Menjadi masalah yang tidak sederhana ketika dipersoalkan mengenai apa dan bagaimana perasaan aman atau nyaman itu, dan apa yang dianggap sebagai ancaman atau malapetaka. Jika dipandang dari sudut manusia pada umumnya, perasaan aman atau nyaman adalah suasana sukacita atau kegembiraan atau kebahagiaan yang disebabkan atau ditopang oleh terpenuhinya semua kebutuhan jasmani. Pada umumnya, manusia menjadikan semua ini sebagai tujuan hidup. Sehingga jika manusia memiliki semua itu, barulah ia merasa hidupnya terlindungi. Jika seseorang yang beragama memiliki keadaan yang baik—yaitu terpenuhinya semua kebutuhan jasmani—maka mereka merasa hidup di dalam perlindungan Tuhan. Padahal, yang membuat mereka merasa aman adalah harta dunia, bukan Tuhan sendiri. Maka, dalam hal ini diperlukan kejujuran.
Orang percaya harus merasa aman dan nyaman bukan karena terpenuhinya kebutuhan jasmani, melainkan karena keselamatan jiwanya tidak terancam. Artinya, sudah memiliki kepastian masuk surga berdasarkan pengalaman berjalan dengan Allah. Banyak orang merasa lebih takut ketika pemenuhan kebutuhan jasmaninya terancam, daripada keselamatan jiwanya yang terancam. Tuhan Yesus berkata: “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” (Mat. 10:28). Pernyataan Yesus ini mengisyaratkan agar kita lebih memedulikan keselamatan jiwa kita daripada pemenuhan kebutuhan jasmani. Di balik pernyataan ini, Yesus juga memberikan jaminan bahwa Allah akan melindungi orang percaya dengan sempurna kalau memiliki hati yang takut akan Dia. Kalau Tuhan berkata: “Jangan takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh,” berarti Tuhan menjamin pemeliharaan-Nya atas kebutuhan jasmani orang percaya.
Allah pasti memelihara anak-anak-Nya dengan sangat sempurna. Yesus menunjukkan bahwa orang percaya diperhatikan Tuhan lebih dari bunga di padang dan burung pipit yang paling murah sekalipun. Kita sebagai orang percaya tidak boleh meragukan perlindungan Tuhan. Orang-orang Kristen yang khawatir mengenai pemenuhan kebutuhan jasmani disamakan dengan orang yang tidak mengenal Tuhan (Mat. 6:32). Orang yang tidak mengenal Tuhan adalah orang yang tidak mengerti pemeliharaan Allah semesta alam sebagai Bapa yang melindungi dengan sempurna, termasuk keselamatan jiwa manusia. Keselamatan jiwa adalah proyek utama dan merupakan satu-satunya alasan mengapa Anak Allah diutus oleh Bapa.
Allah tidak memiliki proyek lain selain proyek keselamatan ini. Allah mengerahkan semua yang dimiliki-Nya demi proyek keselamatan manusia tersebut. Dari hal ini, dapat diambil kesimpulan bahwa hidup dalam perlindungan Tuhan berarti hidup di dalam rencana-Nya. Tuhan tidak akan melindungi sesuatu yang tidak bertalian dengan proyek keselamatan ini. Proyek satu-satu-Nya adalah mengembalikan manusia kepada rancangan semula. Orang yang tidak hidup dalam proyek keselamatan—yaitu dikembalikan ke rancangan Allah semula—tidak layak memperoleh perlindungan Tuhan. Kalau selama ini Allah masih memberikan pemeliharaan-Nya atas dunia ini, sebab Allah masih memberikan kesempatan kepada semua orang agar tidak ada yang binasa. Selama kesabaran Tuhan masih ada, Tuhan masih memberi kesempatan kepada setiap orang untuk bertobat. Tetapi kalau kesempatan ini habis, maka dunia akan dihancurkan menjadi lautan api.
Oleh sebab itu, kita harus mengerjakan keselamatan kita dengan sungguh-sungguh, artinya berusaha terus bertumbuh menjadi serupa dengan Yesus yang adalah model manusia sesuai dengan rancangan Allah semula. Itulah sebabnya, Yesus berkata agar orang percaya mendahulukan Kerajaan Allah. Orang yang mendahulukan Kerajaan Allah pasti mendapat pemeliharaan yang khusus dari Tuhan. Selanjutnya, kalau kita berusaha untuk membawa orang lain juga masuk proses keselamatan ini, Tuhan pasti menyertai kita secara khusus dalam pelayanan. Orang yang tidak peduli pekerjaan Tuhan, tidak layak menerima perlindungan Tuhan. Oleh sebab itu, hendaknya kita tidak mudah berkata bahwa Tuhan menyertai seseorang. Tuhan tidak menyertai orang yang sibuk dengan pemenuhan kebutuhan jasmani dan tidak memedulikan keselamataan orang lain.
Kalau seseorang menuntut penyertaan Tuhan padahal ia tidak mengerjakan keselamatan dan tidak mengambil bagian dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, maka ia tidak layak menerima penyertaan Tuhan. Tuhan tidak menyertai orang yang hidupnya tidak sesuai dengan kesucian Allah dan tidak mengambil bagian dalam pekerjaan Allah. Pada akhirnya, mereka yang tidak hidup suci dan tidak mengerjakan pekerjaan Allah akan ditinggalkan Allah di kekekalan, masuk dalam api kekal. Kalau seseorang sungguh-sungguh mengerjakan keselamatannya dan mengambil bagian dalam pelayanan, Allah akan memberi perlindungan agar proses keselamatannya berlangsung dengan baik. Dan suatu hari nanti, Bapa bisa memberikan perlindungan kekal-Nya di Kerajaan Surga.