Banyak orang tidak menyadari bahwa pelayanan yang sesungguhnya atau pelayanan yang sejati adalah menawarkan satu bentuk atau satu jenis kehidupan. Tentu banyak aspek yang lainnya. Jika tidak demikian, pasti pelayanan itu kosong, tidak ada isi yang berkualitas, tidak ada tujuan juga untuk gereja. Jadi, pelayanan kita adalah usaha menawarkan satu bentuk, satu warna, satu versi, satu jenis kehidupan dan tentu kita berusaha apa yang kita tawarkan itu diterima. Dan jika diterima, maka kehidupan jemaat yang kita layani, pasti berubah. Berubah sesuai dengan kehidupan yang kita tawarkan. Kita harus meletakkan landasan yang benar, agar jemaat sejak dini telah memiliki satu jenis, satu warna, satu bentuk, satu versi kehidupan yang benar dan baik.
Tuhan Yesus berkata di Yohanes 10:10, “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan. Aku datang supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” Pencuri maksudnya adalah kuasa kegelapan yang dikatakan dalam Injil, menabur ilalang di tengah-tengah ladang gandum. Sejatinya, kita sedang berkompetisi dengan lawan yang menawarkan jenis, warna, bentuk dan versi kehidupan yang menjadikan mereka penghuni api kekal, terbuang dari hadirat Allah. Mereka aktif seperti singa yang berjalan, berkeliling, mencari orang yang dapat ditelannya. Bagi kuasa kegelapan, tidak ada cuti, tidak ada gencatan senjata, tidak ada libur; kalau bisa lembur.
Apakah Tuhan memakai malaikat untuk melawan hal ini? Tidak. Kitalah orang-orang yang diutus menyuarakan kebenaran, menawarkan versi kehidupan seperti yang Tuhan mau. Setan memakai berbagai sarana media, melalui film, musik, dan berbagai input konten di dalam gadget. Anak-anak sejak dini disemai. Iblis meletakkan landasan supaya firman tidak bisa diterima oleh anak-anak ketika mereka menginjak remaja, pemuda, dan dewasa. Anak-anak menjaditidak mengerti bagaimana kehidupan yang seharusnya. Iblis menabur racun yang membuat jiwa sakit, sehingga tidak bisa menikmati Tuhan dan Kerajaan-Nya.
Ketika Yesus berkata, “Aku datang untuk memberi hidup,”pasti hidup yang ditawarkan oleh Tuhan Yesus itu hidup yang Dia kenakan, bukan hidup orang lain. Hidup yang Yesus kenakan yang dilihat oleh murid-murid-Nya, yang karenanya Yesus bisa berkata, “Pergilah jadikan semua bangsa murid-Ku, ajar mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan;”ajar mereka memiliki hidup seperti hidup yang Kukenakan. Maka, kita harus menawarkan satu jenis kehidupan seperti itu.Berkelimpahan bukan berarti banyak, melainkan kehidupan yang berkualitas tinggi. Sebab Tuhan datang untuk memberi hidup yang bukan sekadar hidup seperti makhluk pada umumnya—bukan bios—melainkan zoe—hidup yang berkualitas. Dan Tuhan memberinya tanpa batas.
Jadi, kehidupan yang penuh arti—meaningful life—adalah kehidupan yang dapat dinikmati, kehidupan yang menyenangkan, kehidupan yang indah karena kehidupantersebut penuh makna, penuh arti. Kalau kita mau menawarkan satu warna kehidupan sesuai dengan apa yang Allah kehendaki untuk dimiliki manusia, kita harus terlebih dulu memilikinya dan menikmati kehidupan itu. Mari sekarang kita persoalkan di mana letak makna dari kehidupan itu? Di mana letak berartinya hidup itu? Bagaimana kita bisa membuat atau menemukan hidup kita berarti, itu masalahnya. Sebab kalau kita belum menemukan hidup yang berarti, bagaimana kita bisa menawarkan hidup yang berarti itu kepada orang lain?
Jemaat pergi ke gereja supaya mengenal Tuhan, dan ketika mereka punya masalah berharap gereja bisa menolong. Tetapi jika hidup para pelayan Tuhannya tidak indah, maka mereka tidak bisa menikmati hidup yang berkualitas tinggi tersebut. Jemaat tidak melihat keteladanan dan kehidupan indah dari pelayan atau hamba Tuhan. Padahal Tuhan berkata, “Seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu.” Makin hari kitasemakin mengerti betapa beratnya mengubah manusia. Sebab pada umumnya mereka menjadikan hidup berarti karena uang, harta, kehormatan, kepuasan daging, dan seks. Ini adalah standar hidup manusia pada umumnya, selera jiwa yang diarahkan Iblis menuju kegelapan abadi.
Dalam Yohanes 10 Tuhan bicara soal gembala yang baik yang menuntun domba-dombanya. Dan domba yang baik adalah domba yang mendengar suara gembalanya untuk menikmati rumput yang disediakan oleh sang gembala. Namun, ada jugadomba yang nakal, yang tidak dengar-dengaran dengan suara gembalanya. Bahkan suara orang asing dia dengar dan ikuti.Tentu kita semua percaya dan mengakui bahwa Yesus adalahGembala yang baik. Namun, pertanyaan yang penting bagi kita, “Apakah kita sudah menjadi domba yang baik yang mengikuti suara Sang Gembala untuk menikmati rumput yang hijau?”
Kehidupan yang penuh arti—meaningful life—
adalah kehidupan yang dapat dinikmati, yang menyenangkan,
yang indah karena kehidupan tersebut penuh makna dan penuh arti.