Skip to content

Membersihkan Lantai Hati

Kita sering mengucapkan kalimat “berkemas-kemas,” tetapi sejujurnya, kita sering tidak atau belum dalam suasana hati sedang di dalam perjalanan. Ini yang membuat kita tidak memiliki pertumbuhan rohani yang mestinya kita alami. Ibrani 12 mengingatkan bahwa ada perlombaan yang diwajibkan bagi kita, namun perlombaan tersebut akan kita jalani dengan baik kalau kita melepaskan beban dan dosa. Maka, jika kita tidak sungguh-sungguh dalam penghayatan bahwa kita ada dalam perjalanan, pasti kita tidak sungguh-sungguh melepaskan beban dan dosa. Mestinya tidak ada satu hari pun kita tidak melepaskan beban dan dosa. Pasti ada beban dan dosa yang kita harus tanggalkan.

Mungkin saat ini belum terwujud dalam perbuatan, tetapi menjadi potensi di dalam daging kita atau dalam jiwa kita, dan kita tidak menyadari hal tersebut. Kita merasa berkeadaan baik-baik, walau beban masih melekat di dalam jiwa kita. Padahal kalau dosa, dalam arti kodrat, masih melekat di dalam hati kita, maka tidak mungkin kita bisa masuk surga dengan keadaan yang berkenan di hadapan Tuhan. Ironis, kita merasa sudah melepaskan semua beban, padahal ternyata belum. Kita hanya belum punya kesempatan meraihnya, bahkan kita menyembunyikan segala keinginan kita di bawah sadar. Selain tidak ada kesempatan, kita juga memendamkannya tanpa kita sadari. Itu beban. Kalau kita serius sedang ada dalam perjalanan menuju Kanaan Surgawi, berarti kita harus selalu membersihkan lantai hati kita, membersihkan ruangan hati kita. 

Jangan tersisa keinginan apa pun, supaya kita bisa berkata seperti pemazmur berkata, “Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini …” Sampai kemudian ada jeritan di dalam hati kita, “Buat aku sungguh-sungguh bisa menghayati bahwa engkau lebih dari nafas dan darahku. Buat aku bisa benar-benar menghayati bahwa Engkau kubutuhkan lebih dari nafas dan darahku,” tetapi itu tidak mudah. Apakah benar kita mengucapkan ini dengan ketulusan? Karena, sejujurnya, kita sering bersandiwara. Kita tidak sadar bahwa kita tidak di dalam ketulusan. Lalu, apa yang kita harus lakukan? 

Jika Tuhan memberi kita kasih karunia anugerah, kita mau menjadi komunitas kelompok orang-orang yang benar-benar sedang bergerak menuju langit baru bumi baru. Sampai orang bisa melihat gerakan kita bahwa kita sedang menuju satu arah dan kita memenuhi yang dikatakan firman Tuhan, “Mereka melihat perbuatanmu. Kota yang terletak di atas bukit mustahil tersembunyi.” Kita memilih pulang ke surga. Kita memilih bergerak. Kalau hamba Tuhan tidak move, dia tidak pernah menjadi rohani. Mau cara bagaimana, dia tidak akan bisa rohani. Akhirnya, pelayanan menjadi aktivitas yang di dalamnya orang menikmati kesenangan.

Tahukah ketika Tuhan Yesus berkata di Matius 6:21, “Di mana hartamu berada, di situ hatimu berada,” secara implisit, Tuhan Yesus mau berkata, “Bergeraklah, pindahkan hatimu.” Didahului dengan kalimat, “Jangan mengumpulkan harta di bumi, kumpulkan harta di surga.” Banyak pelayanan tidak sungguh-sungguh mengarahkan jemaat ke Kanaan Surgawi. Tidak ada pesan, tidak ada kesan, tidak ada inspirasi yang jelas bahwa gembalanya, pimpinannya sedang move (bergerak) menuju langit baru bumi baru. Betapa mengerikan kalau dunia ini berakhir lalu kita tidak diperkenankan masuk ke dalam Kerajaan Surga, terpisah dari Allah. Betapa mengerikan itu. Karenanya, kita harus sungguh-sungguh bebenah diri, berkemas-kemas dengan benar. Menanggalkan beban dan dosa, artinya lantai hati kita harus dibersihkan.

Perjalanan hidup merupakan sekolah untuk sungguh-sungguh kita bisa memiliki batin yang bersih, yang berkenan. Sehingga kita bukan hanya cakap menyuarakan kata langit baru bumi baru, namun kita benar-benar bergerak menuju ke sana. Dan kita harus menyadarkan orang-orang betapa dahsyatnya kekekalan itu. Karena begitu dahsyatnya kekekalan, maka persiapan untuk kekekalan harus dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam. Dan tidak berlebihan kalau kita mengatakan itu adalah satu-satunya kesibukan kita, yaitu bagaimana kita didapati Tuhan berkenan dan layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Sehingga setiap kali kita mengucapkan kata yang salah, kita ratapi. Bukan hanya perbuatan dosa yang najis, yang dikutuk masyarakat, dan melanggar hukum yang tertulis, namun setiap gerak pikiran dan perasaan kita yang mulai menyimpang, kita ratapi.

Kalau kita serius sedang ada dalam perjalanan menuju Kanaan Surgawi, maka kita harus selalu membersihkan lantai hati kita.