Sangat penting untuk ditegaskan mengenai keberadaan dosa dalam kehidupan manusia dilihat dari dua perspektif atau dua dimensi. Pertama, dosa dalam bentuk perbuatan, perilaku, atau ekspresi dari perilakunya yang kelihatan. Dalam hal ini, dosa sudah menjadi buah atau menjadi perbuatan. Kedua, dosa dalam bentuk berupa kodrat atau potensi, yaitu penggerak seseorang melakukan suatu perbuatan dosa. Ini adalah dosa dalam arti sifat yang melekat di dalam diri seseorang. Inilah yang disebut sebagai kodrat dosa atau hukum dosa dalam diri semua manusia yang telah kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23).
Banyak orang yang menyelesaikan masalah dosa hanya pada perbuatan yang sudah dilakukan (perspektif pertama) dengan cara meminta pengampunan. Setelah itu, ia merasa sudah menyelesaikan masalah dosanya. Padahal, masalah dosa bukan hanya pada tindakan lahiriahnya, melainkan juga pada potensi dosa yang ada dalam dirinya (perspektif kedua). Jadi, tidak cukup seseorang meminta ampun dengan mengatakan: “Ampunilah dosaku, ya, Tuhan. Aku sudah mencuri; aku sudah berzina,” tetapi harus juga melihat kodrat dosa di dalam dirinya yang harus diselesaikan. Kalau kita meminta pengampunan atas perbuatan dosa kita, kita juga harus melihat dan mengakui betapa buruk keadaan yang ada di dalam diri kita, yaitu dosa dalam bentuk atau berupa kodrat atau potensi, yaitu penggerak kita dalam melakukan suatu perbuatan dosa.
Oleh sebab itu, setiap kali kita meminta pengampunan atas perbuatan dosa, harus sekaligus disertai komitmen atau tekad untuk tidak mengulangi dosa itu dengan cara membunuh atau bersedia mematikan kodrat dosa tersebut. Komitmen untuk menanggulangi kodrat dosa di dalam diri kita harus ditunjukkan melalui langkah-langkah konkret di dalam kehidupan. Dibutuhkan waktu yang panjang untuk menyelesaikan masalah kodrat dosa ini. Pengampunan atas dosa-dosa yang telah kita lakukan dapat diterima dalam sekejap dan seketika itu juga, tidak membutuhkan proses dalam waktu yang panjang. Tetapi kalau menyelesaikan masalah kodrat dosa yang ada dalam diri kita, membutuhkan waktu yang panjang dan perjuangan yang berat yang melibatkan seluruh kehidupan kita ini tanpa batas.
Langkah-langkah itu antara lain: pertama, mendengarkan Firman yang benar, sebab Firman itu menguduskan (Yoh. 17:17). Firman bukan menguduskan perbuatan dosa yang sudah dilakukan, tetapi Firman menguduskan potensi dosa di dalam diri kita. Adapun perbuatan dosa yang dilakukan dapat diselesaikan dengan darah Yesus, tetapi kodrat dosa diselesaikan dengan ketekunan mendengar Firman yang mengubah cara berpikir, sehingga memperoleh kemerdekaan dari dosa (Yoh. 8:31-32). Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan bahwa Injil itu kuasa Allah yang menyelamatkan. Di sini maksudnya adalah pengajaran yang disampaikan oleh Tuhan Yesus, itulah kebenaran yang memerdekakan. Dalam hal ini, setiap orang percaya membutuhkan Roh Kudus yang menyingkapkan kebenaran Injil yang memerdekakan di dalam hidup. Roh Kudus adalah sarana untuk mengalami kemerdekaan rohani.
Itulah sebabnya langkah kedua adalah dipimpin oleh Roh Kudus. Roh Kudus menuntun orang percaya kepada seluruh kebenaran. Berdoa sebenarnya bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Dalam kenyataannya, banyak orang Kristen yang tidak sanggup menyediakan waktu secara teratur menjumpai Allah. Mereka tidak sanggup duduk diam di kaki Tuhan lebih dari 15 menit. Ironis lagi, para teolog yang bisa berjam-jam di ruang perpustakaan, 10 menit pun tidak bisa diam di kaki Tuhan guna mengalami atau mengadakan perjumpaan dengan Allah. Sehingga, mereka memiliki pengetahuan Alkitab tanpa spirit atau roh yang bisa mengubah jemaat. Dalam perjumpaan dengan Allah, banyak hal yang terjadi di luar pengertian kita. Secara adikodrati, Allah mengubah kita melalui perjumpaan-perjumpaan dengan-Nya dalam doa. Itulah sebabnya doa adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan secara teratur dan konsisten.
Akhirnya, untuk mengalami kemerdekaan dari kodrat dosa, seseorang harus mengalami berbagai proses melalui banyak pengalaman di dalam hidup. Dalam setiap peristiwa hidup yang dialami atau dijalani, seseorang dibentuk Tuhan, diproses untuk dimerdekakan dari kodrat dosa. Jadi, semua kejadian yang diizinkan Allah terjadi dalam hidup orang percaya yang mengasihi Dia, mendatangkan kebaikan, yaitu menjadi serupa dengan Yesus; yang sama dengan menanggalkan kodrat dosa untuk mengenakan kodrat ilahi. Segala kejadian yang orang percaya alami bisa memuat berkat kekal. Dalam hal ini, respons kita terhadap setiap kejadian harus positif, yaitu menerima dengan ucapan syukur guna menangkap maksud Tuhan di balik kejadian yang kita alami. Supaya lebih lengkap lagi, orang percaya harus meninggalkan persekutuan dengan orang-orang yang tidak takut akan Allah, sebab firman Tuhan sendiri berkata: “Keluarlah kamu dari antara mereka dan jangan menyentuh apa najis maka aku akan menerima kamu sebagai anak-Ku laki-laki dan anak-anak perempuan.” Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa kemerdekaan seseorang dari kodrat dosa membutuhkan perjuangan dalam proses yang membutuhkan waktu panjang.