Bangsa Israel tidak jarang yang bersungut-sungut dan marah kepada Musa. Mereka membandingkan keadaan mereka ketika masih di Mesir—yang mereka masih bisa mendapat makanan yang layak—dengan perjalanan mereka menuju Kanaan. Walaupun mereka sudah ditolong dengan cara yang ajaib. Mereka dijanjikan suatu tanah yang penuh dengan susu dan madu, tetapi masih saja mereka bersungut-sungut. Padahal, tidak ada sedikit pun niat jahat dalam diri Allah. Tuhan dianggap main-main. Bukankah sering kali kita juga seperti mereka?
Jangan sampai Tuhan memukul kita; sakit. Bersyukur kalau Tuhan masih mau memukul. Kalau Tuhan sudah membiarkan, itu jauh lebih bahaya. Karena setiap kita punya kuota; bisa berupa hari, bisa berupa kesempatan. Kalau kuota kita habis, maka Tuhan tidak tegur lagi. Maka, seharusnya kita takut dan gentar. Jangan main-main. Mencemooh Tuhan bukan hanya dengan perkataan, tetapi dengan perbuatan. Pada hari-hari di zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsu. Mereka tidak mau tahu bahwa langit dan bumi diciptakan Tuhan, bahwa dulu pernah ada air bah, dan nanti ada api.
Tidak seorang pun yang tahu kapan hari kematiannya. Jangan anggap remeh peringatan-peringatan Tuhan. Tuhan itu serius. Ironis, orang menganggap sepi seakan-akan Tuhan main-main dengan hidup ini. Ayo, kita berubah. Hidup ini akan berlalu. Hidup ini singkat. Apa ruginya kalau kita berhenti berbuat dosa? Tuhan ada tatanan dan kita serius. Di sisa umur hidup kita, selagi kuota kesempatan, kuota hari yang Tuhan berikan masih ada, mari kita berubah. Nanti kita bisa mengerti bahwa kesucian itu sebuah keniscayaan.
Tuhan tidak menghendaki seorang pun binasa. Tuhan tidak akan memberikan hukum, perintah yang tidak bisa kita lakukan kalau kita mau berlatih; asalkan kita mau belajar, bisa. Harus melangkah. Jangan seperti orang mau belajar berenang, tetapi tidak mau masuk air. Kita mau hidup suci, tetapi tidak berubah, maka tidak pernah bisa hidup suci. Atau jawaban yang paling aman, “proses.” Sampai di ruang ICU, dalam keadaan sekarat pun masih “proses.” Suatu hari, kita ada di langit baru bumi baru dan di sana kita akan tahu bahwa keputusan kita untuk sungguh-sungguh hidup suci, tidak sia-sia.
Maka jangan setengah-setengah. Sebenarnya kita mau serius tidak masuk Rumah Bapa? Kalau ya, seberapa kita serius? Tuhan berkata, “Aku mati di kayu salib untuk menyelamatkan kamu dari api kekal. Aku serius menyelamatkan kamu. Kamu serius, tidak mau pulang ke Rumah Bapa?” Bangsa Israel tidak serius, mereka kurang percaya bahwa Yahweh setia, dan akan membawa mereka ke negeri yang berlimpah susu dan madu. Jadi, mereka bersungut-sungut, mereka mengingini hal-hal yang jahat, dan mereka ditewaskan di padang gurun. Mereka tidak layak masuk tanah Kanaan.
Mari, kita hidup suci dan bertobat. Selagi masih ada kesempatan, masih ada waktu. Tuhan membuat kita mampu. Kita akan bertemu nanti di langit baru bumi baru, dan itu satu kepastian, bukan dongeng, bukan mitos. Kita akan mati, dunia akan berakhir. Kesulitan hidup kita belum apa-apa dibanding dengan kekekalan. Bertahanlah dan kuat, kita akan melihat Tuhan memberi jalan keluar di setiap kesulitan. Kalau surga disediakan, apalah artinya dengan makan dan minum kita hari ini? Ia tidak akan pernah mempermalukan kita. Allah presisi, tepat dalam menggarap, memelihara kita.
Jangan ingini niat jahat dan jangan berbuat dosa. Hari ini kita mau berkomitmen hidup suci. Ingat, “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang-orang yang menganggapnya sebagai kelalaian. Tetapi Tuhan sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Tuhan menghendaki pertobatan, dan pertobatan itu harus kita lakukan setiap saat. Setiap hari Tuhan akan mengupas kulit-kulit dosa di dalam diri kita. Kulit-kulit dosa yang masih membelenggu, dilepaskan; kedagingan kita diluruhkan.
Hanya oleh pekerjaan Roh Kudus, hal itu bisa terjadi atau berlangsung di dalam hidup kita. Setiap hari ada berkat abadi, berkat kekal yang Tuhan berikan. Tuhan sangat perhatian kepada kita masing-masing. Setiap kita diperhatikan Tuhan dengan teliti. Alkitab katakan, “Rambut kepalamu terhitung,” artinya rambut kepala kita ditandai. Setiap individu diperhatikan Tuhan, dipersiapkan Roh Kudus untuk menjadi anak-anak Allah yang layak masuk Istana Bapa. Hal ini menunjukkan betapa Tuhan mau berurusan dengan pribadi demi pribadi, supaya semua orang berbalik dan bertobat. Dia mencintai kita lebih dari yang kita duga. Kita berharga dan istimewa di mata-Nya.
Hidup ini singkat. Dari rentang waktu kekekalan yang tiada batas, 70-100 tahun umur kita di bumi tidak lebih dari satu titik yang tak nampak. Namun, betapa dahsyatnya satu titik ini, karena menentukan kekekalan kita. Kuasa kegelapan membutakan banyak orang, sehingga orang tidak melihat realitas ini. Orang sering memandang Tuhan main-main, bahkan kadang-kadang memandang Allah seakan-akan tidak serius dengan ciptaan-Nya. Padahal ketika Allah mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya, Ia serius menggarap kita. Masalahnya, seberapa kita serius memberi diri digarap oleh-Nya?
Ketika Allah mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya,
Ia serius menggarap kita.
Masalahnya, seberapa kita serius memberi diri digarap oleh-Nya?