Skip to content

Kesenangan Orang Percaya

Saudaraku,

Kita semua sudah mengerti bagaimana menikmati kesenangan. Kita tahu bagaimana kita menikmati kesenangan dari kesenangan kita. Dari kecil kita sudah biasa menikmati kesenangan dari kesenangan-kesenangan kita. Waktu kecil kita senang dengan permainan; kalau laki-laki main mobil-mobilan, kalau wanita main pasar-pasaran. Menjelang dewasa bukan pasar-pasaran, tapi pacar-pacaran. Terus kuliah, dapat gelar itu kesenangan juga. Lalu bisa bekerja dapat gaji itu juga kesenangan. Cari pekerjaan yang baik, gaji yang besar, punya fasilitas, beli kendaraan roda empat. Lalu setelah uang banyak bikin perusahaan, jalan-jalan, menikah, punya anak; semua itu kesenangan.

Kita sudah memiliki irama hidup, menikmati kesenangan dari kesenangan-kesenangan kita. Kalau kita terus-menerus begitu, maka pada waktu kita mati, pasti masuk neraka. Bagi orang-orang di luar Kristen atau di luar orang percaya yang nuraninya baik, dia punya kesenangan ketika ia menolong orang, ketika membuat orang lain senang, ketika membuat orang lapar kenyang, orang telanjang bisa pakai pakaian, ketika melawat orang yang terbuang; dia senang bisa membuat senang orang lain. Dia bukan hanya memiliki kesenangan-kesenangan dari kesenangannya sendiri; tapi kesenangan orang. Dalam Matius 25 orang-orang seperti ini akan mendapat tempat di dalam Kerajaan Allah. Kepada mereka Tuhan Yesus Kristus yang adalah Raja yang akan memerintah di langit baru bumi baru nanti berkata, “Ketika Aku lapar, engkau memberi Aku makan; ketika Aku haus engkau memberi Aku minum; ketika Aku bertelanjang, engkau memberikan Aku pakaian; ketika Aku dalam penjara, engkau melawat Aku. Sebab apa yang kau lakukan untuk Saudaramu yang hina, Saudara kamu yang membutuhkan pertolongan; itu perbuatanmu kepada-Ku.”

Mereka bisa masuk langit baru bumi, agama apa saja; yaitu mereka yang tidak pernah mendengar Injil atau salah mendengar Injil. Kalau orang itu memang dasarnya baik; dia juga akan mengasihi orang yang agamanya apa saja. Bahkan, kalau kita ini melihat orang tidak beragama pun kita juga tidak perlu mesti marah. Jadi kalau ada orang yang membenci Saudara sebagai orang Kristen, pada umumnya, dia pun juga pasti tidak lurus di dalam lingkungan agamanya. Apalagi kalau ia sampai membenci Raja yang akan memerintah di langit baru bumi baru, tidak ada ampun! Faktanya, kita sudah menjumpai orang-orang non-Kristen yang baik dan ramah terhadap orang Kristen. Bahkan bisa lebih baik dari orang-orang Kristen lain yang membenci orang Kristen lain yang tidak sama doktrinnya. Itu orang Kristen yang tidak dewasa, yang sebenarnya membenci sesama Kristen karena beda gereja.

Orang non-Kristen bisa menyenangkan orang lain, tetapi orang percaya bisa menyenangkan hati Tuhan; kesenangannya adalah ketika bisa menyenangkan hati Allah. Nah, ini tingkat tinggi. Ini tidak bisa dilakukan orang yang tidak mengenal Allah. Sebab hanya orang yang mengenal Allah yang benar yang bisa menerapkan firman yang mengatakan, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, segenap akal budimu, segenap kekuatanmu.” Tetapi yang tidak mengenal Allah yang benar, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Jadi mereka yang tidak mengenal Allah yang benar, tidak mendengar Injil, salah mendengar Injil, tetapi mengasihi sesama seperti diri sendiri—yang artinya punya kesenangan menyenangkan orang lain—bisa masuk surga; yang saya pahami menjadi anggota masyarakat.

Tetapi untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah, seesorang harus menyenangkan hati Bapa. Kalau sampai kita punya hobi ini, indah sekali, kesenanganku kalau aku menyenangkan Dia. Kesenanganku adalah kesenangan-Nya; bukan kesenanganku sendiri. Jadi kita tidak punya kesenangan sendiri sama sekali. Ini luar biasa! Jadi kalau orang bukan umat pilihan punya kesenangan juga tapi juga menyenangkan orang lain, karena tahu apa yang menyenangkan aku kubuat orang lain senang. Tetapi, kalau umat pilihan tidak punya kesenangan, kesenangan kita hanya menyenangkan hati Allah. Maka kalau kita melakukan sesuatu—baik aku makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain—semua itu hanya untuk kemuliaan Allah.

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono

Kesenangan orang percaya adalah menyenangkan hati Allah, Sebab ia tidak punya kesenangan sendiri sama sekali.