Bagi orang Kristen yang benar, ketika ia berbuat satu kesalahan, maka hal itu akan menyakitkan dirinya. Sampai dia trauma, fobia berat, dan tidak melakukan kesalahan lagi. Dia benci dosa, benci perbuatan salah. Sebab hukumnya adalah Tuhan sendiri; pikiran dan perasaan-Nya. Bukan hanya tidak membunuh, tidak berzina, tidak mencuri, tapi segala sesuatu yang kita lakukan, harus sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan. Maka setiap kata yang kita ucapkan, harus sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Jangan ragukan Allah. Allah tidak mungkin salah. Tidak bercela, Dia. Yang bercela itu kita. Bukan Tuhan yang menyesuaikan diri dengan kita; kita yang menyesuaikan diri dengan Allah.
Perjanjian Baru adalah zaman anugerah; bukan saja di zaman ini Yesus mati untuk kita, tapi Yesus menjadi jalan kita sampai kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi. Maka kita harus memahami kebenaran, yang akan mencerdaskan pikiran kita; kecerdasan rohani. Sehingga kita mengerti pikiran dan perasaan Allah, kita bisa mengerti selera-Nya. Tidak ada kehidupan yang lebih indah dari kehidupan seorang yang peka terhadap pikiran dan perasaan Allah. Semakin kita memiliki kecerdasan rohani dalam setiap langkah yang kita miliki, semakin kita membahagiakan hati Tuhan. Sehingga kehidupan kita menjadi kehidupan yang mengekspresikan pikiran dan perasaan Allah.
Waktu kita Kristen baru, kita nuntut ini-itu kepada Tuhan, dan Tuhan toleransi. Tapi seiring dengan bertumbuhnya kedewasaan kita, kita mulai berkata, “bukan kehendakku yang jadi, Bapa, kehendak-Mulah.” Dia Allah yang hidup. Kita tidak perlu perantara tokoh, karena kita bisa menjumpai Tuhan secara pribadi sampai menemukan satu bentuk hubungan yang Allah inginkan itu terbangun. Lewat perjalanan waktu, bertumbuhnya kedewasaan rohani kita, sampai terjadi keharmonisan antara kita dengan Allah, dan itu harta abadi yang akan kita miliki di kekekalan.
Sebagaimana kita memiliki hubungan yang baik dengan pasangan, maka ketika tua, baru kita bisa menemukan satu bentuk hubungan yang itu tidak akan pernah bisa terbangun dengan siapa pun. Air mata sudah tidak bisa mewakili dukacitanya ketika kita kehilangan orang yang bersamanya kita membangun hidup. Tuhan mau kita memiliki hubungan yang eksklusif dengan Dia, dan itu anugerah. Kalau Tuhan menjadikan tubuh kita bait Roh Kudus, betapa luar biasa. Bukan hanya kita yang berkata, “aku tidak mau kehilangan Engkau, Tuhan.” Tapi Tuhan pun berkata, “Aku tidak mau kehilangan orang ini.” Hubungan yang istimewa. Yang untuk itu Yesus berkata, “jika kamu tidak membenci ayahmu, jika kamu tidak membenci ibumu, bahkan nyawamu, kamu tidak layak bagi-Ku.”
Artinya, keintiman, eksklusivitas, keistimewaan hubungan kita dengan Tuhan harus melampaui eksklusivitas hubungan kita dengan siapa pun dan apa pun. Sampai terbentuk satu tipe, versi, bentuk personal relationship yang luar biasa, lewat perjalanan waktu. Dan ini tidak bisa dicapai dalam sekejab, karena kedewasaan rohani kita tidak bisa kita capai dalam satu hari. Perlu waktu karena karakter kita itu buruk. Makanya kalau kita sungguh-sungguh mau menemukan Kekasih Abadi, yaitu Tuhan, jangan merasa sudah menemukan. Betul, kita sudah menemukan Dia. Tapi belum menemukan relasi yang ideal dengan Dia. Investasikan waktu, pikiran, tenaga, apa pun yang kita miliki untuk membangun eksklusivitas hubungan kita dengan Tuhan.
Bersyukur kita mengerti hal ini atau pada kesempatan ini diberi kesadaran. Kita belum terlambat. Mari kita membangun hubungan yang indah dengan Tuhan, sampai menemukan bentuk yang Tuhan sendiri menikmatinya dan berkata, “Aku senang urusan dengan orang ini.” Sebab pada akhirnya kita pulang sendiri. Seperti Ayub katakan, “aku datang sendiri, pulang sendiri.” Orang tidak menyadari ini. Nanti kalau sudah di ujung maut, baru dia tahu sebagaimana ia datang sendiri, dia pulang sendiri. Jadikan setiap menit hidup kita menjadi ibadah, seremonial, liturgi kita. Dan hukum kita adalah Tuhan sendiri. Dan kita tanpa perantara bisa menjumpai Dia.
Banyak orang Kristen merasa bahwa dia sudah percaya Tuhan Yesus, sudah bertemu Tuhan, sudah mempunyai Tuhan. Tapi itu hanya kulit; tidak ada isinya. Mengisi hubungan dengan Tuhan itu melalui perjalanan waktu. Setiap waktu, setiap masa, itu ada berkat-berkat kekal yang Tuhan sediakan yang tidak boleh kita lewatkan. Tuhan memberi berkat setiap hari secara spesifik, khusus, terkait dengan persoalan dan pergumulan hidup yang kita alami. Ingat firman Tuhan mengatakan, “Allah bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan, guna serupa dengan Yesus.”
Betapa langkanya orang yang serius mencari Tuhan untuk menemukan kekasih abadi. Mau cari apa hidup ini? Seberapa puasnya kita memiliki dunia? Tuhanlah harta kita. Pemazmur berkata, “siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” Artinya hanya Dia yang kekal. Maka, jangan kita sia-siakan kesempatan yang Tuhan berikan, bangunlah relasi dengan Tuhan, sampai terbentuk hubungan yang indah, yang menjadi kekayaan kita dan kekayaan Tuhan sendiri.
Investasikan waktu, pikiran, tenaga, apa pun yang kita miliki untuk membangun eksklusivitas hubungan kita dengan Tuhan.