Skip to content

Makna Setiap Kejadian Hidup

Sejujurnya, sedikit sekali orang Kristen atau manusia pada umumnya yang benar-benar mengalami Tuhan secara proporsional, sesuai dengan maksud keselamatan itu diberikan; tepatnya, sangat sedikit. Keselamatan diberikan agar manusia dapat memiliki hubungan kembali dengan Allah. Sering juga dikatakan sebagai diperdamaikan dengan Allah. Pertanyaannya, seberapa kita mengalami Tuhan? Kalau aktivis gereja, pelayan jemaat atau pendeta, sering memaknai suatu peristiwa atau mengartikan suatu peristiwa sebagai tindakan Tuhan di dalam hidupnya, dan dia mengakui bahwa dia mengalami Tuhan. Padahal seringkali hal itu sangat subjektif, bukan pengalaman yang sungguh, pseudo atau palsu. Memang bebas dan sah saja orang mau memaknai terhadap suatu peristiwa atau kejadian yang dialami sebagai tindakan Tuhan atau bentuk pergaulan dengan Allah. 

Biasanya pendeta-pendeta aliran Karismatik, atau Pentakosta berani memaknai kejadian-kejadian di dalam hidupnya sebagai kehadiran Allah, campur tangan Allah, bentuk perjumpaannya dengan Allah. Tetapi pendeta-pendeta dari aliran non Karismatik, biasanya menjauhi hal-hal yang bersifat subjektif. Memang, dalam semua kejadian Allah campur tangan. Tetapi maksud Tuhan atau makna yang terkandung di kejadian itu, seringkali tidak seperti yang dimaksud pendeta tersebut. Misalnya, seseorang sakit, ia pergi ke dokter dan minum obat, sembuh. Hal itu dimaknai sebagai mukjizat. Kita tidak boleh mengatakan itu bukan merupakan tindakan Tuhan. Tuhan bisa bertindak lewat obat. Tetapi jangan dilebih-lebihkan seakan-akan spektakuler. Orang di luar Tuhan pun minum obat, sembuh. Hal seperti itu bisa terjadi. 

Kita percaya bahwa segala kejadian ada dalam kendali Tuhan, sepengetahuan Tuhan, seizin Tuhan dan selalu ada maksud. Tetapi ada banyak orang Kristen yang tidak berani memaknainya. Setiap kejadian hidup pasti ada maknanya. Tetapi seringkali orang memaknai salah. Bagi seorang pendeta yang tidak bisa tidak harus bicara mengenai Tuhan, maka ia akan merasa lebih ‘berkualitas’ kalau memiliki kesaksian pengalaman bersama Tuhan yang bersifat ajaib atau spektakuler. Ironisnya, itu seringkali menjadi semacam “barang dagangan.” Tetapi pada umumnya, jemaat kurang atau miskin dengan pengalaman seperti itu, dan itu menyedihkan. Yang satu berfantasi, yang satu fantasi pun tidak punya. Padahal Tuhan hadir di dalam hidup kita. Tidak sedetik pun Allah meninggalkan kita. Tetapi kita tidak mampu menangkap maksud Tuhan di balik semua kejadian yang kita alami. Bahkan, banyak orang yang masih meragukan, apakah Allah sungguh Mahahadir? 

Jangan sampai kita menjadi orang munafik. Kita punya unsur kemunafikan, karena dibesarkan dalam lingkungan masyarakat yang biasa berdiplomasi. Kita harus mengikis terus sifat munafik tersebut. Supaya kita menjadi manusia yang tulus, natural, apa adanya. Apalagi munafik di hadapan Tuhan. Ketika menyanyi: “Perubahan ajaib terjadi padaku sejak kuterima Yesus….” apakah benar ada perubahan ajaib terjadi dalam hidupnya? Jangan bohong! Menerima Yesus bukan hanya mengakui Dia adalah Tuhan dan Juruselamat, melainkan menerima hikmat-Nya yang diajarkan dan diperagakan-Nya, lalu kita melakukannya. Maka pasti ada perubahan ajaib kalau kita menerima Yesus seperti itu. Karena setiap hari pasti ada berkat Tuhan. Tuhan pasti mengizinkan adanya kesempatan untuk berbuat dosa. Tetapi kiranya kesempatan itu tidak kita gunakan sehingga Tuhan disenangkan. Kalau tidak ada kesempatan berbuat dosa, kita tidak punya kesempatan untuk membuktikan cinta kita kepada Tuhan. 

Matius 6:24 mengatakan, “Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan.” Artinya, kita tidak bisa memberi ruangan kepada siapa pun, kecuali kepada Tuhan. Sedangkan di Matius 22:37-40 dikatakan, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati, segenap jiwa, akal budi, kekuatan.” Jadi kalau kita berurusan dengan Tuhan harus dengan segenap hati. Memang kita tidak langsung bisa segenap hati; sesuai dengan usia rohani (tahun kapan dia mengenal Tuhan) atau kalau dari kecil jadi Kristen, tergantung usia biologis. Jadi, Tuhan tidak menuntut apa yang tidak bisa dilakukan oleh seseorang. Tetapi seiring berjalannya waktu yang Tuhan berikan kepada kita untuk bertumbuh, kita harus makin dewasa. Makanya kita harus mengenakan kodrat ilahi, agar bisa disebut man of God. Segala keinginan duniawi harus kita tanggalkan; ikatan dosa di dalam daging juga harus kita lepaskan. 

Kita adalah orang berdosa, rusak. Tetapi kita mau berubah. Target kita yaitu serupa dengan Yesus. Kita akan menjadi ekstrem dalam kesucian, menjadi ekstrem di dalam Tuhan, tidak hanyut dengan berbagai masalah, tidak terikat hobi-hobi, dan kita memiliki tempat untuk melayani, mengabdi kepada Tuhan. Di tengah-tengah dunia yang bertambah jahat, kita bertambah-tambah hidup suci, bertambah-tambah terikat dengan Tuhan dan Kerajaan-Nya, fokus kita hanyalah Kerajaan Allah. Kehidupan seperti ini adalah kehidupan yang akan menarik anggota keluarga kita untuk datang kepada Tuhan, sehingga mereka pun juga diselamatkan. Maka, maknai setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita.

Setiap kejadian hidup pasti ada maknanya