Skip to content

Keseriusan yang Tidak Terbatas

Allah, Bapa kita, Tuhan kita Yesus Kristus, serius berurusan dengan kita. Tidak ada kegiatan lain di dalam kenyataan keberadaan Allah semesta alam dan Tuhan kita Yesus Kristus selain memelihara alam semesta, dan penggarapan-Nya untuk kita. Jadi, Allah benar-benar serius berurusan dengan kita. Bukan hanya serius, namun juga setiap saat. Karenanya firman Tuhan mengatakan, “Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan.” Dalam segala hal berarti tidak ada hal di mana Allah tidak bekerja di dalamnya. Allah serius, Allah sungguh-sungguh mau berurusan dengan kita setiap saat. 

Sekarang masalahnya, seberapa kita serius mau berurusan dengan Allah? Banyak orang tidak memercayai Allah itu hidup, ada, dan Maha Hadir. Bukan orang-orang kafir yang tidak beragama, melainkan orang-orang beragama. Dalam konteks kita adalah orang-orang Kristen yang rajin ke gereja, bisa-bisa menjadi aktivis, jangan-jangan malah menjadi pendeta, tetapi memberikan bagian yang terbatas untuk Tuhan. Jadi keseriusannya pun terbatas. Allah mengasihi kita dengan kasih yang begitu besar, yang tidak dapat kita mengerti dan tidak terbatas, maka mestinya kita juga memiliki keseriusan yang tidak terbatas pula dalam berurusan dengan-Nya. 

Tetapi kita melihat hampir semua orang memberikan kuota yang sangat kecil dalam hal berurusan dengan Tuhan. Untuk studi, karier, rumah tangga, atau bisnis, mereka bisa all out—segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan—tetapi untuk Tuhan, tidak. Dia pikir, Tuhan pasti akan memaklumi keadaannya. Dia juga pikir, Tuhan hanya menopang hidup. Sehingga mereka menjadi orang beragama—menjadi orang Kristen—hanya karena mau memanfaatkan atau memanipulasi Tuhan. Dan sedihnya, kita mendengar khotbah-khotbah yang tidak mengarahkan jemaat serius berurusan dengan Allah.

Bagaimana kita serius berurusan dengan Allah? Yaitu kalau kita serius memperhatikan urusan-Nya. Apa urusan Tuhan agar kita masuk dan terlibat di dalamnya? Banyak sekali orang yang berurusan dengan Tuhan karena mau menarik Tuhan di dalam masalahnya, untuk menolong hidupnya dalam berbagai masalah; mau memanfaatkan Tuhan. Sebenarnya Tuhan lebih dari bermanfaat, lebih dari berguna, Tuhan itu segalanya. Tetapi kalau kita berurusan dengan Tuhan berarti kita mau berurusan dengan urusan-Nya. Bukan urusan kita, bukan bisnis kita. 

Maka mestinya kita sungguh-sungguh memperkarakan apa yang Tuhan kehendaki untuk kita tahu, apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan, apa yang Tuhan kehendaki untuk kita tunaikan. Jadi, kita berurusan dengan Tuhan karena kita mau masuk di dalam urusan Tuhan. Namun, banyak orang Kristen berpikir hidup berurusan dengan Tuhan itu wajar-wajar saja. Kita melihat banyak orang tidak mengalami Tuhan secara proporsional dan benar. Pada kesempatan ini mari kita memperkarakan seberapa serius kita mau berurusan dengan Tuhan. 

Satu prinsip yang harus bersama kita kenakan, ‘Tuhan adalah satu-satunya duniaku, Tuhan adalah satu-satunya persoalanku dan aku harus masuk pada apa yang menjadi persoalan Tuhan.’ Dan inilah persoalan Tuhan, Ia ingin mengubah kita menjadi anak-anak-Nya; anak-anak Allah bukan hanya sekadar status, namun sebuah keberadaan. Jadi kalau kita memanggil Allah itu Bapa, di dalam hal ini ada konsekuensi yang serius, yaitu kita harus bersedia untuk dididik Bapa. Agar kita dapat memiliki sifat, karakter, kodrat Bapa, kodrat ilahi, divine nature

Kodrat ilahi tentunya adalah kekudusan atau kesucian. Bukan superlatifnya, yaitu kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas terkait dengan kuasa-Nya. Tetapi kita berurusan dengan Tuhan untuk menyerap kebenaran yang Allah sediakan. Untuk menyerap firman yang harus kita kenakan dalam tubuh kita. Firman itu masuk ke dalam daging. Dan tentu kalau masuk dalam kehidupan seseorang, maka kehidupan seseorang menjadi firman yang diperagakan, firman yang dihidupi. Hal ini sama dengan menghidupkan Allah di dalam hidup kita. Karena pada dasarnya firman itu adalah Allah sendiri. 

Kita menyerap firman melalui khotbah, duduk diam di kaki Tuhan, dan peristiwa-peristiwa hidup di mana Tuhan mengajar kita kebenaran-kebenaran-Nya. Dan kalau kebenaran-kebenaran itu kita serap menjadi kekuatan dan kehidupan di dalam diri kita, maka kita memiliki kehidupan seorang anak Allah. Jadi bisa dipahami kalau Alkitab berkata bahwa kita ini adalah surat yang terbuka. Ini kabar baik, karena kita diperkenan menjadi anak-anak Allah yang menghidupkan firman di dalam diri kita. Yang sama dengan menghidupkan Tuhan di dalam hidup kita; bagaimana hidup kita menjadi wadah, menjadi peraga dari Allah yang hidup.

Allah mengasihi kita dengan kasih yang begitu besar, yang tidak dapat kita mengerti dan tidak terbatas, maka mestinya kita juga memiliki keseriusan yang tidak terbatas dalam berurusan dengan-Nya.