Skip to content

Kesepian yang Kudus

Ketika kita fokus kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya dengan sungguh-sungguh, maka ada saat-saat di mana kita mengalami kesepian. Dan itu sebenarnya indikator atau petunjuk di mana kita mulai dipisahkan dari dunia. Kita makin tidak memiliki banyak teman, bukan karena kita melakukan dosa atau kejahatan, bukan karena kita suka menyakiti orang, melainkan kita merasa tidak memiliki banyak teman lagi. Walaupun kita masih bersosial, punya banyak orang di sekitar kita, kita masih hidup di tengah-tengah masyarakat, tetapi kita makin jarang menemukan orang-orang yang sepikiran dan seperasaan dengan kita. Artinya, makin sulit menemukan orang yang memiliki prinsip-prinsip hidup seperti yang kita jalani. 

Prinsip hidup kita adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Fokus kita hanyalah bagaimana setiap hari dalam segala hal, kita benar-benar melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak Bapa. Kita benar-benar sibuk dengan pergumulan menemukan apa yang Allah kehendaki untuk kita kerjakan dan kita tunaikan sebelum menutup mata. Dunia berusaha menawarkan kesenangan-kesenangan dan hampir semua orang hidup hanya untuk mencari kesenangannya sendiri, menyelesaikan pekerjaan mereka yang ujung-ujungnya adalah uang, kehormatan, pujian, sanjungan. Tetapi, kita mau mencari apa yang Allah kehendaki untuk kita selesaikan, sebelum kita meninggal dunia. 

Pada intinya, yang kita lakukan adalah bagaimana membawa sebanyak mungkin orang masuk ke dalam Rumah Bapa. Yaitu bagaimana kita menjadi berkat, mengubah orang lain untuk layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Perasaan kesepian akan membuat kita makin kuat menghayati bahwa dunia ini bukan rumah kita. Kita menatap langit dan berpikir jauh bahwa di sana rumah kita, Rumah Bapa, tempat yang disediakan Tuhan Yesus untuk orang percaya yang setia. Dan ini bukan fantasi, ini adalah kebenaran yang akan diwujudkan. Karenanya kita harus sempurna, harus percaya dengan apa yang dikatakan Tuhan Yesus di Injil Yohanes 14:1-3 bahwa, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.” 

Kita harus yakin dan mata hati kita diarahkan kepada hal itu. Ketika kita merasa kesepian, itu juga merupakan tanda bahwa tidak ada lagi kesenangan dunia yang kita rindukan. Kalau kita tidak merasa kesepian yang kudus seperti ini, maka ada yang salah. Banyak hal yang kita nikmati, tetapi kita tidak menikmati Tuhan dengan benar. Perasaan kesepian di mana kita merasa bahwa kita masih jauh dari Rumah Bapa, seperti seorang yang merantau, di situlah kita menghayati kemusafiran kita. Kesepian ini menjadi indikator atau petunjuk bahwa kita benar-benar adalah musafir, orang yang menumpang di bumi. 

Kita tidak perlu bingung ketika merasa kesepian. Kesepian yang kudus ini akan mendorong kita untuk duduk diam di kaki Tuhan. Karena kesepian kita akan terobati oleh kehadiran Tuhan di dalam hidup kita dan kita benar-benar baru bisa merasakan kehadiran Tuhan. Tetapi, kalau seseorang merasa memiliki banyak kesenangan yang dinantikan, sehingga ia punya begitu banyak kesenangan yang memenuhi pikirannya, sulit dia bisa menikmati Tuhan. Hanya orang-orang yang telah mengosongkan dirinya dari segala keinginan, nafsu dan cita-cita pribadi, yang kemudian menjadi kesepian yang akan dipenuhi oleh Tuhan dengan kehadiran-Nya.

Dengan demikian, percayalah, sukacita dan damai sejahtera Allah yang murni, baru bisa mengalir di dalam hidup kita. Kesepian yang kudus ini memberikan kita ruangan seluas-luasnya untuk kita menikmati damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal. Jadi, kalau kita merasa kesepian berarti kita sedang dibawa ke ujung perjalanan hidup kita yang benar, yaitu di hadirat Allah. Justru inilah yang harus kita capai. Kita berhenti dari seluruh kesibukan dan kesenangan dunia untuk ada di hadirat Allah. Jangan salah, kita harus tetap bekerja keras, sibuk untuk banyak hal tetapi semua itu kita lakukan untuk Tuhan. Kita berhenti di hadapan Tuhan. 

Memang ada orang di luar kebenaran yang juga bisa merasa sepi, karena tidak punya teman, atau gagal mencapai tujuan. Sayang, kesepian mereka adalah kesepian dalam kebodohan. Tetapi kita kesepian dalam kekudusan, dalam kemuliaan karena kita meninggalkan dunia dengan segala percintaannya. Kita meninggalkan teman, sahabat-sahabat yang tidak membawa kita takut akan Allah. Dan kesepian kita mendorong kita untuk datang di hadirat Tuhan. Justru kesepian seperti inilah yang harus kita miliki.

Perasaan kesepian yang kudus akan membuat kita semakin kuat menghayati bahwa dunia ini bukan rumah kita.