Semakin mendekati akhir zaman akan semakin terbukti kebenaran atau dusta. Fakta yang tidak dapat dibantah bahwa setiap umat manusia memiliki karakter sesuai dengan hukum atau keyakinannya, yaitu apa yang dianggap benar atau salah. Dari cara hidup seseorang akan nampak keyakinan atau agamanya. Juga suatu masyarakat atau negara sangat dipengaruhi oleh keyakinan atau agamanya. Kalau kita pergi ke suatu negara, maka warna dan suasana masyarakat tersebut mencerminkan atau menunjukkan keyakinan atau agamanya. Ini adalah cermin yang jujur yang tidak tidak dapat disangkal atau dibantah.
Seperti yang kita tahu bahwa salah satu ciri keberagamaan adalah hukum; seperti bangsa Israel yang menganut agama Musa. Ciri agama tersebut adalah “hukum yang tertulis.” Seluruh cara hidup mereka diatur oleh hukum itu. Terdapat larangan-larangan, petunjuk apa yang halal dan yang haram. Juga sanksi terhadap pelanggaran. Taurat mewarnai hidup bangsa itu. Suatu realitas yang akan terjadi dan sekarang sudah mulai nampak bahwa pada akhirnya hukum tidak akan dapat mampu menopang moral manusia. Sebaik apa pun hukum disusun dan berusaha ditegakkan, dunia sudah semakin jahat dan rusak. Manusia tidak menyukai kebaikan dan tidak mau diatur.
Tidak bisa tidak, manusia hanya bisa diselamatkan dengan “cara” yang diberikan Bapa melalui pengurbanan Putra Tunggal-Nya. Tuhan Yesus menebus dosa, memuridkan dan mengubah manusia untuk menjadi seperti diri-Nya. Dalam hal ini keselamatan dalam Yesus Kristus bisa tampil membuktikan kebenaran-Nya. Dalam kekristenan, tidak ada hukum yang secara terperinci mengatur cara hidup umat. Hukum Taurat hanya menjadi tutor sementara, sebab yang menjadi hukumnya adalah Tuhan sendiri. Setiap tindakan orang percaya harus sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan. Segala sesuatu yang dilakukan harus seturut komando-Nya.
Orang percaya diajar untuk memiliki kehidupan Tuhan Yesus di dalam dirinya (Gal. 2:19-20). Hanya dengan cara demikian dunia tidak bisa memengaruhi. Persoalannya adalah bagaimana proses pemuridan berlangsung sehingga seseorang benar-benar diubah menjadi seperti Tuhan sendiri. Hal ini menuntut pengorbanan segenap hidup. Kekristenan harus menjadi jalan hidup di mana seseorang memiliki fokus yang penuh dan terus menerus terhadap proses mengenal kebenaran dan mengenakan kebenaran. Allah Bapa akan menolong orang yang berani mempertaruhkan segenap hidupnya untuk ini.
Pada akhirnya, orang-orang Kristen yang hanya menjadikan kekristenannya sekadar agama akan menunjukkan kehidupannya yang tidak berbeda dengan orang yang tidak mengenal keselamatan dalam Yesus Kristus. Mereka adalah orang-orang yang sudah puas memiliki kebaikan moral umum, pergi ke gereja mengikuti liturgi dan melakukan berbagai kegiatan rohani lainnya. Tetapi mereka tidak sungguh-sungguh mau belajar mengenal Tuhan. Padahal pengenalan tersebut sangat menentukan kesucian hidupnya sehingga bisa luput dari hawa nafsu dunia yang membinasakan (2 Ptr. 1:3-4). Untuk bisa menghindarkan diri dari pengaruh dunia yang jahat ini, tidak bisa tidak, orang percaya harus sungguh-sungguh mengenal Tuhan dengan benar, peka terhadap kehendak Tuhan dan berlatih untuk dapat melakukannya.
Karakter seseorang sangat ditentukan oleh keyakinan agama serta hukum yang dipahaminya. Orang percaya seharusnya diwarnai oleh karakter Tuhan sebagai hukumnya, sebab orang percaya menjadikan Tuhan sebagai hukumnya, artinya selalu hidup dalam kehendak-Nya. Inilah keistimewaan keselamatan dalam Yesus Kristus. Manusia diubah menjadi seperti Tuhan dengan cara mengenakan hidup-Nya (Rm. 13:14). Mengenakan kehidupan Tuhan Yesus adalah perlengkapan senjata terang. Hukum tidak bisa menopang manusia menjadi baik, tetapi kehidupan yang dimatikan dari keinginan duniawi dan dosa, serta mengenakan kehidupan Tuhan Yesus merupakan satu-satunya jalan terhindar pengaruh dunia yang jahat.
Demi keselamatan umat, gereja harus mengajarkan kebenaran ini dengan jelas. Gereja tidak boleh hanya menjadi tempat menyelesaikan masalah-masalah fana seperti kemiskinan, sakit penyakit dan masalah lainnya. Masalah terbesar dalam kehidupan ini adalah ketika seseorang tidak mengenal kebenaran. Sebab dengan kebutaan terhadap kebenaran, seseorang berjalan dalam gelap. Mereka pasti menjadi sama dengan dunia ini. Menjadi sama dengan dunia ini berarti menjadi anak dunia. Dalam hal ini jelas apakah seseorang anak Tuhan atau anak dunia sangat nampak dari cara hidupnya. Seseorang bisa saja mengaku anak Tuhan, tetapi kalau gaya hidupnya tidak berbeda dengan lingkungannya, berarti ia anak dunia. Itulah sebabnya dibutuhkan pembaruan pikiran yang mengubah seseorang untuk menjadi sama seperti Tuhan, bukan sama seperti dunia ini.