Cara memandang hidup yang benar tidak bisa diperoleh seseorang dalam satu hari. Pasti memakan waktu bertahun-tahun, sampai bisa lengkap utuh. Inilah yang membuat seseorang mengenal suara Gembala. Mengenal suara Gembala artinya mengetahui segala sesuatu yang Dia kehendaki untuk kita lakukan. Kita harus terus berjuang, agar tidak ada perbuatan yang membuat hati Tuhan tidak nyaman, apalagi mendukakan. Kalau Firman mengatakan: “baik kau makan atau minum atau melakukan segala sesuatu, lakukan semua untuk Tuhan,” berarti tidak ada yang kita lakukan yang tidak sesuai kehendak-Nya.
Kekristenan sudah terlalu jauh dari kebenaran orisinalnya. Makanya hidup kita ini memang harus mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kalau kita mau mengarahkan diri kepada Tuhan, harus 100%. Tidak boleh tidak 100%. Harus mengarahkan diri ke surga 100%. Tidak bisa tidak. Banyak orang Kristen yang tidak mau masuk neraka, tetapi tidak mengarahkan diri 100% ke surga. Jadi di dunia ini, dia masih mau membangun “surga-surga kecil” atau kenikmatan-kenikmatan kecil. Itu filosofi hidup, cara memandang hidup yang salah.
Petrus cara pandangnya demikian. Dia mau Yesus menjadi Raja dunia. Dia menghalangi Yesus ke Yerusalem. Jadi kalau kita tidak fokus ke Tuhan 100%, kita tidak bisa mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan. Kita tidak mengalami lahir baru. Kita tidak bisa mengerti apa yang Dia kehendaki; apa yang baik, berkenan, dan yang sempurna, sehingga kita tidak menjadi anak Allah.
Kalau tidak punya pacar, merasa tidak lengkap. Sudah punya pacar, belum menikah, masih belum merasa lengkap. Sudah menikah, tetapi belum punya anak, juga tidak merasa lengkap. Itu filosofi, cara pandang hidup manusia pada umumnya. Tetapi ketika kita mengenal Tuhan Yesus, “Serigala mempunyai liang, burung punya sarang, Anak Manusia tidak punya tempat meletakkan kepala-Nya.” Kalau begitu, apakah berarti tidak boleh pacaran atau tidak boleh menikah? “Baik kau makan atau minum, boleh, asal untuk kemuliaan Tuhan.”
Orang yang tidak lahir baru, tidak masuk surga. Tetapi lahir baru jangan hanya menjadi kalimat doktrin, dan dibangun dalam pemahaman sistematika teologi saja sehingga sektor riilnya tidak jelas atau tidak ada pengalaman nyatanya, yaitu tidak pernah bertemu Tuhan. Kalau orang benar-benar mengenal suara Gembala, tidak ada yang berharga dalam hidupnya kecuali Tuhan. Kalau benar-benar mendengar suara Gembala, hidupnya pasti berguna bagi orang lain. Dia pasti berkarakter seperti Kristus.
Selagi kita masih memiliki kesempatan, cara pandang kita harus diubah. Cara pandang kita harus ditransformasi. Makanya, “persembahkan tubuhmu sebagai korban yang hidup, kudus, dan yang berkenan,” artinya kita mesti serahkan semua, baru bisa tidak menjadi serupa dengan dunia ini. Kekristenan yang benar itu menyita seluruh hidup kita. Dulu kita juga tahu bahwa kita hidup seperti manusia lain hidup. Hal itu sebenarnya menyimpang, tidak tepat. Kristen yang benar itu menyita seluruh hidup kita. Menikah, untuk Tuhan; tidak menikah pun, tidak masalah. Punya anak, puji Tuhan, dibimbing anak ini untuk menjadi perwira-perwira Kerajaan Surga. Tidak punya anak, juga tidak masalah.
Kehidupan kita yang sesungguhnya itu nanti, di balik kubur. Maka Tuhan berkata: “you are not of the world; kamu bukan dari dunia ini.” Paulus menulis: “cari perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” Dan Tuhan Yesus berkata, “Kumpulkan harta di surga, bukan di bumi.” Memang menjadi kacau, ketika filosofi dunia masuk ke dalam khotbah-khotbah pendeta sehingga menjadi seperti motivator. Sedihnya, tidak sedikit khotbah-khotbah pendeta yang lebih rendah dari kualitas motivator. Yang ditekankan hanya masalah pemenuhan kebutuhan jasmani dan bagaimana sebanyak-banyaknya bisa menikmati kenyamanan di bumi.
Jangan berbisnis dengan Tuhan. Jangan dagang dengan Tuhan. Dia Bapa kita. Tuhan tidak punya kepentingan. Tuhan butuh apa dari kita? Sebenarnya, Tuhan tidak punya kepentingan. Tetapi Tuhan punya anak-anak yang Ia sayangi. Ini luar biasa. Bagi Tuhan, “Kepentingan-Ku, kamu berubah menjadi manusia yang memiliki, menemukan dan menjalani hidup sesuai dengan maksud Aku menciptakan hidup,” itu yang pertama. Yang kedua, “tolonglah orang lain juga, bantu agar mereka bisa hidup seperti kamu hidup. Jadikan semua bangsa murid-Ku.” Tuhan tidak punya kepentingan, Dia hanya tidak ingin seorang pun binasa.
Bahagia bukan, memiliki dan dimiliki Tuhan? Mestinya kita merasa bahagia. Tidak ada yang kita takuti. Tuhan tidak punya kepentingan. Kepentingan Tuhan hanyalah: “kita berubah menjadi anak Allah seperti Dia.” Lalu, bantu orang lain berubah. Itu saja kepentingan Tuhan. Makanya kalau kita sudah menemukan cara pandang hidup yang benar, percayalah, kita pasti rela berbuat apa pun untuk Tuhan.
Tuhan tidak punya kepentingan, Dia hanya tidak ingin seorang pun binasa.