Saudaraku,
Tidak semua kekhawatiran adalah sebuah pelecehan terhadap Tuhan, seakan-akan karena dengan khawatir seseorang mengatakan bahwa Allah tidak sanggup mengurus hidupnya. Allah sanggup mengurus hidup umat-Nya, tetapi kalau umat-Nya tidak mengurus hidupnya dengan benar, maka pasti hidup dalam kekurangan. Perlu ada kekhawatiran yang positif, yaitu kekhawatiran yang menggerakkan seseorang berjaga-jaga, bekerja keras dan bertanggung jawab. Kekhawatiran yang paling prinsip adalah kekhawatiran terbuang dari hadirat Allah.
Lalu apa maksud Tuhan Yesus mengatakan bahwa hidup lebih penting dari makanan dan tubuh lebih penting dari pakaian? Kata hidup dalam teks ini adalah psuke (ψυχῇ), yang artinya jiwa. Dalam jiwa ada pikiran, perasaan dan kehendak. Di sini Tuhan hendak menunjukkan bahwa pemeliharan pikiran, perasaan dan kehendak—yaitu manusia batiniah—lebih penting dari makanan jasmani untuk pertumbuhan fisik (nourishment; τροφῆς).
Dengan pernyataan ini Tuhan Yesus hendak menunjukkan bahwa manusia hidup bukan hanya dari roti saja. Maksudnya, jangan karena makanan jasmani (roti) seseorang mengabaikan pemeliharaan manusia batiniah yang lebih penting sebab membawa dampak abadi. Manusia mengusahakan segala sesuatu demi kepuasan jasmaninya. Hal ini seperti orang-orang Roma yang gelojoh. Mereka makan sekenyang-kenyangnya kemudian dimuntahkan dan makan lagi.
Tuhan juga hendak menunjukkan bahwa orang percaya tidak boleh khawatir karena kurang banyak atau kurang puas dengan makanan yang tersedia. Bapa pasti memelihara lebih dari burung di udara. Kekhawatiran di sini adalah kekhawatiran kurang banyak seperti orang kaya dalam Lukas 12:16-21. Apa yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus sinkron dengan yang dikemukakan Paulus, asal ada makanan dan pakaian cukup. Hidup bukan untuk makan, namun makan untuk hidup.
Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa tubuh lebih penting dari pakaian. Kata tubuh di sini adalah soma (σῶμα) dan pakaian dalam teks aslinya adalah endumatos (ἐνδύματος) yang artinya jubah luar (outer robe). Dalam hal ini Tuhan mengingatkan kepada manusia yang tidak menggunakan tubuhnya dengan benar. Mereka lebih mendandani dengan jubah luar yang megah dalam pemandangan mata manusia tetapi tidak menggunakan tubuh untuk kemuliaan Allah. Inilah yang dilakukan oleh manusia sejak zaman dahulu, demi penampilan mereka mengusahakan segala sesuatu, bukan bertujuan mengabdi kepada Allah melainkan demi dirinya sendiri.
Jadi kekhawatiran di sini adalah kekhawatiran karena kurang berpenampilan menarik. Padahal Tuhan pasti memelihara tubuh yang adalah milik-Nya demi kemuliaan nama-Nya dan kepentingan Kerajaan Allah. Tuhan Yesus menunjukkan bahwa bunga di padang didandani lebih dari Salomo, maka orang percaya pasti dipelihara lebih dari semua itu. Kalau kekhawatiran orang percaya didasarkan karena tidak bisa bermegah dalam penampilan, maka berarti ia tidak mengumpulkan harta di surga.
Pemeliharaan Allah memiliki jangkauan yang lebih panjang dan lebih mulia. Sayang sekali, banyak orang Kristen yang berpikir dangkal, mereka memandang Matius 6:30 sekadar janji bahwa Tuhan akan memelihara kehidupan mereka di bumi dengan sempurna (makan dan minum serta pemenuhan kebutuhan jasmani), tetapi mereka tidak melihat rencana Allah di balik pemeliharaan jasmani tersebut. Pemeliharaan Allah atas kehidupan jasmani anak-anak Tuhan dimaksudkan agar mereka bisa menyelenggarakan maksud dan tujuan hidup sebagai orang percaya, yaitu mengumpulkan harta di surga dan mendahulukan Kerajaan Allah tanpa gangguan atau tanpa hambatan (Mat. 6:19-21; 33).
Dengan demikian pemenuhan kebutuhan jasmani bukanlah tujuan atau goalnya. Dalam hal ini orang percaya harus bisa diajak sepikiran atau sevisi dengan Allah, yaitu untuk tidak fokus pada hal-hal duniawi. Itulah sebabnya Tuhan Yesus tegas berkata agar orang percaya tidak mengumpulkan harta di bumi, tetapi agar orang percaya mengumpulkan harta di surga. Allah tidak menghendaki manusia dibuang ke dalam lautan api (Why. 20:15). Kalau pengertian seseorang tumpul atau pengertiannya gelap (Mat. 6:22), maka mereka tidak menangkap maksud Tuhan di balik kalimat dalam Matius 6:30 tersebut. Mereka hanya menganggap Tuhan berurusan dengan makan dan minum serta pakaian jasmani. Padahal perspektif Tuhan memandang hidup adalah kekekalan.
Teriring salam dan doa,
Acct. Prof. Dr. Erastus Sabdono
Kekhawatiran yang positif adalah kekhawatiran yang menggerakkan seseorang berjaga-jaga, bekerja keras dan bertanggung jawab.