Skip to content

Kesungguhan yang Kuat

Di tengah-tengah dunia yang makin jahat ini, akan terasa seakan-akan Allah seperti semakin menghindar, semakin tidak nyata, makin tipis kehadiran-Nya dan seakan-akan Allah dikalahkan oleh kejahatan manusia. Dan ini benar-benar terjadi. Bagi orang yang tidak dengan segenap hati, sepenuh jiwa, segenap akal budi dan kekuatan mengasihi Tuhan, maka orang itu pasti tidak akan menangkap Tuhan. Tuhan akan terasa makin sulit ditemui, makin sulit dikenali, rasanya Tuhan menjauh, rasanya seakan-akan demikian, padahal tidak. Tuhan tidak berubah; dulu, sekarang, sampai selama-lamanya. Tuhan hadir dalam kehidupan manusia. 

Namun dibutuhkan kesungguhan yang kuat, keseriusan yang tinggi untuk bisa menjangkau atau menemukan Tuhan di tengah-tengah dunia kita yang fasik ini. Kita harus sungguh-sungguh melepaskan semua kesenangan dunia. Ketertarikan kita kepada dunia harus kita tanggalkan. Dosa-dosa yang kita lakukan harus kita lepaskan. Berat sekali, memang sulit sekali, tetapi Tuhan lebih mahal dari apa pun dan siapa pun. Kita tidak bisa membeli atau memiliki barang mahal dengan harga murah. Barang mahal, harga mahal! Siapa yang lebih mahal dari Allah? Apa yang lebih mahal dari Allah? Tidak ada! Allah itu paling berharga, paling mahal, paling mulia! 

Dengan apa kita bisa memperoleh atau mendapatkan-Nya? Tentu dengan segenap hidup yang kita pertaruhkan untuk mencari hadirat Tuhan, mencari wajah Tuhan. Sejatinya, hanya orang yang kehilangan nyawa karena Yesus—demi pengiringan kepada Yesus—yang akan memperoleh nyawa. Nyawa bicara mengenai kehidupan. Nyawa bicara mengenai suasana jiwa. Di dalam nyawa terdapat pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan ini akan memproduksi kehendak. Jadi, kalau pikiran dan perasaan kita sepenuhnya kita tujukan kepada Tuhan, maka kehendak kita pun akan terarah hanya pada Tuhan. 

Kuasa kegelapan bermanuver luar biasa, bagaimana membuat manusia tidak fokus kepada Tuhan. Dan sebaliknya, fokus dengan banyak hal. Apalagi kalau sampai ada yang terjerat perbuatan dosa yang menyangkut keinginan daging, nafsu dan jiwa yang keruh, maka ia akan terbelenggu dengan keadaan yang tidak akan membuatnya mampu terbang menjangkau Allah. Sebab kita harus menanggalkan atau melepaskan beban dan dosa, baru bisa terbang. Jadi jangan menganggap menemukan Tuhan itu mudah karena merasa Tuhan sangat membutuhkan kita. Tuhan itu baik, penolong, penuh kasih sayang. Benar. Tetapi jangan dengan berpikir demikian, lalu kita berpendapat bahwa Tuhanlah yang membutuhkan kita dan mencari kita. Seperti anak-anak balita yang merasa orang tualah yang membutuhkan dia, padahal sebenarnya orang tua bisa tidak membutuhkan anak-anak itu. 

Dunia sudah mau berakhir, masak kita masih seperti anak balita yang merasa Tuhan membutuhkan kita? Lalu kita lari sana-sini suka-suka kita, dengan berbagai fokus, kesenangan, hobi, dan lain sebagainya. Ingat, kita yang harus mendekat kepada Tuhan, kita yang yang harus mencari wajah-Nya, kita yang harus menanggalkan semua kesibukan supaya kita bisa fokus kepada Tuhan. Kecuali kesibukan mengurus keluarga, kesibukan mencari nafkah, jelas itu harus kita penuhi. Tetapi selebihnya, untuk hal yang tidak perlu, jangan sentuh. 

Ke depan Tuhan akan sulit ditemukan, namun bukan karena Tuhan mempersulit untuk ditemui melainkan karena suasana dunia kita yang fasik. Dan tanpa disadari, itu merusak cara berpikir banyak orang Kristen, selera jiwa orang Kristen yang tidak lagi memiliki kehausan dan kerinduan akan Allah, itu membuat Tuhan terasa jauh, tidak hadir. Padahal Allah tidak berubah, Allah setia memelihara kesetiaan-Nya sampai selama-lamanya, Allah yang tidak pernah meninggalkan perbuatan tangan-Nya. Maka kita harus seekstrem-ekstremnya, sefanatik-fanatiknya mencari Tuhan. Kita harus membangun sebuah rutinitas, membangun sebuah irama hidup mencari Tuhan!

Jadi jangan bergaul dengan orang yang membuat pikiran kita rusak. Kita bisa ditawan oleh teman-teman dengan segala kesenangan dan gaya hidup yang tidak mengenal Allah. Jangan melakukan kesibukan-kesibukan yang tidak membuat kita bertumbuh di dalam Tuhan. Dunia kita hanya Tuhan, Tuhan saja! Bahkan, kalau pun kita pacaran, menikah, punya anak, mengurus rumah tangga, bisnis, apa pun kita lakukan semua itu untuk kemuliaan Allah! Kehidupan seperti ini adalah kehidupan yang dipersiapkan untuk masuk Kerajaan Surga. 

Kalau dunia seseorang hari ini adalah dunia fasik, maka ia tidak akan layak masuk ke dalam Kerajaan Surga. Tetapi kalau Tuhan adalah dunia kita, kita selalu hidup di hadirat Tuhan, kita menjaga kekudusan dan kesucian, fokus kita bagaimana menyelamatkan jiwa-jiwa, maka pasti kita akan diterima di Kemah Abadi. Sebab kita akan meneruskan persekutuan kita dengan Tuhan di langit baru bumi baru. Kita teruskan pengabdian kita kepada Tuhan di langit baru bumi baru. 

Dibutuhkan kesungguhan yang kuat, keseriusan yang tinggi untuk bisa menjangkau atau menemukan Tuhan di tengah-tengah dunia kita yang fasik ini.