Di dalam keadilan-Nya, kita semua memiliki anugerah, yaitu waktu yang sama; 24/7 atau 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Kalau Tuhan berkata, “Tidak ada seorang pun dapat menambahkan sehasta saja dari umur hidupnya,” artinya tidak ada seorang pun yang bisa menambahkan menit, jam, hari hidupnya. Tuhan yang memberikan waktu kepada setiap kita. Setiap orang memiliki jumlah waktu yang sama setiap hari. Tidak ada orang yang memiliki lebih dari 24 jam dalam sehari. Dan setiap orang memiliki putaran menit sebanyak 60 menit dalam 1 jam. Tetapi berapa nilai waktu setiap orang, itu berbeda. Panjangnya sama, jumlahnya sama, tetapi nilainya beda. Kualitasnya beda. Dan kualitas waktu yang seseorang miliki, menentukan hasil kehidupan yang diraihnya; yaitu keadaan kekalnya.
Kalau kita menghayati hal ini dan merenungkan dengan sungguh-sungguh, ini menggetarkan. Sementara semua kita ada dalam perjalanan waktu, dan di setiap kita pasti akan sampai pada ujung atau akhir perjalanan waktu kita. Jadi, apakah waktu yang Tuhan berikan bagi kita itu berkualitas atau bernilai atau tidak, itu tergantung setiap individu. Tergantung kita, bagaimana membuat waktu kita ini bernilai, berkualitas atau tidak, tergantung kita. Di sini berlaku firman, “Yang diberi banyak, dituntut banyak.” Allah tentu punya keadilan. Tetapi bicara mengenai kualitas waktu yang dimiliki seseorang, tentu tergantung kehidupan setiap individu.
Persoalannya, bagaimana membuat waktu kita berkualitas? Inilah yang kita harus camkan, dan harus amalkan dengan sungguh-sungguh. Waktu kita menjadi berkualitas kalau di dalam waktu itu kita melakukan kehendak Bapa. Efesus 5:15-17, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.” Hari-hari ini adalah jahat, maksudnya pengaruh dunia jahat. Maka, waktu yang kita miliki, harus kita gunakan dengan bijak supaya kita tidak membuat waktu kita menjadi tidak bernilai; sebaliknya, supaya kita membuat waktu itu berharga. Pernahkah kita memperkarakan kalau Allah memiliki kehendak-Nya dalam satu hari itu sebanyak 100 butir dan kira-kira berapa persen yang kita lakukan?
Kalau kita melewati hari dengan segala dinamikanya, berapa persen kita melakukan kehendak Allah kalau ada 100 butir yang ada di situ? Perlu kita ingat bahwa melakukan kehendak Allah itu bukan hanya waktu kita berdoa di ruang doa, melainkan ketika kita di dalam pergumulan hidup, di dalam dinamika hidup sehari-hari. Doa itu mutlak. Bertemu dengan Tuhan setiap hari, itu mutlak. Tetapi pengalaman hidup, peristiwa-peristiwa hidup yang kita jalani, itu adalah media di mana Tuhan mau menyatakan kehendak-Nya. Dan media di mana Tuhan mau kita membuktikan siapa yang kita pilih: Tuhan atau yang lain, kehendak Tuhan atau yang lain, gelap atau terang. Di dalam setiap peristiwa kehidupan yang kita jalani, pasti ada pilihan ini. Namun, kita sering kali lupa bahwa 70 tahun umur hidup kita ini hanya setitik air di lautan dibanding dengan kekekalan. Karena kekekalan itu tidak bisa dibandingkan dengan apa pun. Hal ini seharusnya menggetarkan kita.
Padahal di 70 tahun umur hidup kita ini, menentukan keadaan kekal kita. Maka, betapa kita harus membuat waktu hidup kita menjadi bernilai. Dan hidup kita menjadi bernilai kalau di dalam setiap kejadian—baik yang menyangkut dengan orang lain, maupun yang ada dalam gejolak jiwa pikiran kita sendiri—kita memilih Tuhan. Kita mau menjadi manusia yang beruntung. Karena itu, janganlah seperti orang bebal—yaitu orang yang tidak mau dinasihati, orang yang tidak menyadari kesalahannya, orang yang tidak mau berubah—tetapi kita harus menjadi orang bijaksana. Dan firman Tuhan mengatakan bahwa orang yang bijaksana adalah orang yang mendengar firman Tuhan dan melakukan firman itu.
Kehendak Allah dalam hidup setiap individu, itu beda. Kenapa beda? Karena persoalan masing-masing orang juga beda. Medianya juga berbeda. Tidak ada di jagat raya ini yang sama. Dan Tuhan cakap sekali dalam membuat program untuk setiap orang. Kalau kehendak Tuhan diwakili oleh hukum-Nya, tentu semuanya bisa sama; jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, dan lain sebagainya. Tetapi kalau bicara mengenai kehendak Allah—yaitu apa yang dinilai Tuhan baik, berkenan, dan yang sempurna—setiap orang itu berbeda.
Waktu kita menjadi berkualitas kalau di dalam waktu itu
kita melakukan kehendak Bapa.