Skip to content

Kompleksitas

Matius 11:28-29 mengatakan, “Datanglah kepada-Ku yang letih lesu dan beban berat, Aku beri kelegaan kepadamu.” Letih lesu dan berbeban berat ini jangan dipahami sebagai masalah-masalah hidup yang dialami orang pada umumnya, yang disebabkan memang karena kesulitan-kesulitan yang tidak bisa dihindari, yang dialami manusia pada umumnya. Letih lesu dan berbeban berat itu kompleksitas; kehidupan yang rumit, kerumitan. Maka kalimat “Datanglah kepada-Ku yang letih lesu dan berbeban berat” berarti datanglah kepada-Ku kamu yang hidupnya rumit, yang kompleks. Aku akan memberikan kepadamu perhentian.” 

Selanjutnya dikatakan, “Pikullah kuk yang Kupasang, belajarlah pada-Ku karena Aku lemah lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” Pada teks aslinya digunakan kata anapauso. Kata anapauso dapat berarti “kelegaan” dan “ketenangan.” Jadi, kelegaan itu tidak diberikan secara otomatis dan tidak diberikan secara mudah. Harus belajar dulu. Dan Tuhan sabar mendidik kita yang keras kepala, yang tegar tengkuk seperti bangsa Israel. Tapi Tuhan Yesus lemah lembut dan rendah hati, Dia akan membimbing kita sampai kita mengalami anapauso atau kelegaan itu. 

Hidup ini kompleks. Rumit. Yang dibahasahkan dengan “letih lesu dan berbeban berat.” Tapi kalau kita datang kepada Tuhan Yesus, kita akan diberi kelegaan atau perhentian. Bagaimana bisa mengalami perhentian itu? Jika kita belajar dari Dia. “Belajar pada-Ku supaya kamu tidak mengalami kompleksitas lagi.” Dulu kita memahami kata “letih lesu dan berbeban berat” itu kalau orang belum menikah, belum punya anak, maka mereka datang kepada Tuhan untuk mendapat jodoh dan memiliki anak. Itu konsep yang salah. Hidup manusia tidak pernah tidak mengalami kompleksitas. Tidak pernah. Sampai kapanpun, artinya sebelum kubur, manusia akan selalu mengalami kompleksitas. Jadi kalau kita datang kepada Tuhan, bukan supaya kompleksitas hidup kita dapat diurai atau diselesaikan.

Malah sering Tuhan tidak mengambil masalah yang membuat kita mengalami kompleksitas, tapi Tuhan mengubah cara berpikir kita. Tuhan mengubah sikap hati kita, supaya kondisi yang dulu kita anggap kompleks, menjadi tidak kompleks. Sebab kompleksitas itu kita ciptakan sendiri dari sikap hati dan cara berpikir kita. Tidak punya anak, kesepian. Lihat keluarga yang punya anak, rasa sakit di hati. Ketika kita menengok masa lalu, kita memandang ulang perjalanan hidup yang telah saya jalani, kita menyadari betapa kompleksnya hidup kita. Bukan karena masalah-masalah, tapi karena kita bodoh; dimana kitaa belum memahami kebenaran seperti hari ini.

Seharusnya, dari kompleksitas yang kita alami karena keinginan kita, masuk kepada kompleksitas karena pekerjaan Tuhan, dan itu beda. Rata-rata kita ada di tataran kompleksitas karena diri sendiri.

Padahal hidup ini harus simple. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan, “asal ada makanan, pakaian, cukup.” Itu simple. Kita mau apa lagi? Kita bisa hidup hari ini tidak telanjang, cukup. Tuhan pegang masa depan. Kita tidak tahu hari esok bagaimana. Simple saja, jalani hari ke hari, lewati hari ke hari. Yang bikin rumit kita adalah kalau kita tidak puas dengan apa yang kita miliki. Maka kalau kita belajar kepada Tuhan Yesus, Tuhan akan mengajar “serigala punya liang, burung punya sarang. Anak Manusia tidak punya tempat meletakkan kepala-Nya.” Jadi, keadaan kita sekarang adalah keadaan yang terbaik. Jangan ingini apa yang bukan bagian kita, dan jangan ingini milik orang lain atau yang belum waktunya kita miliki. Kita bisa berpikir simple, kalau kita percaya Allah mengontrol semua.

Kita pasti tahu bahwa segala sesuatu mendatangkan kebaikan. Jadi apa pun keadaan kita hari ini, keadaan yang sempurna untuk kita. Jangan berkata, “sempurna kok begini?” Kita jangan pakai ukuran pikiran kita sendiri. Tuhan itu Maha Bijaksana dan Mahacerdas. Ada seorang kaya, orang Kristen, mengalami kecelakaan sampai tidak bisa bangun. Wajahnya ganteng, tapi juga jadi rusak karena badannya makin mengecil. Dengan kekayaan dan penampilan cakep, dia akan rusak. Tuhan sayang dia. Dengan kondisinya seperti itu, dia bertobat. Sekarang dia ada di surga. Kalau dia masih ganteng dengan harta banyak, mungkin tidak masuk surga. 

Allah yang sama, yang disembah Abraham, Ishak, dan Yakub, adalah Allah kita. Semua dalam kendali, kontrol penguasaan Dia. Sempurna keadaan kita hari ini, walaupun menurut kita tidak. Maka, jangan berpikir apa yang tidak perlu kau pikirkan. Jangan ingini apa yang tidak perlu kita ingini, yang bukan bagian kita atau belum waktunya menjadi bagian kita. Kalau kita milik-Nya, kita sungguh-sungguh hidup dalam kebenaran dan kesucian, Dia pasti membela kita. Hanya orang yang berjalan dalam kebenaran dan kesucian yang layak dilindungi. Kalau bangsa Israel tidak melihat laut, tidak bertemu dengan Laut Kolsom, tidak dikejar oleh tentara Firaun, mereka tidak melihat kemuliaan Allah. Dengan keadaan yang rumit dan sulit itu, mereka melihat kemuliaan Allah. Jalan saja, Tuhan akan pasti melindungi, menjaga kita, asal kita hidup dalam kekudusan dan kesucian.

Sering Tuhan tidak mengambil masalah yang membuat kita mengalami kompleksitas, tapi Tuhan mengubah cara berpikir kita, mengubah sikap hati kita, supaya kondisi yang dulu kita anggap kompleks, menjadi tidak kompleks.