Skip to content

Keberuntungan

Tidak ada sesuatu yang dapat disamakan, disejajarkan atau dipadankan dengan Elohim atau Allah yang menciptakan langit dan bumi. Yang kita tahu dan kita percaya, sesuai Kitab Suci, bahwa Elohim atau Allah yang benar adalah Yahweh. Elohim Yahweh, Elohim Israel; yang disembah oleh Abraham, Ishak dan Yakub, yang menciptakan langit dan bumi, yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan menuntunnya ke tanah Kanaan dan membangun negeri Kanaan. Di sanalah Daud dilahirkan, Salomo dan nabi-nabi lain. Nabi-nabi ini datang dari Israel, bukan dari bangsa lain. 

Allah yang disembah oleh mereka—Abraham, Ishak dan Yakub juga yang disembah oleh Sadrakh, Mesakh, Abednego, Daniel, Elia, Elisa, Musa—adalah Elohim Yahweh. Tak ada yang dapat disamakan dengan Dia. Kebesaran-Nya melampaui yang dapat dipikirkan oleh siapa pun, Dia Maha Besar, Maha Kuasa. Lebih besar dari jagat raya yang tidak terbatas ini. Betapa mendahsyatkan Pribadi Agung ini. Elohim Yahweh; Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Betapa beruntungnya kita menjadi umat pilihan dan mengenal Allah yang benar ini. Tetapi, keberuntungan kita tidak menjadi keberuntungan, bahkan bisa menjadi malapetaka, kalau kita tidak menempatkan Allah secara benar di dalam hidup ini dan tidak menempatkan hidup kita benar di hadapan-Nya

Oleh sebab itu, mari kita memilih Tuhan. Artinya, kita mau melepaskan, menanggalkan, meninggalkan apa pun, yang dapat menghalangi hubungan persekutuan kita dengan Dia. Hal ini harus kita lakukan tanpa batas. Sungguh, ini adalah keberuntungan di atas segala keberuntungan, yaitu kita mengenal Allah yang benar dan kita mau memiliki Dia dan Dia memiliki kita. Kita mau meninggalkan, menanggalkan, melepaskan segala sesuatu yang dapat menghalangi, merusak hubungan harmonisasi atau hubungan ideal kita dengan Tuhan. Tentu yang merusak hubungan kita dengan Tuhan adalah dosa. Maka, kita harus meninggalkan semua dosa; sekecil, sehalus apa pun. 

Ini yang pertama, kesucian hidup. Dahulu, kita adalah orang-orang rusak, tetapi Tuhan mau mengampuni, melupakan dosa-dosa kita dan jangan dilakukan lagi. Sekecil apa pun dosa itu. Kebencian, dendam, pikiran kotor, perzinaan, ketidakjujuran, semua harus dibuang. Kita harus hidup di dalam kesucian Tuhan. Sebab dengan kekudusan dan kesucian itulah kita dapat bersekutu dengan Tuhan secara benar. Kepada orang-orang muda, kalian harus mau belajar hidup suci. Jangan berpacaran sebelum waktunya. Pikirkan hal-hal yang kudus. Jangan sekali-kali berpacaran dengan orang yang tidak seiman, karena itu pengkhianatan terhadap Tuhan dan kalian akan celaka!

Yang kedua, jangan memiliki kesenangan selain Tuhan. Ini memang berat. Karena irama jiwa kita pada umumnya sudah terikat dengan hiburan, tontonan, uang, harta, kebanggaan, kehormatan, senang dipuji, dan lain sebagainya. Tidak salah punya uang, harta, jadi pemimpin, terhormat, dipuji orang; tidak salah. Tetapi jangan menjadikan semua itu kebahagiaan kita. Terutama hobi-hobi yang mencuri perhatian kita, yang membuat uang kita terbuang sia-sia. 

Jangan menganggap Tuhan itu murahan! Kalau kita memilih Tuhan, maka kita harus menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan, “Orang kaya, sukar masuk surga.” Karena hatinya terikat dengan kekayaan dan segala kesenangan. Dengan banyak uang, orang punya sayap lebar. Dia bisa terbang ke mana saja, bisa beli apa saja, bisa lakukan apa saja. Dan itu yang membuat seseorang sukar masuk surga. Sukar bukan berarti tidak bisa. Orang yang miskin secara materi pun akan sukar masuk surga kalau hatinya juga terikat dengan kekayaan dunia dan harapan-harapan; harapan untuk memperoleh kebahagiaan, kenyamanan, keamanan, dan ketenangan dari dunia ini dengan segala fasilitasnya.

Yang ketiga, percaya. Bulatkan hati, percaya bahwa Allah itu hidup, Allah itu ada, Allah itu eksis. Kita harus menghayati terus kehadiran Tuhan setiap saat. Kita hayati terus keberadaan Allah yang hidup. Menaruh-Nya di depan mata kita, agar kita tidak berdosa kepada Tuhan. Kita tidak lagi berdosa, tidak lagi ingat-ingat dosa. Kita hanya mau merindukan Tuhan dan Kerajaan-Nya, pulang ke surga. Kiranya kita menjadi orang-orang yang disisakan Tuhan untuk menyambut kedatangan Mempelai Pria kita; Tuhan Yesus Kristus. Kiranya kita menjadi umat yang dipersiapkan untuk dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus Kristus, masuk ke dalam Rumah Bapa, sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah. 

Marilah kita menggunakan semua potensi yang ada pada kita—tanpa batas—untuk menjadi berkat bagi orang di sekitar kita, menyelamatkan sebanyak mungkin orang ke dalam Kerajaan Surga dengan membagikan Suara Kebenaran. Karena sudah saatnya orang Kristen, orang percaya, menjadi orang-orang yang benar-benar kudus, tak bercacat tak bercela, seperti Yesus. 

Keberuntungan kita sebagai umat yang mengenal Allah yang benar, tidak menjadi keberuntungan, bahkan bisa menjadi malapetaka, kalau kita tidak menempatkan Allah secara benar di dalam hidup ini dan tidak menempatkan hidup kita benar di hadapan-Nya.