Saudaraku,
Tidak dapat disangkal, ada orang-orang yang sudah begitu bosan dan jenuh dalam hidup dan rasanya ingin mengakhiri kehidupan ini. Oleh berbagai penyebab, ada yang bunuh diri; entah karena kekecewaan, kepahitan hidup atau ketakutan menghadapi hari esok. Di sisi lain, ada orang-orang yang mengingini segera menyelesaikan waktu hidupnya karena merindukan Kerajaan Surga. Namun terus terang, ini jumlahnya sangat sedikit bahkan hampir tidak ada. Kalau dibandingkan dengan orang-orang Kristen abad mula-mula, ini perbandingannya jauh sekali. Orang Kristen abad mula-mula benar-benar merindukan untuk segera pulang. Seperti yang diwakili oleh Paulus dalam kesaksian hidupnya dalam Filipi 1:21-24, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus–itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.” Dan sejatinya, ini adalah standar yang benar.
Tuhan Yesus berkata dalam Yohanes 14:3, “Aku pergi menyediakan tempat bagimu dan kalau Aku sudah pergi menyediakan tempat bagimu Aku akan kembali lagi, supaya di mana Aku ada kamu ada.”Kalau Tuhan Yesus sendiri menginginkan di mana Dia ada kita ada, maka kita pun harus merindukan perjumpaan itu. Jadi kalau kita tidak merindukan untuk bertemu Tuhan, berarti ada yang salah dalam hidup kita. Karena hubungan kita dengan Tuhan itu adalah hubungan antar mempelai, antar kekasih. Kalau benar-benar sepasang insan saling mencintai dan merindukan hidup bersama, maka pertemuan di pelaminan itu sangat dinantikan. Ini yang mestinya juga kita lakukan. Namun kalau hanya karena masalah hidup—ekonomi, keluarga, sakit penyakit, pekerjaan—lalu Saudara ingin mengakhiri hidup, saya khawatir Saudara tidak akan diterima di kemah abadi.
Oleh karenanya keadaan sulit yang kita hadapi saat ini harus menjadi sarana, dorongan, pemicu untuk kita mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Jadi dengan kondisi yang menyakitkan di dalam hidup ini justru akan memacu dan memicu kita untuk hidup berkenan di hadapan Allah; untuk hidup suci, untuk menaati Firman Tuhan. Setelah itu, barulah kita boleh merindukan pulang ke surga. Orang yang sampai tingkat merindukan pulang ke surga karena mencintai Tuhan akan memiliki satu pengalaman dan ini tidak bisa dibahasakan dengan mudah dan tidak bisa dijelaskan secara lengkap dengan kata-kata; yaitu ketika dia berbuat salah, ia akan sangat meratapi keadaan kesalahan yang dia lakukan. Jerit, seruan, tangisan dan ratapannya adalah mengapa aku melukai hati Bapa di surga? Mengapa aku melukai Tuhan? Itu adalah ratapan yang benar-benar tulus.
Betapa indahnya kalau kita boleh pulang ke surga di mana tidak ada dosa; jadi bukan hanya tidak ada penderitaan. Tidak ada suami yang jahat, tidak ada isteri yang kejam, tidak ada bencana, sakit penyakit; tidak ada dosa. Sehingga kita tidak menyakiti hati Bapa di surga. Jadi kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan nanti akan semakin kuat ketika kita melihat kenyataan bahwa selama kita memiliki tubuh daging ini kita masih bisa salah; dan ratapan kita akan sampai luar biasa dalam. Jadi kalau kita sekarang menghadapi masalah ekonomi, masalah teman hidup yang jahat, hal ini harus diterima sebagai berkat. Kita dikasihi Tuhan melalui masalah-masalah itu. Kita dibawa melekat dengan Allah. Kita dijadikan kekasih Tuhan Yesus; dan kita akan benci dosa. Dan kalau sampai berdosa, kita akan merindukan pulang ke surga di mana tidak ada dosa.
Di sini kita baru menangkap kebenaran dalam kalimat Doa Bapa Kami, “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga,” dimana itu pasti tekanannya kepada kesukaan hati Allah. Artinya bagaimana kehendak Bapa dipenuhi, bagaimana kesucian bisa dibangun. Sebagaimana di surga tidak ada dosa dan kenajisan, demikian pula hidup kita hari ini selagi masih ada di bumi, tidak boleh ada dosa dan kenajisan. Jadi kalau kita berkata, “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga,” artinya kita harus menggelar pemerintahan Allah supaya segala sesuatu kita lakukan dalam ketaatan dan ketertundukan kepada Bapa di surga.
Tuhan Yesus memberkati
Erastus Sabdono
Kalau Tuhan Yesus sendiri menginginkan di mana Dia ada kita ada, maka kita pun harus merindukan perjumpaan itu.