Skip to content

Kesempatan Bicara

Haus dan lapar akan kebenaran, artinya bukan hanya senang dengan khotbah, tetapi bagaimana berkeadaan hidup sesuai dengan yang Allah inginkan, yaitu kesucian hidup. Segala hal yang kita lakukan, sesuai apa yang Allah ingini. Selanjutnya, memenangkan jiwa-jiwa, karena itu yang memuaskan hati Allah dan sesuai dengan kehendak Allah. Allah tidak menghendaki seorang pun binasa. Kalau kita sampai punya kerinduan yang begitu dalam kepada Tuhan seperti ini, maka kita menjadi kekasih-Nya. Apa yang membuat kita tidak bisa remuk hati? Karena kita remuk untuk yang lain. Kesenangan-kesenangan dunia bisa meremukkan kita. 

“Kapan punya rumah; kapan punya jodoh; kapan sembuh dari sakit; kapan punya kedudukan itu?” Kita remuk untuk yang lain. Mestinya tidak ada yang kita ingini kecuali Tuhan. Jangan sibuk memikirkan atau ribut dengan hal yang lain. Hanya Tuhan yang kita ingini. Untuk itu, kita mau hidup hanya untuk menyenangkan Dia. Setiap kata yang kita ucapkan, harus benar. Setiap kata di media sosial kita harus benar dipertanyakan, “Tuhan senang, tidak?” Bukan “Yang penting aku senang, aku puas,” tidak bisa. 

Ketika seseorang tidak memiliki peluang memiliki apa-apa, brokenness-nya (remuk hati) itu mudah. Waktu dia tertindas, dilukai habis-habisan oleh orang, brokenness-nya mudah. Tetapi kalau seorang punya kesempatan terhormat, kesempatan punya harta, kesempatan menikmati hidup, maka dia tidak bisa punya brokenness. Lebih konyol lagi, sudah tidak punya kesempatan untuk menikmati hidup, tetapi tidak brokenness; mati rohaninya. Ini tidak menutup kemungkinan bagi kita yang secara finansial cukup, fisik sehat, relasi pejabat, relasi banyak. Tidak menutup kemungkinan kita punya brokenness. Asal, kita tidak menjadikan itu kebahagiaan. Kalau kita bahagia, orang lain tidak bahagia, kita tidak bisa bahagia, bukan? Apalagi nanti kalau kita sudah mulai diajak sepikiran, seperasaan dengan Allah, brokenness itu lebih dalam lagi. Lebih meningkat. 

Haus dan lapar akan kebenaran itu sampai tingkat kita remuk, stres. Kalau fisik lapar, haus tidak diisi, bisa stres. Masalahnya, jiwa kita stres. Kita tidak bisa paksa diri brokenness. Kita harus tanggalkan semua. Jika kita sungguh-sungguh, kita akan mencapainya. Banyak orang tidak mau berjuang hidup suci, karena tidak merasa yakin bisa mencapainya. Kita merasa kadang-kadang “Tidak akan mungkin ini,” setan itu menipu. Satu hal yang kita harus tahu, di dalam diri kita ada pangkalan yang kalau kita tidak hati-hati, Iblis masuk. Di dalam diri kita ini ada manusia lama; ada “setannya.”

Kita mestinya percaya, tetapi setan menghalangi untuk percaya. Kalau kita berdoa, dia mengganggu. Waktu kita mau mengampuni orang, dia berkata, “Tidak perlu, tidak bisa itu.” Waktu kita mau mematikan keinginan daging, dia bicara, “Wajarlah, jangan berlebihan.” Waktu mau berdoa, “Coba ke situ dulu. Coba kamu lihat itu ada apa. Coba kamu lihat TV, 2 menit saja.” Karena ada setannya di pikiran kita. Tetapi semakin hari, kita makin tahu, makin kita kenali suara itu. Belum lagi kalau keinginan dosa bisa ditimbulkan. Kalau setan seperti itu diberi kesempatan bicara terus, Roh Kudus tidak bisa bicara. 

Jadi, kita harus sungguh dapat mengenali suara yang bukan dari Allah. Kalau gembala yang baik berkata bahwa “Domba yang baik mendengar suara gembala,” yang bicara Gembala yang baik, yaitu Tuhan Yesus; mendengar suara-Nya tentu di dalam hati kita, bukan di telinga secara audible. Kita mau hidup suci, tetapi ada suara, “Tidak bisa. Tidak mungkin. Nanti saja. Kamu setia, tidak berkhianat kepada Tuhanmu. Kamu orang baik. Nanti sajalah kalau hidup suci.” Ada suara seperti itu. Dan itu yang membuat kita tidak hidup sesuai dengan kehendak Allah. Yang sungguh-sungguh saja, harus meratapi. Memang tidak mudah, maka kita harus serius dalam perjuangan. Apalagi yang tidak sungguh-sungguh. 

Jangan sombong. Lihat diri kita, kira-kira hidup kita sudah sesuai dengan kehendak Allah atau tidak? Jangan banyak bicara, jangan banyak teori. Bawa hidup kita di bawah kaki Tuhan. Kalau tidak, ketajaman kita berpikir jadi tumpul dan setan bisa masuk ke pikiran kita sehingga keluar kata-kata yang membuat busuk dan rusak orang lain. Mumpung kita masih hidup, kita bisa bekerja sekeras-kerasnya untuk pekerjaan Tuhan. Ingat, kesucian hidup itu menyenangkan Tuhan. Lalu, kita harus memenangkan jiwa-jiwa. Haus dan lapar akan kebenaran artinya bukan sekadar mengerti kebenaran, lalu sibuk belajar kebenaran, sibuk debat, sibuk di media sosial, tidak. Tutup mulut kita, tetapi gerakanlah hidup kita. 

Kalau setan selalu diberi kesempatan bicara, Roh Kudus tidak bisa bicara.