Skip to content

Kepercayaan

Saudaraku,

Kita bersyukur Tuhan masih memberi kita hari yang baru dan lembar kanvas hidup kita terbentang di depan kita. Kita bersyukur untuk kesempatan ini. Kita bersyukur untuk kepercayaan ini. Sebab kalau Tuhan masih memberikan kita hidup, itu berarti kepercayaan. Kepercayaan untuk menerima hidup yang istimewa, hidup yang agung, hidup yang mulia. Lebih dari semua makhluk ciptaan lainnya, karena kita manusia dengan keberadaan kita yang sangat luar biasa; segambar dengan Allah yang dikehendaki untuk bisa serupa. Oleh sebab itu, setiap hati baiklah kita mulai mempersiapkan diri untuk tidak mengotori kanvas hidp kita dengan hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Jangan kita mengotori, mencemari lembar kanvas hidup kita dengan lukisan, goresan yang buruk.

Percayalah, Roh Kudus pasti mau memimpin kita, asalkan kita mau dipimpin, kita memberi diri dipimpin. Karena memang inilah maksud Roh Kudus diberikan. Tuhan Yesus berkata, “lebih berguna bagi-Ku kalau aku pergi, lebih berguna bagi-Ku kalau aku naik ke surga.” Kenapa? Sebab dengan Yesus pergi naik ke surga, Roh Kudus turun. Dan Roh Kudus ini menuntun kita kepada seluruh kebenaran. Jadi memang Roh Kudus diberikan supaya kita memiliki pendamping, advokat. Kita bersyukur kalau kita boleh menjadi anak-anak Allah yang menerima meterai Roh Kudus. Jadi, jangan kita menyia-nyiakan anugerah ini. Jelas Tuhan berkata di dalam Yohanes 16:7, “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.”

Roh Kudus, Dia menuntun orang percaya kepada seluruh kebenaran, itu hanya pada zaman Perjanjian Baru. Yaitu bagi orang yang percaya pada Yesus. Jadi Roh Kudus pasti menuntun kita. Yang luar biasa dari Bapa kita yang penuh rahmat, anugerah; goresan kita yang buruk bisa dihapus, selama kita mau mengakui goresan yang salah itu dan mohon pengampunan supaya dihapus. Tuhan mau membuat goresan baru di dalam lembar hidup kita. Kita memiliki kanvas besar yang berisi 70 tahun, 80 tahun atau mungkin lebih. Tuhan mau kita membuat lukisan yang menjadi milik harta kekal kita. Bukan sekadar legacy bagi manusia yang hidup setelah kita meninggal dunia, tapi menjadi milik kekal, legacy di kekekalan yang kita miliki.

Jadi, betapa berharganya satu hari yang Tuhan berikan, satu jam yang kita miliki, bahkan satu detik yang kita lalui. Karena semua itu menjadi goresan-goresan kekal, goresan abadi, di kanvas besar hidup kita. Ibarat sebuah proyek bangunan, ada deadline, demikian juga masing-masing kita punya deadline, namun kapan kita tidak tahu. Ibarat naik pesawat, kita sudah pegang boarding pass dan tinggal beberapa saat kita akan terbang. Tapi jangan berkata, “Yang masih muda dijamin masih lama,” belum tentu. Kita tidak tahu Tuhan menyelipkan boarding pass di saku kita, kita tidak tahu bahwa itu boarding pass, bukan tiket masuk ruang hiburan atau taman wisata. Oleh sebab itu memasuki setiap hari baru yang Tuhan percayakan, kita akan mulai berhati-hati. Di kekekalan nanti, semua lukisan hidup kita masing-masing akan dibuka.

Jadi, kalau orang di sekitar suka mencela—mengata-ngatai, menggosipkan, bahkan memfitnah—jangan melawan, jangan berusaha memperbaiki diri. Karena dengan cara demikian itu yang membuat kita akan lebih sungguh-sungguh membenahi diri guna persiapan di kekekalan. Apalah artinya kita mempertanggungjawabkan keadaan kita di depan manusia? Karena sejatinya, kita tidak perlu bertanggung jawab kepada manusia. Kita bertanggung jawab kepada Tuhan. Semua keadaan hidup seseorang akan dibuka, ditelanjangi; tidak ada yang tersembunyi. Setiap lukisan hidup kita akan dibuka, akan ditelanjangi. Maka kita pun jangan menilai orang dengan mudah, jangan menggosipkan orang, apalagi memfitnah.

Ayo, belajar puasa mulut. Termasuk gadget, tangan kita bicara. Ayo, kita mulai menjaga kesucian dari perkara-perkara kecil, dari setiap kata yang kita ucapkan, dari setiap perilaku, perbuatan bahkan gerak pikiran, perasaan kita. Ini sebuah perjalanan yang asyik. Mungkin Saudara ada yang suka membuat lukisan-lukisan tangan, tapi ada yang tidak suka. Orang yang bakat melukis atau orang yang suka melukis, dia bisa melukis setiap hari. Tapi Anda yang tidak melukis, mungkin tidak pernah melukis. Karena Anda berkata, “aku tidak bisa melukis.” Kalau disuruh melukis, Anda bilang, “aku tidak mau, aku tidak bisa.” Tetapi kalau melukis kehidupan, Anda harus mau, karena memang untuk itu kita hidup. Kita hidup untuk melukis lukisan yang indah, yang suatu hari kita akan persembahkan kepada Tuhan. Mari kita memeriksa diri. Kita tiarap untuk memeriksa diri kita, untuk mengoreksi diri. Kalau kita salah, ada dosa, kita bertobat, kita berubah untuk sebuah lukisan indah yang kita akan bawa ke kekekalan.

Teriring salam dan doa

Dr. Erastus Sabdono

Sebab kalau Tuhan masih memberikan kita hidup, itu berarti kepercayaan;kepercayaan untuk menerima hidup yang istimewa