Kita harus ingat terus bahwa kehidupan yang sesungguhnya bukanlah sekarang di bumi ini. Sebab kehidupan di bumi ini adalah kehidupan yang singkat dan sementara, serta merupakan produk yang gagal, rusak. Allah yang cerdas tidak mungkin bermaksud menciptakan kehidupan yang bercacat; di mana ada penyakit, kemiskinan, bencana, perang dan puncaknya ada kematian. Kehidupan di bumi ini adalah kehidupan yang benar-benar tragis, sebab sukses bagaimanapun semua akan berakhir, dan itu tragis. Memang, pada waktu kita sedang dalam keadaan tidak bermasalah, sehat, banyak uang, ada banyak kesenangan, kita tidak memikirkan tragisnya hidup. Tapi coba kalau kita ada di rumah duka, lalu kita menyaksikan seseorang yang terbujur kaku di peti mati, tragis.
Siapa saja bisa masuk ke dalam peti mati: anak-anak, remaja, pemuda, orang tua. Jangan berpikir peti mati hanya untuk orang tua, orang muda pun juga bisa mati. Jadi, mari kita ingat terus bahwa hidup yang sesungguhnya itu, nanti. Jangan sampai kita lupa, sebab kalau kita lupa, yang pertama, kita jadi ceroboh. Hidup tidak peduli terhadap segala sesuatu yang kita lakukan, padahal segala sesuatu yang kita tabur, kita tuai. Alkitab mengatakan bahwa setiap kita harus menghadap takhta pengadilan Kristus. Dan setiap orang akan memperoleh apa yang patut diterimanya (Rm. 14:12). Jadi tidak ada yang gratis. Kalau seseorang berlaku atau bertindak jahat terhadap orang lain, dia pasti akan menuai suatu hari.
Walau hari ini kelihatannya aman-aman saja. Tapi, jangan kita menjadi buta nurani; tidak peduli bahwa apa yang dia lakukan itu ada akibatnya, tidak gratis. Kita melukai atau menyakiti orang, ada harganya. Mungkin orang yang kita lukai tidak bisa melawan kita. Sehingga kita merasa aman, tidak ada bukti apa-apa. Pasti, secerdik apa pun kita menghindarkan diri dari akibat kejahatan, kalau di pengadilan Tuhan kita tidak bisa menghindar. Jangan ikut-ikutan jahat. Lebih baik kita dirugikan daripada kita untung, tapi kita jahat. Kalau kita dirugikan, dan kita di pihak lemah tidak bisa menuntut, kita diam. Tuhan akan kembalikan. Percayalah, Tuhan itu Hakim Yang Adil. Dan sebaliknya, kalau kita berbelaskasihan kepada sesama, maka kita juga akan mendapat belas kasihan, Tuhan juga berbelaskasihan kepada kita. Tuhan akan tolong.
Yang kedua, kita tidak belajar di dunia ini. Padahal di dunia ini kita masuk ke dalam sekolah kehidupan. Ada yang lulus, ada yang tidak lulus. Yang lulus itu akan masuk Kerajaan Surga. Yang tidak lulus tidak diperkenan masuk Kerajaan Surga. Yang lulus adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa (Mat. 7:21). Dalam segala hal yang kita lakukan, kita tidak menyakiti atau melukai orang. Dan di setiap keputusan yang kita ambil, tepat seperti yang Allah inginkan. Matius 6:19 mengatakan, “Kumpulkan harta di surga, bukan di bumi. Di mana ada hartamu, di situ hatimu berada.” Jadi kita harus berusaha untuk hidup benar, makin hari makin benar, dan mengisi hidup kita dengan perbuatan-perbuatan yang baik. Untuk itu, kita sekolah. Gereja adalah tempat kita mendapatkan briefing; penjelasan singkat. Setelah mendapat penjelasan singkat di gereja, kita praktik dalam keseharian hidup.
Ingat, kalau kita masih jahat, kita akan dipermalukan, dan yang mengerikan, dibuang ke dalam lautan api. Kita diinjak, tidak apa, karena kita mau belajar dewasa rohani. Diperlakukan tidak adil, diam. Kalau sudah punya pasangan hidup, jangan selingkuh, jangan pacaran lagi. Bahkan berpikir kotor atau melihat lawan jenis dengan cara yang salah pun tidak boleh. Kita mau, suatu hari ketika kita menutup mata, Tuhan puas dengan keadaan kita. Jadi, kalau sekarang umur kita makin tua, kita harus makin beberes; finishing well; proyek koper artinya proyek berkemas-kemas. Kalau kita mengerti kekekalan, maka kita tidak akan sibuk dengan yang lain. Bahkan, kesibukan yang lain itu hanya diarahkan untuk kekekalan, fokusnya kekekalan. Ironis, banyak orang itu buta nuraninya terhadap kekekalan. Padahal, setiap kita ini bisa setiap saat mati.
Yang ketiga, kita tidak melayani Tuhan. Padahal, orang yang melayani Tuhan di bumi ini akan melayani Tuhan di surga. Melayani Tuhan adalah usaha membuat orang lain selamat. Itu penting. Selamat itu bukan hanya ke gereja atau jadi Kristen. Selamat itu artinya berubah menjadi sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus. Jangan kita mendengar fitnah yang mengatakan bahwa kita tidak bisa sempurna. Itu fitnah terhadap Tuhan. Dari perkara kecil, kita latih untuk sempurna, bisa. Kalau kita tidak melayani Tuhan di bumi, kita tidak akan melayani Tuhan selama-lamanya. Dan kalau kita bertumbuh terus, kita bisa memiliki hati Tuhan.
Jangan sampai gereja menjadi seperti tempat hiburan; di mana jemaat seminggu sekali datang ke gereja, nyanyi-nyanyi, dengar khotbah, pulang, tapi tidak ada perubahan. Atau seperti rumah sakit yang tidak memberi kesembuhan. Pertemuan dengan Tuhan, itu mengubah hidup. Kualitas hidup kita itu bukan karena kita berpendidikan tinggi, atau ada di lingkungan akademis perguruan tinggi. Tetapi, kualitas hidup kita dibangun dari hari ke hari ketika kita menjaga diri dari perbuatan yang salah, dari hari ke hari belajar untuk lebih baik lewat pengalaman hidup.