Kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri, tetapi sebaliknya, kita bisa membinasakan diri kita sendiri. Maksudnya, sebagai keturunan dari Adam dan Hawa yang telah jatuh dalam dosa, kita semua terkurung, terkungkung dalam hukum dosa. Bukan saja hukuman dosa, melainkan juga hukum dosa, dimana kita tidak dapat melakukan apa yang tepat seperti yang Allah kehendaki. Padahal, standar manusia yang diciptakan Allah adalah melakukan tepat seperti yang Allah kehendaki. Keselamatan dalam Yesus Kristus memberikan kita anugerah dimana kita dapat selamat. Allah yang menyelamatkan kita, dan kita harus memberi diri diselamatkan. Dari keadaan tak dapat menyelamatkan diri sendiri, tetapi membinasakan. Ini adalah pilihan. Dalam hal ini, kita tidak boleh menyerah atau pasif. Sebab kalau kita pasif, kita akan tergulung dalam proses kebinasaan yang dikerjakan oleh kuasa kegelapan. Kita harus memberi diri diselamatkan. Ini sama dengan kita harus menyelamatkan diri kita sendiri.
Bukan kita “bisa” menyelamatkan diri sendiri. Tidak bisa, karena bagaimanapun keselamatan tetap anugerah. Manusia itu pada dasarnya tak dapat menyelamatkan dirinya sendiri, tetapi membinasakan—dalam konteks sebagai manusia keturunan Adam yang telah jatuh di dalam dosa. Tetapi oleh karya salib Tuhan Yesus dimana Tuhan menebus dosa-dosa kita dan membawa kita kepada Bapa dalam keadaan dibenarkan walaupun belum benar, maka kita harus memberi diri diselamatkan. Hanya anugerah Tuhan melalui Roh Kudus yang akan memimpin kita, dan Firman kebenaran yang menuntun kita masuk dalam proses pembentukan Allah dimana Allah bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi kita.
Ironis, banyak orang Kristen hanya terperangkap dalam doktrin “kita tidak bisa menyelamatkan diri kita sendiri, hanya Allah yang menyelamatkan kita oleh anugerah.” Ini menjadi absurd atau kacau. Memang kita tak dapat menyelamatkan diri kita sendiri. Allah yang menyediakan, tetapi kita harus memberi diri diselamatkan; yang sama dengan kita harus menyelamatkan diri kita sendiri. Tapi jangan dibuat kalimat “kita bisa menyelamatkan.” Sampai kapan dan bagaimana pun tidak bisa, karena itu bisa terjadi hanya karena anugerah.
Banyak orang tidak memberi diri diselamatkan. Dia menyerah kepada keadaan yang bisa menggulungnya dalam proses pembinasaan oleh kuasa kegelapan. Kita harus keluar dari kubangan proses itu. Sebab, kita ada di dalam hukum dosa, artinya kita tidak bisa tepat melakukan apa yang Allah kehendaki. Padahal standar manusia yang Allah inginkan itu melakukan tepat seperti yang Allah kehendaki. Di sini, Tuhan menyediakan sarana keselamatan: pertama, Roh Kudus. Kedua, Firman yang membawa kita kepada seluruh kebenaran Allah dan memperbaharui cara berpikir kita. Ketiga, proses dimana Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan. Masuk yang namanya sekolah kehidupan, pemuridan, atau proses pendewasaan. Karena tidak diajarkan bahwa kita harus memberi diri diselamatkan, maka banyak orang hanya menyerah kepada keadaan.
Dan konsep ini membuat kekristenan tidak ada implikasinya secara proporsional. Semua hanya dalam format definisi. Akhirnya, terjadi pemisahan antara praktik kehidupan dengan doktrin. Maka kita bisa melihat, orang berteologi di dunia teologinya, yang seakan-akan punya kawasan kehidupan rohani di atas, lalu jemaat di kawasan yang lain. Mestinya tidak demikian. Sekolah teologi harus benar-benar menjadi sekolah dimana orang mengalami implementasi dari keselamatan yang dipahami itu, yaitu memberi diri diselamatkan. Ini proses kehidupan, dimana seseorang akan makin serupa dengan Yesus atau sempurna seperti Bapa.
Sekarang, kita harus sadar bahwa kita harus memberi diri untuk diselamatkan. Dan keselamatan itu adalah proses dikembalikannya manusia ke rancangan semula, supaya memiliki ketepatan bertindak. Perubahan dari hukum dosa menjadi seorang yang hidup dalam kodrat ilahi. Keluar dari hukum dosa, dari ketidaktepatan, menjadi orang yang tidak bisa tidak tepat. Seperti seorang pemanah, dia latihan terus sampai tidak pernah bisa meleset. Paling tidak, pasti di dalam lingkaran. Orang percaya itu harus sudah terbiasa, sampai tidak bisa meleset. Dari tidak bisa tidak pasti meleset, menjadi seorang yang hampir tidak bisa meleset. Dari hukum dosa, menjadi seorang yang berkodrat ilahi. Itulah yang dimaksud dengan memberi diri diselamatkan.
Keselamatan dalam Yesus Kristus memberikan kita anugerah untuk kita dapat selamat. Allah yang menyelamatkan kita, namun kita harus memberi diri diselamatkan.