Saudaraku,
Setelah kita tekun sejauh ini, pasti banyak hal yang sudah kita peroleh. Salah satunya adalah Tuhan mengajarkan kita untuk mengalami Allah yang hidup. Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup, bukan Allah yang mati. Namun kebanyakan orang mengalami Allah yang seakan-akan mati, bahkan tidak jarang dalam hidup kita juga merasakan bahwa Allah itu mati. Allah seakan-akan tidak ada, padahal Allah ada di setiap musim hidup kita dan Allah hidup. Jadi, ketekunan kita adalah untuk menghidupkan Allah di dalam hidup kita. Bagaimana hal ini bisa terjadi dalam hidup kita? Jawabnya adalah kita harus masuk ke dalam rencana pekerjaan Allah.
Salah satu contoh yang bisa kita lihat dari Alkitab adalah kisah Musa. Musa berada di padang Midian, dia tidak melihat kedahsyatan Allah Israel dan tidak mengalami kedahsyatan itu. Musa adalah gambaran hamba yang setia, dan hal itu ditunjukkan melalui perilaku kepada Allah. Misalnya pada waktu dimana Allah memanggil Musa untuk datang kembali ke Mesir guna membawa umat Allah ke Kanaan. Ini rencana Allah yang harus dipenuhi oleh Musa. Dari sekian banyak peristiwa yang Musa alami bersama umat Israel selama proses pembebasan itu, yang menjadi sorotan kita adalah bagaimana Allah menurunkan sepuluh tulah untuk Firaun. Bahkan kesepuluh tulah yang diberikan Allah kepada Firaun pun tidak disaksikan langsung oleh Musa.
Musa sekali lagi tidak melihat kedahsyatan Allah yang teracung atas Mesir, kalau Musa tidak keluar dari Midian. Jika saja Musa tidak masuk ke dalam rencana Allah dan tidak masuk ke dalam pekerjaan Allah, maka Musa tidak akan pernah melihat kemuliaan yang dahsyat itu. Bukan hanya itu, Musa membawa sekitar 2,5 juta orang Israel keluar dari tanah Mesir. Keajaiban sekali lagi ditunjukkan melalui peristiwa terbelahnya Laut Kolsom atau yang lebih kita kenal sebagai Laut Teberau. Jika Musa tidak mengambil bagian dari rencana yang dahsyat ini, maka Musa tidak akan menghidupkan Allah. Allah menjadi begitu nyata dan begitu konkret di dalam kehidupannya.
Berabad-abad gereja tidur, hanya berteori, memanggil Bapa namun Bapa seperti tidur. Banyak gereja yang hanya mempercakapkan Allah dalam karya-karya teologi dan menjadikannya karya ilmiah. Hal ini terjadi karena pekerjaan Allah sudah menjadi pekerjaan manusia. Banyak orang, banyak pendeta, banyak teolog yang bekerja untuk gereja, bukan bekerja untuk Tuhan. Inilah yang terjadi di kehidupan yang sudah jahat ini, yaitu fokus mencari Tuhan diganti menjadi mencari kalimat dan ilmu, tanpa mengalami Tuhan. Sama halnya seperti orang yang pandai berhitung, tetapi tidak pernah berdagang. Belajar mesin, tetapi tidak menyentuh mesin itu secara langsung. Seperti perenang yang hanya belajar teori berenang, tetapi tidak pernah menyentuh air atau tidak pernah berenang.
Maka dari itu, marilah kita mengerjakan pekerjaan Allah dengan serius. Pekerjaan ini bukan untuk mencari keuntungan dan kesenangan pribadi, tetapi bagaimana kita mengubah manusia untuk dapat melihat Tuhan sebagai Tuhan yang hidup. Tentunya, semua pekerjaan yang kita lakukan berkat pertolongan Tuhan untuk mengubah kodrat manusia berdosa menjadi manusia yang berkodrat ilahi. Menyelamatkan orang-orang dari masa muda yang kelam menjadi orang-orang muda yang berkarakter seperti Kristus. Mari kita lebih lagi bekerja keras, meletakkan pikiran kepada beban untuk mengubahkan orang-orang menjadi manusia-manusia Allah.
Pertaruhkanlah segenap hidup kita untuk pekerjaan Allah yang dahsyat ini. Semakin berat masalah kita, maka semakin besar juga kemuliaan Allah yang dapat kita lihat. Iblis pasti akan membangkitkan laskar-laskarnya untuk melawan kita, tetapi jangan lupa, Tuhan juga akan melindungi kita dari segala pencobaan. Cukup bergantung kepada Allah dan bangkitkan Allah dalam hidup kita. Dan jangan lupa belajar untuk memahami Allah.
Teriring salam dan doa,
Pdt. Dr. Erastus Sabdono
Jika saja Musa tidak masuk ke dalam rencana Allah dan pekerjaan Allah,
maka Musa tidak akan pernah melihat kemuliaan yang dahsyat;
demikian juga kita.