Skip to content

Memikul Salib

Saudaraku,

Selama ini kalau kita memandang salib Tuhan Yesus di bukit Golgota, pikiran kita hanya ditujukan kepada pengurbanan-Nya yang menebus kita dari dosa, sehingga kita dapat menjadi milik Allah dan diselamatkan. Kadang-kadang disertai dengan perasaan sentimentil, sedih merenungkan penderitaan-Nya yang hebat. Puaskah Tuhan dengan sikap kita itu? Mestinya ketika seorang Kristen semakin dewasa, ia harus menemukan bahwa salib memancarkan tantangan berat yang harus disikapi atau harus ditindaklanjuti secara nyata. Sebenarnya salib juga menunjukkan bahwa kehidupan manusia dengan pola dan gayanya, harus diakhiri. Salib di bukit Kalvari juga membawa pesan bahwa Allah berkenan memberikan hidup baru bagi mereka yang bersedia mengikuti jejak Tuhan Yesus.

Bila tidak memahami tantangan tersebut dan tidak bersedia mengikuti jejak Tuhan Yesus, maka kuasa salib menjadi sia-sia. Kuasa salib di sini maksudnya adalah maksud dan tujuan salib diadakan. Namun faktanya, banyak orang Kristen yang percaya bahwa salib tidak memiliki kehidupan yang istimewa yang dibawa oleh Tuhan Yesus. Mereka belum memiliki kehidupan yang berdamai dengan Allah, belum bersekutu dan belum menjadi sahabat dan anak-anak Allah yang benar. Padahal, inilah hidup baru yang dikehendaki oleh Allah untuk dimiliki orang percaya, sebuah kehidupan yang berkualitas. Itulah sebabnya Tuhan Yesus  selalu menyatakan bahwa setiap orang yang mau mengikut Dia harus menyangkal diri dan memikul salib. Tidak ada orang yang mengaku Kristen yang bisa tidak menyangkal diri dan tidak memikul salib. Itulah sebabnya kekristenan sebenarnya bukanlah agama untuk kebanyakan orang (Luk. 13:23-24).

Dalam tulisannya, Paulus mengatakan bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa (Rm. 6:6). Penyaliban diri dimaksudkan agar dosa tidak berkuasa atas tubuh kita yang fana ini. Pengalaman hidup seperti ini terus terang jarang dialami oleh orang Kristen, sebab mereka memandang terlalu mahal harganya atau terlalu sulit untuk dilakukan. Tetapi justru inilah keunggulan anak-anak Allah. Jadi, orang percaya bukan saja harus melakukan hukum-hukum Tuhan, melainkan juga melakukan segala sesuatu yang Tuhan inginkan. Jika tidak demikian, berarti seseorang menjadi hamba dosa.

Saudaraku,

Untuk ini dibutuhkan kesungguhan dan keberanian untuk menjadi hamba Tuhan. Untuk ini pula kita harus merasa sebagai orang yang dieksekusi hukuman salib supaya kita masuk proses penyaliban. Memikul salib bukan sesuatu yang enak atau mudah dilakukan. Mematikan keinginan daging dimana ada natur dosa adalah proses yang paling sulit dalam kehidupan orang percaya dan hampir mustahil dilakukan. Banyak mereka yang  menghindarinya, bahkan berusaha menjauh. Mereka merasa memiliki hak untuk mengatur hidupnya sesuai dengan selera dan keinginannya sendiri.

Salib bagi mereka adalah ancaman kebahagiaan atau dipandangnya sebagai pola hidup tidak normal. Tetapi bagi yang mengerti kebenaran, salib adalah jalan kehidupan. Salib mengandung kekayaan yang tidak terhingga. Salib adalah alat transaksi menerima kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus (Rm. 8:17). Tidak ada kehidupan dan kemuliaan tanpa kematian. Tidak ada kekristenan sejati tanpa salib. Kehidupan kekristenan tanpa salib adalah kepalsuan. Inilah kekristenan produk Iblis yang menipu banyak orang, tetapi laku keras di pasaran.

Sejujurnya, tidak ada orang yang selalu berhasil dalam proses menyangkal diri dan memikul salib. Kadang-kadang atau bahkan sering seseorang meletakkan salibnya dan menikmati keinginan daging dengan segala keindahannya seperti anak-anak dunia menikmatinya. Pada waktu itu proses penyaliban daging terhambat, bahkan berhenti. Kalau Tuhan memberikan pukulan atau dengan berbagai cara mengingatkan kita untuk kembali ke jalan salib, kita tidak boleh mengabaikannya. Sebab kalau kita tidak memedulikannya, maka bisa tidak akan ada peringatan lagi. Ini berarti kerugian yang tiada tara.

Jika kesempatan memikul salib berlalu, berarti kesempatan untuk menerima keselamatan juga hilang. Sebab salib merupakan cara Allah mengajarkan bagaimana mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Flp. 2:12);  yaitu bagaimana seseorang memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Kalau Tuhan Yesus mengalami penyaliban secara fisik, orang percaya harus menyalibkan natur dosanya (Ibr. 12:2-4). Itulah sebabnya kekristenan tidak boleh menjadi sekadar sambilan dalam kehidupan ini. Kekristenan harus menjadi seluruh kehidupan kita. Kita harus rela memiliki kehidupan yang disita untuk belajar memikul salib.

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono

Tidak ada orang yang mengaku Kristen yang bisa tidak menyangkal diri dan tidak memikul salib.