Skip to content

Melekat dengan Tuhan

 

Sejatinya, menghayati kehadiran Allah dalam hidup kita itu sering situasional. Pada waktu kita di gereja, ada dalam kegiatan kebaktian, kita berusaha untuk menghayati kehadiran Tuhan. Kita berdoa, kita menyanyi, tetapi itu hanya berlangsung beberapa waktu atau beberapa saat saja. Juga belum tentu kita konstan menghayati kehadiran Allah di dalam kebaktian itu. Atau pada waktu kita berdoa, kita berusaha menghayati kehadiran Tuhan. Kalau kita berdoa 30 menit, belum tentu selama 30 menit tersebut kita menghayati kehadiran Tuhan. Ini adalah persoalan yang krusial, penting, fundamental di dalam hidup kita.

Karena keberlanjutan kita bukan karena kita beragama Kristen dan kita mengikuti kebaktian atau liturgi, melainkan bagaimana kita memiliki irama hidup yang selalu menghayati kehadiran Tuhan. Dan kita benar-benar menghadirkan atmosfer Kerajaan Surga di dalam hidup kita. Dan inilah yang membuat kita kurang hidup suci, yang pertama, kita kurang takut akan Allah. Yang kedua, kita tidak atau kurang memiliki keteguhan dalam menghadapi berbagai pergumulan; yang ketiga, kurang menikmati sukacita. Tetapi yang paling parah, yang keempat, kita tidak membiasakan diri berdialog dengan Tuhan sepanjang waktu. 

Sebab doa itu bukan hanya pada waktu kita melipat tangan dan berlutut. Doa adalah sebuah percakapan yang tiada henti dengan Tuhan, dan itulah yang membuat kita terbiasa dalam suasana Kerajaan Surga. Tidak mungkin orang yang tidak terbiasa dengan suasana Kerajaan Surga akan masuk Kerajaan Surga. Ibarat ikan yang biasa berenang di air tawar tidak mungkin bisa masuk sebuah laut yang airnya asin, atau sebaliknya. Orang yang tidak memiliki atmosfer Kerajaan Allah, jiwanya tidak terwarnai oleh kekudusan Tuhan atau kehadiran Tuhan. Dan orang yang sukacitanya ditopang oleh perkara-perkara dunia tidak mungkin dilayakkan masuk Kerajaan Surga. 

Mari kita mulai belajar memenuhi apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam Doa Bapa Kami, “Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu.” Tentu maksud kerajaan di sini adalah pemerintahan Allah yang hadir di dalam hidup kita. Kalau kita melihat seseorang sedang hanyut dengan hobi tertentu, maka kita bisa menangkap gairah hidup orang tersebut. Kalau kita melihat anak muda yang sedang jatuh cinta, kita juga melihat gairahnya. Gairah apa yang kita miliki sebagai anak-anak Allah? Kerajaan Allah itu sangat mulia, sangat berharga. Harganya adalah darah Tuhan kita, Yesus Kristus. 

Ketika seseorang menutup mata, ia melihat kekekalan; jalan yang tiada ujung, kehidupan yang tidak berakhir. Betapa dahsyat! Dan kalau kita diperkenankan masuk ke dalam Kerajaan Allah, memiliki pengalaman menikmati kemuliaan Allah, betapa luar biasa. Atau sebaliknya, betapa mengerikan terpisah dari Allah. Jadi, kalau kita diperkenan mengucapkan kalimat “Datanglah Kerajaan-Mu,” itu luar biasa. Doa Bapa kami bukan sekadar formula kalimat doa yang diucapkan seperti doa-doa yang dikenal dalam banyak agama, melainkan sebuah formula kehidupan yang harus kita kenakan. Maka, jangan sia-siakan kesempatan yang berharga untuk menghadirkan Kerajaan-Nya dalam hidup kita. 

Kita harus menghormati dan menghargai Tuhan lebih dari apa pun dan siapa pun. Untuk Tuhan, kita harus seekstrem-ekstremnya, sefanatik-fanatiknya. Tuhan itu satu-satunya dunia kita. Jadi kalau kita ingin rumah, mobil, atau apa pun, maka itu pun untuk Tuhan, bukan untuk kepuasan kita. Menjadi kekasih Tuhan itu indah sekali. Kita tidak harus punya uang banyak, berpendidikan tinggi atau menjadi pendeta untuk menjadi kekasih Tuhan. Kalau orang serius dengan sesuatu (misalnya sakit), dia akan mencari dokter yang terbaik. Kalau dia seorang teknisi, dan dia butuh satu komponen yang sangat penting, maka dia akan berusaha mencari komponen itu. Demikian pula, kalau orang serius dengan Tuhan, dia akan mencari-Nya sampai ia menemukan-Nya. 

Kita pasti ada di ujung waktu hidup kita. Bertobatlah dan berubahlah, jangan sombong. Kenali Tuhan dan alami Tuhan. Ketika kita dibuat sulit dalam menghadapi pergumulan hidup, itu panggilan Tuhan. Keadaan sulit mengondisi kita untuk melekat dengan Tuhan. Sehingga nanti, kalau kita menutup mata, kita tidak perlu mencari-cari wajah Tuhan karena kita sudah menemukan. Kita masuk suasana Kerajaan Surga yang nyata di kekekalan.