Semua orang ingin memiliki kepastian. Kepastian yang biasa diharapkan manusia adalah keadaan baik, sesuai dengan standar kebahagiaan manusia pada umumnya. Seperti tubuh sehat, rumah tangga utuh dan bahagia, ekonomi baik, keadaan yang aman dan membahagiakan. Dan untuk itu semua, orang berusaha melakukan segala sesuatu demi memperoleh kepastian, demi supaya dapat menghindarkan diri dari sakit penyakit, bencana, rumah tangga yang hancur, kemiskinan, keadaan yang tidak aman dan tidak menyenangkan. Orang berusaha menjauhi keadaan yang tidak menyenangkan dan melakukan segala sesuatu demi mendapatkan kepastian kebahagiaan sesuai standar yang dimiliki manusia pada umumnya.
Bagi orang beragama, mereka memercayai ada kekuatan di luar dirinya. Dan memang harus diakui bahwa manusia membutuhkan kekuatan di luar dirinya untuk menopang hidupnya. Maka, agama menjadi bagian untuk bagaimana memperoleh kepastian. Kalau jujur, yang dipercayainya—apakah itu dewa atau allah atau kekuatan yang lain—diharapkan bisa menciptakan keadaan yang pasti atau bisa memberikan kepastian keadaan baik tersebut. Dan itu sudah menjadi bahasa manusia, yaitu manusia membutuhkan kekuatan di luar dirinya untuk memberi kepastian hari esok. Karena manusia telah belajar bahwa banyak keadaan di luar prediksi bisa terjadi. Manusia juga belajar banyak hal bisa terjadi di luar perhitungan.
Sulit bagi manusia untuk bisa menembus apa yang akan terjadi hari esok. Walau begitu manusia berusaha untuk tahu apa yang akan terjadi hari esok. Jadi kalau ada tukang ramal, itu karena kebutuhan manusia yang ingin memiliki kepastian. Kita sebagai orang percaya harus mengerti bahwa kita ada di dunia yang sudah jatuh. Tidak ada yang baik. Satu-satunya kepastian di dunia ini adalah ketidakpastian, sebab hanya Tuhan yang pasti. Mengapa? Sebab ini bukan dunia yang dirancang atau dikehendaki Tuhan. Allah yang cerdas tidak menciptakan dunia seperti ini.
Memang untuk sebagian orang yang ‘beruntung’—apakah itu orang kaya atau keturunannya, bangsawan, masyarakat yang hidup pada zaman tidak ada bencana dan perang—seakan-akan dunia ini bisa menjadi seperti Firdaus. Tetapi sejujurnya, tidak banyak orang yang mengalaminya atau memiliki keberuntungan seperti itu. Bahkan keberuntungan seperti itu juga membahayakan, artinya orang tidak sadar bahwa semua itu akan berakhir. Keadaan di mana tidak ada sakit penyakit, tidak ada perang, tidak ada bencana bisa membuat orang tidak membutuhkan Tuhan. Orang yang tidak membutuhkan Tuhan, pasti tidak membenahi diri. Padahal hidup yang sesungguhnya yang Tuhan kehendaki, itu nanti. Oleh sebab itu, kita bisa mengerti waktu Tuhan mengatakan, “Orang kaya sukar masuk surga.”
Dalam Mazmur 73:18-20 dikatakan, “Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur. Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan! Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina.” Yesus mau mengingatkan kepada mereka yang tidak memeriksa keadaan jiwanya—sebab yang dilihat hanya penampilan lahiriah, di mana semua running well—namun ketika mereka tiba-tiba mati, mereka akan dipandang hina. Sungguh kasihan. Pemazmur juga mengatakan, “Aku nyaris tergelincir, aku tidak mengerti mengapa orang yang jahat ini gemuk, sehat, kaya, senang selamanya, tetapi kemudian aku baru tahu ketika aku masuk Rumah Kudus Tuhan bahwa yang penting adalah nanti.”
Orang yang sekarang ini secara pertimbangan umum tidak memiliki kepastian, bukanlah sesuatu yang buruk. Mereka yang tidak tahu dengan pasti bulan depan mau kontrak di mana, bagaimana anaknya mau sekolah, tidak punya tabungan, ingat! Ini bukan akhir dari segalanya. Namun, bukan berarti kita boleh ceroboh dan hidup tidak bertanggung jawab. Jangan khawatir, bunga di padang Dia dandani, burung di udara Dia pelihara; dan kita lebih dari bunga di padang dan burung di udara. Orang yang tidak punya kepastian menurut pengertian umum adalah orang yang sebenarnya mudah dibawa ke Kerajaan Surga, sebab ia tidak hanyut dalam kesenangan dunia.
Dalam hidup ini tidak ada kepastian. Memang orang mencoba memiliki kepastian. Namun ingat, kepastian yang dibangun bisa memicu terbangunnya kesombongan di hadapan Tuhan. Sebab demi kekuasaannya kuat, demi uang yang banyak dan kepastian masa depan, ia bisa mengabaikan hubungannya dengan Tuhan dan menghalalkan segala cara. Mereka adalah orang-orang yang tidak sadar bahwa dirinya sedang terjerat di dalam jerat yang sangat membahayakan. Terhadap mereka yang tidak beruntung di dunia ini, kita harus memberi perhatian lebih banyak. Kalau di dunia mereka tidak beruntung menurut pengertian umum, kita mengajarkan kebenaran dan membawa mereka untuk bisa tinggal di dunia lain yang lebih baik.
Jadi, tidak ada kepastian dalam hidup ini sesuai dengan standar manusia. Sebab yang pasti pun akan berakhir; yang artinya bukan kepastian. Satu-satunya kepastian di jagat raya ini hanya satu, TUHAN.
Kepastian yang dibangun bisa memicu terbangunnya kesombongan di hadapan Tuhan.