Menjadi kebiasaan atau bisa dikatakan kodrat bahwa banyak orang yang tidak sungguh-sungguh berurusan dengan Allah, kecuali ketika mereka sedang menghadapi pergumulan berat. Misalnya, mengidap penyakit yang berat, baik dirinya maupun orang yang dikasihi. Menghadapi bencana-bencana yang tidak diduga; apakah wabah penyakit, kecelakaan, terlibat masalah hukum dan terancam hukuman belasan atau puluhan tahun, atau orang yang dikasihinya terlibat kejahatan, terlibat narkoba, atau harus menghadapi ancaman hukuman. Barulah orang berurusan dengan Allah dengan sungguh-sungguh untuk memohon pertolongan agar dilepaskan dari persoalan-persoalan tersebut. Mestinya, kita benar-benar membutuhkan Tuhan, bukan menunggu ada persoalan berat dalam hidup ini. Kita pasti akan menghadapi persoalan berat. Kita sendiri makin tua, pasti menghadapi kelemahan kerentanan tubuh. Pasti kita akan menghadapi persoalan-persoalan berat di dalam hidup ini, sakit, bahkan kematian. Kematian orang-orang yang dikasihi, atau kematian kita sendiri. Dan yang lebih dahsyat lagi, ketika ada di hadapan pengadilan Tuhan.
Sejak manusia jatuh dalam dosa, hidup menjadi tragis. Yang ditunggu oleh setiap insan itu hanya persoalan, sakit, tua, dan kematian. Memang di sela-sela itu ada kesenangan-kesenangan, tetapi tidak ada artinya jika dibandingkan dengan fakta ini. Dan setelah kematian, pasti yang kita hadapi adalah pengadilan yang mengerikan bagi mereka yang tidak mempersiapkan diri! Berbicara mengenai hal ini bukan membuat kita menjadi pengecut atau penakut. Kita memang harus memiliki perasaan takut yang hebat jika kita hidup tanpa Tuhan. Sebaliknya, orang yang takut akan Allah akan berani menghadapi hidup. Tetapi orang yang tidak takut akan Allah—suatu hari—dia akan ketakutan menghadapi hidup. Mungkin ketika belum ada masalah, dia tidak takut. Tapi jangan lupa, hidup ini penuh dengan kejutan yang tidak pernah kita duga. Tetapi apa pun yang terjadi, kita mau berlindung kepada Tuhan. Kita menjadikan Tuhan perlindungan, tetapi kita tidak bisa menjadikan Tuhan perlindungan kalau kita tidak memiliki hati yang takut akan Allah. Kita tidak layak mendapat perlindungan kalau kita hidup sebagai pemberontak. Bahkan, kita tidak pantas percaya kepada Tuhan kalau kita tidak hidup dalam takut akan Allah.
Mari kita sadar untuk hidup tidak bercacat, tidak bercela agar kita layak mendapat perlindungan dan pantas percaya kepada Tuhan. Seorang berhikmat dalam kitab Pengkhotbah di akhir tulisannya menulis dalam Pengkhotbah 12:13, “Akhir dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.” Banyak hal yang bisa terjadi di luar dugaan kita. Tetapi sebenarnya, apa pun yang terjadi di dunia ini masih belum masalah besar. Masalah terbesar adalah kalau kita tidak siap ketika menghadap takhta pengadilan Kristus. Saat itulah, baru hal terdahsyat, terbesar dalam hidup yang tidak dapat dibandingkan dengan apa pun. Jadi, ketika ada di hadapan pengadilan takhta Kristus, betapa mengerikan! Oleh sebab itu, mari kita hidup benar-benar tidak bercacat, tidak bercela. Ini pergumulan yang sangat berat, tetapi bisa, kalau kita berjuang. Memiliki kesucian atau kekudusan seperti kesucian atau kekudusan Allah sendiri. Tidak mencintai dunia, tidak terikat dunia. Menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan kita. Ketika kita menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan, Tuhan pasti akan menyenangkan kita juga.
Kita tidak layak mendapat perlindungan Tuhan kalau kita tidak hidup di dalam ketertundukan sepenuhnya kepada Bapa di surga, ketika kita tidak menjadikan Tuhan satu-satunya kebahagiaan, dan ketika kita tidak hidup di dalam kekudusan dan kesucian. Jangan bergantung kepada pendeta atau manusia siapa pun. Pendeta bisa menjadi mentor sementara, tetapi dia tidak menentukan hidup kita. Jangan menunggu doa pendeta, jangan menunggu tumpang tangan pendeta atau manusia. Biar masing-masing kita berurusan langsung dengan Tuhan, mengalami Tuhan untuk memperoleh perlindungan-Nya. Alami Tuhan secara pribadi. Maka, kita harus hidup suci, jangan terikat dengan percintaan dunia. Jadikan Tuhan satu-satunya kebahagiaan, sehingga kita akan menikmati perlindungan Tuhan. Bukan hanya sementara di bumi, melainkan juga sampai di kekekalan.
Kita tidak layak mendapat perlindungan kalau kita hidup sebagai pemberontak.