Kalau boleh jujur, berapa banyak di antara kita yang bisa mengatakan, “aku bahagia dengan hidupku. Aku bahagia dengan rumah tanggaku, aku bahagia dengan pekerjaanku. Aku bahagia dengan ekonomiku?” Tidak banyak juga. Tetapi apa pun keadaan kita, siapa pun dan bagaimanapun pasangan hidup kita, keadaan ekonomi, pekerjaan atau apa pun, jangan itu mengganggu kita. Tidak sedikit wanita berkata, “saya pikir dia pendekar, ternyata penjahat.” “Saya pikir dia bidadari, ternyata bukan,” ini kata sang pria. Ada yang makin hari, makin tidak harmonis dalam berumah tangga.
Materi tidak bisa membunuh kita, tetapi bisa menguasai kita. Akhirnya, kita terbunuh karenanya. Oleh sebab itu, kita harus “membunuh” materi. Alkitab mengatakan: “ikatlah persahabatan dengan mempergunakan mamon.” Bukan “bersahabat dengan mamon,” tetapi mempergunakan mamon. Kuasai mamon, perbudaklah mamon untuk menjadi alat kita bersahabat dengan Tuhan. Hidup tidak pernah nyaman. Hidup ini tragis. Sejak manusia jatuh dalam dosa kemudian bumi terhukum, menumbuhkan onak dan duri, manusia dengan jerih lelah akan mencari nafkah, dan akhirnya kembali kepada debu.
Hidup ini tragis, dan ujungnya akan berakhir dengan kematian. Selama kita hidup, yang ditunggu hanya masalah, makin tua, sakit, lalu mati. Walaupun hidup ini tragis, tetapi kita harus berpikir optimis. Optimis kita bukan di dunia tetapi di balik langit biru. Selama hidup di dunia, manusia tidak akan pernah nyaman dan puas. Kita bisa memperhatikan, orang-orang yang bercerai memiliki 1001 alasan. Istri tidak bisa melayani, suami bersikap kasar, dan lain sebagainya.
Manusia tidak akan pernah merasa nyaman, karena kekosongan jiwa kita tidak bisa diisi oleh siapapun dan apa pun selain Tuhan. Jangan sampai setan menipu kita. Setan membuat kita tidak nyaman dengan berbagai penipuan dalam pikiran kita dan pengaruh dunia sekitar kita. Apa pun keadaan kita hari ini, siapa pun dan bagaimanapun pasanganmu, cintai dan kasihanilah dia. Kalau sudah tidak bisa mencintai secara libido, kita bisa mengasihani, berbelaskasihan, dan itu lebih dari cinta secara seks.
Mungkin pasangan sudah tidak bisa melayani secara seks, tetapi kalau berbelaskasihan, kita bisa menerima dia, dan tetap bisa berkata: “aku tidak bisa hidup tanpamu.” Kita harus memiliki sikap dan cara berpikir yang benar. Dalam hidup ini, tidak ada kenyamanan. Yang bisa membahagiakan kita sesungguhnya hanya Tuhan. Ini prinsip penting. Tetapi berapa banyak orang yang betul-betul tune dengan Tuhan; memiliki hubungan dengan Tuhan? Orang Kristen harus punya frekuensi yang berbeda dengan orang di luar Kristen, karena kita adalah anak-anak Allah yang bisa bersekutu dengan-Nya; Allah diam di dalam kita, kita diam di dalam Dia.
Ini luar biasa dan harus kita cari. Bukan hanya orang-orang tua yang serius akan hal ini. Orang-orang muda pun juga harus serius. Kalau tidak, dunia akan menggilas, mencengkeram, dan membuat kita terhilang selamanya. Kita persoalkan sekarang, apa Tuhan nyaman di dalam kita? Waktu dilukai orang, kita berkata: “ya, tidak apa-apa. Mungkin dia tidak tahu apa yang dia perbuat,” maka Tuhan merasa nyaman. Tetapi kalau kita bereaksi dengan perkataan kasar, Tuhan tidak nyaman.
Kebencian dalam pikiran harus ditanggalkan. Kita mau membuat Roh Kudus nyaman di dalam diri kita. Jaga perkataan dan pikiran kita karena Tuhan mau bersama kita. Hanya orang-orang yang membuat Tuhan nyaman, akan dibawa ke Kerajaan Surga. Kita rugi apa menuruti Firman ini? Tidak ada ruginya. Bahkan ekstremnya, seandainya Tuhan tidak ada, surga tidak ada, kita menjadi orang baik, apa ruginya? Tetapi kita akan bertemu Tuhan karena Tuhan pasti ada; surga, neraka juga ada. Kalau tidak menjaga kesucian hidup, kita celaka.
Kita harus serius sejak hidup di dunia ini, yaitu takut akan Allah. Jaga perasaan Tuhan. Kita bisa menjaga perasaan tamu, orang terhormat dengan menjaga perkataan. Kita bisa menghormati orang, lalu kenapa untuk Tuhan, kita tidak menghormati? Dia Mahahadir. Dia bukan hanya tahu apa yang kelihatan, tetapi melihat yang tidak terlihat dalam hati kita. Sikap hati, cara berpikir, renungan hati kita. Maka, kita harus serius berurusan dengan Tuhan.
Penyesatan yang terjadi ketika agama dimodifikasi ialah yang penting sudah datang ke tempat yang dianggap ada Tuhan di situ, lalu memberikan persembahan. Apakah kurban tertentu atau uang. Bagi orang Kristen, dengan memberi kolekte, bernyanyi memuji Tuhan, dianggap sudah cukup. Tidak demikian. Ibadah itu seluruh waktu kita, sehingga hidup kita dari setiap kerling mata, senyum, renungan hati, pikiran kita, menjadi seperti orkestra yang indah yang didengar oleh Tuhan. Roh Kudus pasti menolong kita, bagaimana kita bisa menjaga perasaan Tuhan dengan mengasihi orang di sekitar kita. Hal itu akan menjadi catatan abadi di hadapan Allah.
Hanya orang-orang yang membuat Tuhan nyaman, yang akan dibawa ke Kerajaan Surga.