Skip to content

Melipatgandakan Pencarian akan Tuhan

Tingkat keseriusan seseorang dengan Tuhan itu bisa sangat relatif. Sebab setiap orang memiliki keseriusan yang berbeda, tergantung dari umur rohani, atau usia kedewasaan rohani masing-masing, artinya setiap individu mengalami proses pertumbuhan kedewasaan rohani, sehingga tingkat keseriusannya juga terus berkembang, berdinamika. Namun, yang kita harus persoalkan adalah apakah kita benar-benar memiliki keseriusan yang berkenan di hadapan Tuhan? Tentu sesuai dengan usia rohani seseorang. Maka, di sini kita harus serius untuk mengoreksi diri, dan membawanya ke hadapan Bapa, memohon untuk diperiksa dan dikoreksi; apakah keseriusan kita dalam berurusan dengan Tuhan itu sudah berkenan di hadapan-Nya?

Banyak hal yang bisa membuat kita menjadi kurang serius, bahkan tidak serius. Kuasa kegelapan akan berusaha untuk merusak, men-distract pikiran kita supaya kita tidak fokus kepada Tuhan, tetapi kepada banyak hal lain. Apalagi kalau kita hidup dalam dosa, pasti keseriusannya tidak kokoh, tidak bulat, tidak utuh, bahkan hancur. Maka, kita harus menjaga pikiran dan hati kita dengan sungguh-sungguh. Sebab kalau kita membiarkan ada ‘binatang-binatang najis’ masuk di dalam pikiran, maka dapat hancur berkeping-keping keseriusan kita. Hal-hal najis yang muncul, harus kita halau; apakah itu kebencian, dendam, pikiran zina, gila hormat. 

Sebagaimana 1 Yohanes 2:16 katakan, “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” Maka, keinginan untuk memiliki sesuatu barang yang mana jika Tuhan tidak kehendaki, jangan diingini. Seharusnya, barang yang kita ingini itu pun harus kita gunakan untuk kemuliaan Tuhan. Bukan untuk sekadar kesenangan kita, apalagi untuk harga diri. Sudah saatnya kita tidak mengingini sesuatu untuk kesenangan hati kita. Setiap kita punya fasilitas dan porsi berkat yang berbeda pula. Kalau seseorang naik kendaraan roda dua, tidak bisa semena-mena mengatakan mereka yang naik roda empat sebagai mewah dan berdosa. Setiap orang punya pergumulan dan persoalannya sendiri yang tidak bisa kita nilai. Namun, yang penting, jangan kita mengingini barang hanya untuk kesenangan kita, apalagi untuk prestise.

Kita sedang mendekati dunia yang akan hancur. Dunia yang akan makin kacau dalam segala aspek. Kita sedang berkejar-kejaran dengan waktu, membenahi diri untuk bisa berkeadaan berkenan di hadapan Allah. Dan membawa sebanyak mungkin orang bertobat, benar-benar bertobat, hidup suci, hidup kudus tak bercacat tak bercela. Dan tentu untuk ini harus ada kebenaran yang murni dari Tuhan. Kita tidak bisa berpijak pada doktrin-doktrin warisan, yang ternyata tidak mengubah hidup manusia. Jangan kita seperti Eropa atau negara-negara Barat, di mana kekristenan benar-benar telah bangkrut. Manusia menjadi seakan-akan tidak pernah mengerti ada Tuhan. Poin utamanya, mereka memang tidak mau mengerti ada Tuhan. Kebanyakan menjadi free thinker, karena Tuhan telah dieliminir, dibuang. 

Kita bersyukur, kita berada di Indonesia, yang masih ada dalam suasana keberagamaan yang kental dan kita tergiring untuk ke gereja, untuk mencari Tuhan. Maka, mari kita lipatgandakan pencarian kita akan Tuhan, pencarian kita akan hadirat Tuhan. Oleh sebab itu, kita harus sangat serius. Jangan sampai kita tidak memiliki jam doa, termasuk juga dalam beribadah. Sebab hal ini dapat menunjukkan tingkat keseriusan kita. Memang tidak ada yang mengabsen dan kelihatannya semua tenang-tenang dan aman-aman saja. Namun, kalau kita serius dan mau berkomitmen mencari Tuhan, pasti kita harus serius menyediakan waktu kita. 

Jadi, kalau Tuhan memberikan kita kesempatan untuk mencari Tuhan, jangan sampai kita sia-siakan kesempatan ini. Kita harus sungguh memperkarakan seberapa kita serius dengan Tuhan. Percayalah, Roh Kudus pasti menuntun kita seberapa kita benar-benar serius dalam berinteraksi, dalam berurusan dengan Tuhan. Jika tidak atau kurang serius di mata Tuhan, Tuhan pasti akan menunjukkan kepada kita. Pasti Tuhan akan memberitahu, di mana letak ketidakseriusan atau kemelesetan kita. Pasti Tuhan akan menunjukkan apa yang menjadi penghalang kita serius. Roh Kudus pasti beritahu, kalau kita sungguh-sungguh mau berurusan dengan Tuhan. Mari, kita periksa diri, seberapa kita serius dengan Tuhan. 

Kita sedang berkejar-kejaran dengan waktu, membenahi diri untuk bisa berkeadaan berkenan di hadapan Allah, maka kita harus melipatgandakan pencarian kita akan Tuhan.