Saudaraku,
Kehidupan harus diterima bukan seperti “berjudi,” yang bersifat spekulatif atau untung-untungan. Masuk surga bukanlah keberuntungan dan masuk neraka kekal bukanlah kecelakaan. Nasib kekal manusia adalah pilihan dan tanggung jawab setiap individu. Setiap orang harus menetapkan apakah dirinya memilih bersama dengan Tuhan dalam kekekalan atau terbuang dari hadirat-Nya selama-lamanya di penjara abadi. Harus diingat bahwa keadaan manusia bukanlah akibat penentuan takdir. Apakah seseorang masuk kemuliaan bersama Tuhan Yesus atau terbuang dari hadirat Allah selama-lamanya adalah hasil atau buah keputusan, pilihan dan respons individu; bukan penentuan dari Tuhan.
Orang yang mengabaikan fakta ini adalah orang bodoh yang tidak berakal. Sesungguhnya, sejak hidup di dunia ini sudah nampak gejala seseorang akan beroleh kemuliaan kekal atau kehinaan kekal. Dari keputusan, pilihan dan tindakan hidup seseorang nampak apakah ia menujukan dirinya ke surga atau ke neraka. Keabadian, baik di surga maupun neraka, menunjukkan realitas kehidupan dan kesadaran manusia yang tidak bertepi. Hidup tidak bertepi artinya hidup yang tidak terbatas. Hal ini mengandung rahasia kehidupan yang penting untuk dimengerti dan direnungkan, sekaligus sangat dahsyat. Berangkat dari pemahaman ini seseorang dapat menyelenggarakan hidupnya dengan lebih berhati-hati atau tidak ceroboh.
Banyak orang tidak mengerti atau tidak mau mengerti rahasia kehidupan ini. Jika seseorang tidak mengerti realitas keabadian berarti ia berjalan atau hidup dalam kegelapan yang ujungnya sangat mengerikan. Mereka tidak pernah melihat kesempatan terakhir mereka, sehingga akan selalu kehilangan kesempatan untuk mengalami proses dikembalikan dirinya ke rancangan semula atau kesempatan diselamatkan.
Mengapa hidup ini tidak terbatas, apakah artinya? Artinya, pertama, bahwa manusia adalah makhluk kekal. Dalam Kejadian 2:7 Allah menghembuskan nafas (nishmat khayyim) sehingga manusia menjadi makhluk yang kekal. Kedua, manusia adalah makhluk yang diberi Tuhan kehendak bebas. Dengan kehendak bebas tersebut manusia dapat menentukan nasibnya atau keadaan hidup kekalnya. Manusia tidak bisa tidak memilih. Keberadaan ini mengandung risiko yang sangat luar biasa dahsyatnya. Orang percaya harus memahami hal keabadian ini. Manusia diperhadapkan kepada surga kekal atau neraka kekal. Manusia harus memilih. Tidak ada manusia yang boleh untuk tidak memiliki pilihan.
Adanya surga kekal atau neraka kekal berarti manusia dibawa kepada kemungkinan tinggal dalam persekutuan dengan Tuhan di keabadian-Nya atau tinggal bersama dengan Iblis di keabadiannya. Manusia diperhadapkan kepada kemungkinan kebahagiaan yang tidak terbatas dan tak terbayangkan atau siksaan yang tidak terbatas dan tak terbayangkan. Setiap individu harus memutuskan atau memilih dan menentukan pilihannya. Keadaan kekal setiap individu adalah tuaian dari apa yang telah ditabur selama hidup di bumi. Alkitab jelas menunjukkan bahwa apa yang ditabur orang, itu juga akan dituainya. Tidak mungkin orang menuai apa yang tidak ditaburnya.
Dalam hidup manusia hari ini, manusia berdosa diberi kesempatan bertobat dan berbalik kepada Tuhan kemudian mengalami perbaikan dan penyempurnaan yang tidak terbatas atau kalau manusia menolak bertobat maka menjadi rusak tidak terbatas. Bagi yang mau bertobat dan dimuridkan, mereka diproses kepada kebaikan tidak terbatas sebagaimana Kristus kesempurnaan-Nya tidak terbatas. Sebaliknya, kalau seseorang menolak bertobat dan tidak mengalami proses pendewasaan maka ia dirusak oleh Iblis dalam kerusakan yang tidak terbatas sebagaimana Iblis kejahatannya tidak terbatas pula. Kesempatan yang diberikan terbatas, sehingga selalu ada kesempatan terakhir. Kehilangan kesempatan terakhir berarti kehilangan semua kesempatan.
Oleh karena dalam hidup ini manusia berhadapan dengan Tuhan yang tidak terbatas, maka mereka diperhadapkan kepada hal-hal yang tidak terbatas pula. Manusia diperhadapkan kepada hidup yang dihujani anugerah yang tidak terbatas atau laknat yang tak terbatas. Hidup ini bisa menjadi manis atau pahit. Manis tak terbatas atau pahit tidak terbatas. Seseorang bisa dipakai Tuhan tidak terbatas sesuai dengan anugerah yang Tuhan percayakan kepada seseorang atau dipakai Iblis tidak terbatas pula. Dalam hal ini, sebenarnya manusia adalah makhluk yang hidup dalam keadaan yang bisa ekstrem, ekstrem positif atau sebaliknya.
Menyadari hal ini, maka orang percaya bisa mengerti betapa luar biasa hidup ini. Hidup ini tidak bisa atau tidak boleh diperlakukan secara sembrono atau ceroboh. Oleh karena itu, Paulus berkata dalam Efesus 5:15-17, “Karena itu perhatikan dengan saksama bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal tetapi seperti orang arif atau bijaksana………….sebab itu janganlah kamu bodoh tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.” Kalimat “perhatikan dengan saksama bagaimana kamu hidup” dalam teks aslinya berbunyi blepete oun pos akribos peripateite; yang berarti “bagaimana kebiasaan perilakumu.” Tuhan menghendaki agar orang percaya menghargai hidup ini dengan cara hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan berjalan bersama Tuhan. Alkitab pasti menuntun orang percaya kepada jalan ini.
Teriring salam dan doa,
Pdt. Dr. Erastus Sabdono
Kesempatan yang diberikan terbatas, sehingga selalu ada kesempatan terakhir. Kehilangan kesempatan terakhir berarti kehilangan semua kesempatan.