fanatik, berlebihan, korban indoktrinasi gereja, intimidasi pendeta, dan lain sebagainya. Tentu kita tidak perlu membalas intimidasi atau bullying dari mereka. Kita harus terus memeriksa diri, apakah kita benar-benar berkeadaan berkenan di hadapan Allah.
Kita berurusan dan berperkara dengan diri kita sendiri agar kita benar-benar memiliki ketulusan dan kemurnian di dalam mencintai dan mengabdi kepada Tuhan, serta dalam menghormati dan menyembah kepada Tuhan. Karena semua telanjang dan terbuka di hadapan Allah semesta alam. Kita suarakan kepada orang lain, kita suarakan juga kepada diri kita sendiri, “Ayo, mencari Tuhan!” Di dunia yang terkondisi mematangkan kejahatan atau kekudusan, kita harus tetap memilih berada di kutub yang benar.
Media sosial juga menjadi salah satu sarana untuk pengujian, apakah seseorang mau dimatangkan dalam kekudusan atau dimatangkan dalam kejahatan. Media sosial terbuka selebar-lebarnya. Orang bisa mengemukakan hati, pikiran, perasaan, mengucapkan kata-kata sindiran dan lain sebagainya, dan di situ kita belajar menguasai diri. Jaga mulut dan jari-jari kita agar tidak menulis sesuatu yang tidak patut. Roh Kudus yang harus pimpin kita.
Di pergaulan juga dikondisi, apakah kita memilih kekudusan atau kita memilih kejahatan. Kita melihat di pergaulan, di lingkungan kantor, di media sosial, bahkan di lingkungan gereja, banyak orang dikondisi untuk munafik. Tapi kita memilih untuk tulus. Kita pernah melewati hari-hari atau tahun-tahun di mana kita kurang kudus, tapi sekarang kita mau kudus. Ayo, kita tidak menoleh ke belakang. Kita menatap ke depan, menuju langit baru bumi baru. Jangan kita ribut untuk hal-hal yang tidak prinsip, tapi kita mau memperkarakan hal-hal yang prinsip, yaitu kekudusan, kesucian, kekekalan, langit baru dan bumi baru. Demikianlah kehendak Tuhan.