Oleh ilham Roh Kudus, Rasul Petrus menasihati jemaat, “Sadarlah dan berjaga-jagalah, lawanmu si Iblis berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama,” (1Ptr. 5:8-9). Iblis itu eksis sekali. Kalau dikatakan agar orang percaya sadar, berjaga-jaga, sebab Iblis—lawan kita—berjalan keliling sama seperti singa yang mencari orang yang dapat ditelannya, itu berarti oknum ini terus-menerus bermanuver. Tentu saja dengan kecerdikannya, ia tahu bagaimana menjatuhkan orang-orang percaya. Iblis tahu strategi apa yang tepat untuk manusia pada zaman-zaman tertentu. Secara global, artinya untuk dunia pada masanya, ia memiliki strategi. Untuk manusia per individu, ia pasti juga memiliki strategi. Bagaimana menjatuhkan manusia di abad ke-1, berbeda dengan strateginya manusia di abad ke-2. Berbeda lagi untuk manusia yang hidup di abad ke-4, apalagi di abad modern sekarang ini. Iblis dapat memiliki perubahan cara kerja sesuai dengan zamannya.
Memang Tuhan memakai manusia pada zamannya; bagaimana seorang hamba Tuhan dipakai Tuhan di zamannya untuk melawan penyesatan. Tetapi cara hamba Tuhan ini, doktrinnya, pengajarannya belum tentu bisa dijadikan sebagai sarana untuk melawan kuasa gelap atau manuvernya di zaman lain. Jadi, sangatlah bodoh, kalau kita tersandera oleh pandangan teolog masa lalu. Sejatinya, kita harus tersandera oleh Roh Kudus dan Alkitab dalam interpretasinya yang dinamis. Sebagaimana ada dinamika dalam perubahan hidup manusia, ada dinamika cara kerja Iblis menjatuhkan manusia, juga ada dinamika Roh Kudus menuntun orang percaya menginterpretasi Alkitab supaya interpretasi itu atau pengajaran itu efektif di zamannya. Maka, kita harus selalu membuka diri untuk bersekutu dengan Tuhan, mempelajari Alkitab dengan menggunakan logika yang maksimal dalam pimpinan Roh Kudus, supaya teologi kita berkembang. Jadi, kita harus tidak berhenti bertumbuh dalam Tuhan, sebab hanya Tuhan dan Firman-Nya yang tertulis dalam Alkitab itu bisa menghadapi Iblis.
Jadi, setiap kita harus sadar bagaimana Iblis itu terus bermutasi. Jangan anggap ringan. Jika Iblis berani melawan Allah Bapa, apalagi kita. Jangan merasa diri kuat dan teguh. “Hati-hati, jangan kamu sampai jatuh,” demikian firman Tuhan. Di sini kita harus benar-benar melekat dengan Tuhan. Mari kita kembali melihat kehidupan Yesus yang kemudian dikenakan oleh orang-orang percaya yang ikut Tuhan pada zamannya. Gereja mula-mula adalah gereja yang memperagakan hidup Yesus, sampai orang menyebut mereka “Kristen.” Bukan karena beragama Kristen—saat itu belum ada agama Kristen—melainkan karena kehidupan mereka yang seperti Gurunya, Tuhan Yesus Kristus. Terbalik dengan sekarang ini, masyarakat dipaksa memanggil kita Kristen karena kita beragama Kristen. Menjadi pertanyaan untuk kita renungkan, “Apakah kelakuan kita sudah seperti Yesus? Apakah kita mengenakan kehidupan Yesus sebagai senjata terang?” Padahal, untuk melawan manuver kuasa Iblis hanya ada satu cara, yaitu memiliki pikiran, perasaan Kristus (Flp. 2:5-7).
Pada dasarnya, pemberontakan banyak orang hari ini berangkat dari pengingkaran terhadap Allah atau mengingkari Allah. Dalam konteks hidup orang percaya, mengingkari Allah bukan hanya berarti tidak memercayai keberadaan Allah seperti orang-orang ateis. Mengingkari keberadaan Allah artinya tidak mengaku, tidak membenarkan Allah sebagai Khalik, dan manusia sebagai ciptaan yang harus menempatkan posisi atau hierarki yang benar. Seseorang bisa melakukan seremonial agama, memercayai adanya Allah, tetapi masih berstatus mengingkari Allah. Sangatlah mudah mengakui bahwa Allah itu ada, Allah menciptakan langit dan bumi. Yang sulit adalah benar-benar menerima bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi (termasuk kita) adalah Allah memiliki kehendak dan rencana atas ciptaan-Nya (termasuk kita); dan sebagai ciptaan, kita harus memenuhi apa yang Dia kehendaki. Sebagai makhluk ciptaan, harus memenuhi apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah. Kalau Allah hanya senang diakui dengan memercayai keberadaan-Nya, itu allah yang murahan. Allah mau kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus agar kita sanggup melawan manuver Iblis yang giat bekerja di tengah kehidupan kita saat ini.
Iblis tahu strategi apa yang tepat untuk manusia pada zaman tertentu; ia terus bermanuver untuk menjatuhkan orang percaya