Skip to content

Melarikan Diri

Orang bisa merasa mual, bahkan muntah, ketika dia mencium bau tertentu. Namun, lambat laun dia bisa menyukainya. Hal ini tergantung bagaimana dia mengarahkan seleranya. Masalahnya, kita memiliki kebiasaan berbuat dosa; memuaskan ambisi, ego, temperamen yang kita umbar, daging yang kita puaskan. Sekarang kita sadar dan mau bertobat sungguh-sungguh agar kita dapat mengalami perubahan untuk mencapai kesucian Tuhan. Mau tidak mau, selera kita harus kita ubah. Tidak cukup kita berkata, “Tuhan, ubah seleraku.” Kita sendiri yang harus bertindak mengubah selera kita. Hobi kita apa selama ini? Kalau hobi itu hanya untuk menyenangkan kita, maka harus kita tinggalkan. Kalau kita mau, pasti bisa. 

Tetapi kalau seseorang berkata, “Wah, saya tidak bisa,” maka tidak bisa. Berarti ia sudah membelenggu dirinya dengan mental blok bahwa dia tidak bisa meninggalkan kebiasaan itu. Tergantung seberapa kita memiliki tekad. Kalau kita kaitkan dengan mengasihi Tuhan, hal ini tergantung seberapa kita mencintai Tuhan. Kalau kita mencintai Tuhan, maka apa pun yang dapat mendukakan Tuhan, melukai hati Tuhan, bahkan membuat Tuhan tidak nyaman, kita tinggalkan. Kita lepaskan, kita buang. Walaupun tentu itu menyakitkan daging kita. Tetapi tidak ada pilihan.

Kalau kita memang benar-benar mau menjadi orang-orang yang diselamatkan atau memberi diri diselamatkan, berarti kita harus membuang semuanya. Jangan kita berpikir kalau sudah percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara akal, secara pengakuan mulut, berarti sudah selamat. Percaya itu bertindak. Kalau kita berkata, “Aku percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatku; tidak ada keselamatan di luar Yesus,” maka kita harus mengikuti kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan adalah agar kita mencontoh, meneladani hidup-Nya. Jadi kalau ada orang mengaku percaya, tetapi hidupnya masih terikat dengan dunia, itu berarti belum percaya. Yesus berkata dalam Lukas 14:33, “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.” Artinya kita tidak bisa diubah-Nya

Dia sudah memikul dosa kita, menebus kita dan memerdekakan kita. Sudah selesai di kayu salib. Tetapi yang belum selesai adalah kodrat dosa kita. Keadaan batiniah kita yang belum layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Ini yang harus dibenahi dan didewasakan. Karenanya kalau ada selera-selera di dalam diri kita yang tidak sesuai dengan kekudusan Allah, harus dibuang. Roh Kudus pasti menolong kita, hal-hal apakah yang ada di dalam hidup kita yang Tuhan tidak berkenan, pasti Roh Kudus beri tahu. Ironis, selama ini orang tidak tahu, karena memang dia tidak mau tahu. Kalau orang mau tahu, dia pasti membawa dirinya kepada Tuhan dan berkata, “Periksa aku, Tuhan, selidiki aku.” 

Seperti yang dikatakan pemazmur dalam Mazmur 139:23-24, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” Jadi kalau orang memang tidak mau diselidiki Tuhan, karena memang tidak mau berubah, Tuhan tidak bisa paksa. Tuhan juga memiliki tatanan. Seperti Iblis tidak bisa memaksa orang berbuat jahat, Tuhan pun tidak mau dan tidak akan memaksa orang berbuat baik. Iblis tidak akan bisa memaksa orang masuk neraka. Tuhan juga tidak memaksa orang masuk surga. Kehendak bebas masing-masing itulah yang memainkan peranan. 

Tetapi jangan lupa, Iblis berusaha supaya manusia tidak mengarahkan dirinya ke Tuhan dan Kerajaan-Nya. Dari kecil telah diasuh, disemai oleh kuasa gelap, agar tidak memiliki landasan untuk bisa menerima kebenaran. Dan ini yang menjadi kegelisahan kita. Banyak anak-anak yang sedang dituai oleh kuasa kegelapan. Masuk masa remaja, pemuda, mereka tidak bisa lagi diselamatkan. Sudah terlalu rusak. Selera jiwa mereka hanya tertuju kepada dunia. Mereka bisa memuja bintang-bintang film atau tokoh-tokoh dunia, tetapi tidak memuja Yesus. 

Lingkungan hidup kita begitu jahat, lebih kuat tarikannya. Jadi tidak heran kalau ada orang tua bingung, kenapa anaknya tidak mau ke gereja. Itu karena selera jiwanya telah rusak. Bagi mereka yang selera jiwanya rusak atau keruh, ke gereja merupakan sebuah penderitaan, siksaan, penjara. Dunia telah menyemai mereka. Dan ini harus kita sadari, betapa rusaknya dunia sekitar kita ini. Maka orang tua harus militan, menghadirkan atmosfer surga di tengah-tengah keluarga. Orang tua harus memberi teladan contoh kehidupan yang memancarkan kemuliaan Allah. Supaya, anak-anak masih bisa diselamatkan dan dipengaruhi untuk mencari Tuhan. 

Berdoa, membaca firman, mendengarkan firman, harus menjadi sesuatu yang menarik. Dunia yang gelap ini di mana Iblis menawarkan berbagai kesenangan supaya kita tidak fokus kepada Allah dan merusak selera jiwa kita, maka kita harus melarikan diri. Matikan semua kesenangan, hobi, keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Kita arahkan mata hati kita kepada Tuhan, agar kita merasakan kehausan kita akan Allah. Sampai kita memiliki intimasi dengan Allah.

Dunia yang gelap ini di mana Iblis menawarkan berbagai kesenangan supaya kita tidak fokus kepada Allah dan merusak selera jiwa kita, maka kita harus melarikan diri.