Banyak orang berpikir, kalau menjadi anak Allah maka segala kebutuhan hidup jasmaninya akan mudah dipenuhi, jalan hidupnya menjadi lebih lancar, sehingga hidup ini dapat dijalani lebih mudah. Pernyataan ini seakan-akan meyakinkan bahwa Tuhan pasti mengistimewakan mereka tanpa syarat. Mereka percaya, bahwa Allah sebagai Bapa akan menyenangkan anak-anak-Nya dengan berkat jasmani yang berkelimpahan. Biasanya mereka berpikir demikian, sebab mereka mengacu pada Firman Tuhan dalam Yohanes 10:10 yang mengatakan bahwa Tuhan datang untuk memberi kelimpahan. Benarkah ini? Faktanya, malah sering bertolak belakang. “Kelimpahan” dalam Yohanes 10:10 bukanlah berkat jasmani, melainkan kelimpahan dalam arti kualitas hidup yang tinggi. Kualitas hidup yang tinggi tentunya adalah kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah. Sesungguhnya, Bapa lebih memperhatikan kelimpahan secara rohani daripada kelimpahan secara jasmani. Justru, demi kelimpahan secara rohani, orang percaya harus dibentuk Tuhan sedemikian rupa dengan berbagai proses yang sering kali tidak nyaman. Hidup menjadi tidak nyaman karena proses tersebut. Kalau Tuhan memandang berkat jasmani yang dimiliki seorang anak Tuhan membahayakan, Tuhan pun akan mengurangi, bahkan sampai pada tingkat ekstrem dengan mengambil semuanya. Tuhan tidak mudah mengabulkan doa orang percaya, jika apa yang dimintanya adalah sesuatu yang membahayakan.
Allah sebagai Bapa pasti memelihara kehidupan jasmani anak-anak-Nya dengan sempurna. Namun, Bapa lebih mengutamakan pemeliharaan rohani dan kedewasaan iman orang percaya agar mengambil bagian dalam kekudusan-Nya. Dalam Ibrani 12:5-9, dikatakan bahwa Ia adalah Bapa yang mendidik anak-anak-Nya. Didikan tersebut memang sementara waktu tidak mendatangkan sukacita. Artinya, orang percaya yang sedang dididik oleh Allah Bapa akan merasakan kehidupan yang tidak nyaman. Namun, didikan tersebut menghasilkan damai dalam kehidupan orang percaya, yaitu damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal dan yang bernilai kekal. Dalam hal ini, penyertaan Tuhan memang tidak selalu memberi kenyamanan, sebaliknya malah ketidaknyamanan. Hal itu terjadi karena kehadiran-Nya dalam hidup orang percaya adalah untuk mendidik, mendewasakan, dan menyempurnakan agar orang percaya dikembalikan ke rancangan semula Allah.
Bapa tidak akan mengorbankan pendidikan rohani, yaitu kesempurnaan sebagai anak-anak-Nya secara moral dengan kelimpahan jasmani. Banyak pembicara di mimbar mengesankan bahwa Bapa mau berperkara dengan umat-Nya berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan jasmani. Adapun mengenai kehidupan rohani, dikesankan bahwa itu bisa bertumbuh dengan sendirinya secara otomatis dan mudah. Itulah sebabnya, dalam pertemuan-pertemuan bersama di beberapa gereja, yang mereka utamakan adalah puji-pujian dan pengagungan terhadap kuasa dan kebaikan Tuhan. Dengan dilakukannya hal itu, mereka meyakini bahwa kuasa dan berkat Tuhan dicurahkan, tentu maksudnya adalah berkat jasmani. Para pemimpin rohani seakan-akan memiliki kuasa untuk menarik berkat Tuhan dari surga. Mereka beranggapan bahwa Tuhan hanya akan melimpahkan berkat-Nya melalui hamba-hamba Tuhan. Harus dipahami bahwa kelimpahan jasmani hanyalah sementara, tetapi kedewasaan rohani dimana orang percaya mengambil bagian dalam kekudusan-Nya, merupakan harta abadi yang tidak terbeli dengan apa pun. Oleh sebab itu, sangatlah keliru kalau diajarkan bahwa Bapa memperhatikan pemenuhan kebutuhan jasmani tetapi tidak memerhatikan pendewasaan rohani. Justru sebaliknya, Bapa akan sangat memerhatikan kedewasan rohani lebih dari pemenuhan kebutuhan jasmani. Bila perlu, Bapa akan mengorbankan pemenuhan kebutuhan jasmani demi kedewasaan rohani orang percaya. Dalam hal ini, pemeliharaan Allah Bapa lebih terfokus pada kehidupan rohani.
Oleh sebab itu, kelimpahan dalam kehidupan orang percaya yang telah dimerdekakan oleh Tuhan dengan darah-Nya, hendaknya tidak dipahami sebagai kelimpahan secara jasmani. Jika kelimpahan dalam Tuhan dipahami sebagai kelimpahan jasmani, banyak orang yang dapat mencapai hal tersebut tanpa Tuhan. Sebab, sudah pasti kelimpahan yang Tuhan maksudkan bukanlah kelimpahan secara materi. Kelimpahan yang Tuhan maksudkan adalah kelimpahan dalam hal kualitas karakter sesuai kehendak Bapa. Dalam hal ini, Tuhan memberikan kemampuan, sarana, dan fasilitas yang berlimpah untuk orang percaya sehingga dapat mencapai kualitas hidup yang tinggi tersebut. Allah bekerja menghadirkan segala perkara dalam kehidupan orang percaya untuk menyempurnakannya. Di sinilah letak kelimpahan yang dihadirkan Allah dalam kehidupan orang percaya, yakni berkat penggarapan dan penyempurnaan yang tidak ternilai. Berkat penggarapan dan penyempurnaan ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari kemerdekaan yang Tuhan berikan kepada orang percaya. Melalui penggarapan dan penyempurnaan tersebut Tuhan mengembalikan manusia pada rancangan-Nya semula.
Kelimpahan jasmani hanyalah sementara, tetapi kedewasaan rohani dimana orang percaya mengambil bagian dalam kekudusan-Nya, merupakan harta abadi yang tidak terbeli dengan apa pun.