Skip to content

Membenahi Diri

 

Semakin kita melekat dengan Tuhan, hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, semakin kita menghayati kesucian Allah dan kita sungguh-sungguh mau hidup di dalam kekudusan Allah. Di sisi lain, kita makin melihat betapa rusaknya dunia ini. Juga betapa rusaknya kita dulu sebelum mengalami pemulihan, pembaruan, proses seperti ini. Dunia ini sangat jahat, bukan hanya di luar gereja, melainkan juga yang ada di dalam gereja—aktivis bahkan pendeta. Sungguh mengerikan. Banyak orang yang tidak memiliki belas kasihan terhadap sesamanya, semena-mena terhadap sesamanya. Begitu mudah berkhianat terhadap orang lain, jahat, sombong, angkuh tapi tidak sadar bahwa dirinya seperti itu. 

Dengan menyampaikan hal ini kiranya kita sadar bahwa kita juga bisa melakukan kesalahan-kesalahan itu tanpa kita sadari. Sejatinya, makin hari makin menghayati kesucian Allah, kita makin menyadari betapa rusaknya kita dulu dan sekarang masih saja ada unsur-unsur kerusakan yang masih kita lakukan. Namun ironis, kita bisa hidup di dalam kesalahan; tanpa kita sadari kita ada di dalam kesalahan. Betapa rusaknya dunia ini, betapa rusaknya manusia. Tetapi melalui kebenaran murni yang kita baca dan dengar, kita berjuang sungguh-sungguh untuk menjadi orang yang tidak bercacat dan tidak bercela. Melihat keadaan dunia seperti ini, kita harus bekerja keras untuk menyelamatkan generasi kita. 

Maka, di sisa umur hidup ini, kita harus bekerja sebanyak-banyaknya, sekeras-kerasnya untuk bagaimana menyelamatkan jiwa, dan dimulai hal ini dari anak-anak. Kalau anak-anak kota, dari melek mata sudah pegang gadget, waktu makan supaya tidak rewel dikasih gadget, supaya tidak ribut, tidak mengganggu orang tua diberi gadget dan banyak tontonan yang tidak membangun iman. Di sini Iblis meletakkan landasan yang membuat anak suatu hari tidak akan pernah bisa menerima Tuhan, tidak bisa mengerti Kerajaan Allah. Setan sudah membuat persemaian. Ia menyemai anak manusia dari sejak kanak-kanak, untuk siap dituai oleh Iblis di hari tuanya. Masalahnya, berapa banyak kita yang benar-benar mau meratapi keadaan ini? 

Semakin kita banyak berdoa, semakin kita banyak duduk diam di kaki Tuhan, maka kita akan semakin menyadari betapa rusaknya kita ini. Roma 3:23 mengatakan, “Manusia telah kehilangan kemuliaan Allah.” Itu benar-benar nyata. Tetapi tidak banyak orang yang mengerti dan menghayati hal ini. Kehilangan kemuliaan Allah itu dahsyat sekali, fatal. Sebab manusia dirancang untuk memiliki keagungan seperti Bapa, seperti Allah sendiri, Sang Pencipta atau Sang Khalik. Itu luar biasa. Tetapi sedikit sekali orang yang benar-benar menyadari keadaan ini, sebab tidak banyak orang yang benar-benar mengalami perjumpaan dengan Tuhan atau bersentuhan dengan Tuhan.

Kalau orang mengalami perjumpaan dengan Tuhan, bersentuhan dengan Tuhan, maka ia akan menyadari betapa rusaknya keadaan dirinya di hadapan Allah. Kita akan menyadari, betapa kita sering memiliki kelicikan-kelicikan yang sangat halus, sangat tipis, yang tidak disadari bukan hanya oleh orang lain, tetapi kita sendiri juga bisa tidak menyadari kelicikan, ketidaktulusan kita. Sesuai dengan firman Tuhan yang mengatakan, “Hati manusia itu licik, lebih licik dari segala sesuatu.” Sedikit sekali orang yang punya iman sesuai dengan kehendak Allah. Mari kita membenahi diri kita masing-masing dulu, kalau-kalau ada ketidakpantasan yang masih kita lakukan di hadapan Allah. Kita benahi diri kita masing-masing dulu, baru kita membenahi orang lain. 

Jadi kalau orang tidak mengenali keadaan rusak yang ada di dalam hidupnya, hal itu terjadi karena ia tidak memiliki keinginan, kerinduan yang benar-benar kuat dan tulus untuk hidup di dalam kesucian dan kekudusan Allah. Banyak kebutuhan hidup kita. Banyak persoalan dan pergumulan kita, tetapi apa pun masalah kita, bukan atau belum masalah besar. Masalah besar kita adalah jika kita belum mencapai apa yang Allah inginkan atau kehendaki. Yang oleh karenanya kita sungguh-sungguh mohon agar Bapa membuka hati dan pikiran kita untuk mengenali keadaan kita yang sesungguhnya di mata Allah. Dan tentu selanjutnya kita mohon Tuhan menolong kita agar kita menjadi anak-anak Allah yang hidup hanya untuk kesukaan Allah, agar hidup kita dapat benar-benar menyenangkan hati-Nya. Untuk apa kita hidup di bumi jika kita tidak menyenangkan hati Allah Bapa kita? Karena kita memang diadakan oleh Allah, diciptakan oleh Allah, dihadirkan oleh Allah di bumi ini untuk kesukaan Allah Bapa.