Pada akhirnya kita tidak bisa setengah-setengah dalam mengikut Tuhan. Kita tidak boleh ada di wilayah abu-abu, di tempat yang disebut mediokritas; panas tidak dingin tidak, terang tidak gelap juga tidak. Tempat yang untuk banyak orang—khususnya orang beragama—merupakan tempat yang paling nyaman. Di mana mereka memberontak kepada Allah, tidak; tetapi mengasihi Allah dengan segenap hati, juga tidak. Orang-orang seperti ini pada akhirnya akan terlempar dari hadirat Allah. Sebab yang dikehendaki Allah adalah mencintai Dia dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan atau tidak usah sama sekali.
Seperti yang dikatakan dalam Matius 6:24, “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan …” Akhirnya kita harus memilih, hitam atau putih, putih atau hitam, tidak ada pilihan lain. Dan tentu kita mau memilih yang putih. Kita memilih apa yang benar, kita memilih Tuhan dan Kerajaan-Nya. Namun, yang terjadi dalam kehidupan banyak orang, termasuk kita dulu, adalah kita menunda untuk sepenuh-penuhnya menujukan hidup kita bagi Tuhan. Memang kita tidak bermaksud mau memberontak kepada Tuhan, tidak bermaksud mau melawan Tuhan; tetapi kita juga tidak sepenuh-penuhnya mencintai Dia. Ini sebenarnya termasuk sikap tidak hormat kepada Tuhan.
Orang-orang seperti ini tidak bisa berkata, “Aku memuja-Mu, aku memuji-Mu, aku menyembah-Mu, Tuhan.” Tidak bisa. Sebab orang yang memuja Tuhan harus menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya tujuan hidup, dan satu-satunya kebahagiaan. Jiwa kita yang sudah keruh sering kali mengarahkan pikiran kita kepada hal-hal yang Tuhan tidak kehendaki, juga daging kita ini sering kali masih mendesak kita untuk melakukan apa yang memuaskan daging. Tetapi kita harus memilih. Kita yang harus membuat diri kita menjadi benar-benar ekstrem terhadap Tuhan, sampai kita tidak bisa tidak ekstrem lagi.
Dunia sudah begitu jahat, tarikannya begitu kuat, maka kalau kita tidak pada posisi yang jelas—yaitu di kutub yang bertentangan dengan kutub dunia—kita bisa terbawa. Kalau kita masih ada di tengah, dalam status mediokritas, kita akan terbawa masuk ke dalam persekutuan dengan kerajaan kegelapan. Karenanya, kita harus melarikan diri, kita harus memisahkan diri dengan sungguh-sungguh, kita mau ada di kutub yang bertentangan dengan kutub dunia. Dan ini adalah pilihan. Tidak bisa kita menantikan Tuhan membawa kita ke kutub puncak yang bertentangan dengan dunia, karena kita sendiri yang harus membawa diri kita ke kutub yang paling bertentangan dengan dunia. Dan Roh Kudus pasti menolong kita. Tetapi kalau kita sendiri tidak menolong diri kita sendiri, kita sudah tidak memiliki kerinduan akan Tuhan, maka tidak bisa. Kita yang harus membangkitkan gairah dan semangat kita untuk berada di kutub paling ujung yang bertentangan dengan dunia.
Sebelum kesempatan ini lenyap atau hilang, mari kita keluar dari keadaan abu-abu, apalagi dalam keadaan gelap. Kita mau ada di tempat terang Tuhan, yang terus menerangi hidup kita, yang memimpin kita kepada kekudusan dan kesucian Allah dan Tuhan pasti menolong kita. Banyak orang dan gereja yang baik-baik, banyak pendeta yang baik-baik, menyelenggarakan kegiatan pelayanan dengan baik-baik, tetapi tidak sungguh-sungguh ekstrem. Kalau tidak sungguh-sungguh ekstrem untuk Tuhan, pasti tidak sungguh-sungguh hidup kudus dan tidak mungkin tidak mencintai dunia, pasti hatinya telah dibagikan kepada dunia, walaupun tidak seluruhnya, tetapi itu sudah satu pemberontakan di mata Allah.
Orang yang seperti ini tidak mungkin merindukan langit baru bumi baru karena masih menikmati apa pun yang bisa dinikmati di bumi ini. Mestinya kita sudah tidak memarkir hati kita di dunia. Bagi hamba-hamba Tuhan mesti harus memancarkan kerinduan yang kuat untuk pulang ke surga. Menunjukkan bahwa kita adalah musafir di bumi ini. Supaya bisa menularkan, bisa mengimpartasikan spirit ini kepada jemaat. Ini memang sukar, bahkan bisa dikatakan mustahil. Karena dari kecil kita telah diinfus ke dalam pikiran kita bahwa kesenangan hidup tertumpu pada apa yang kelihatan. Hal itu pasti banyak pengaruhnya di dalam hidup kita.
Karenanya kita mau melepaskan diri dari ikatan dunia dan percintaan dunia. Kita mau mengarahkan hati kita sepenuhnya kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya. Dan kita serius tidak menginginkan dunia. Ini mustahil bagi kita, tapi tidak mustahil bagi Tuhan. Tuhan menolong kita bagaimana kita mewujudkan kehidupan seperti ini, kehidupan yang sungguh-sungguh menyenangkan hati Allah. Jadi, ayo, kita sendiri yang mengubah diri kita. Jauhi kutub dunia, dan melangkahlah ke kutub paling ekstrem bertentangan dengan dunia.
Kalau kita masih ada di tengah, dalam status mediokritas, kita pasti akan terbawa masuk ke dalam persekutuan dengan kerajaan kegelapan.