Saudaraku,
Pada dasarnya berapa nilai diri seseorang tergantung dari nilai atau penghargaan yang diberikan seseorang kepada dirinya sendiri. Kalau seseorang tidak menghargai dirinya sendiri. maka berarti ia tidak membuat dirinya berharga. Dan orang yang gagal menghargai dirinya berarti gagal menjadi manusia. Wahai betapa lebih baiknya kalau ia tidak pernah hidup sebagai manusia. Ini juga berarti ia gagal mengerjakan keselamatannya. Sebab keselamatan pada intinya juga usaha untuk membuat dirinya benar-benar berharga atau bernilai dengan ukuran yang benar, yaitu indah di pemandangan mata-Nya. Masalahnya adalah bagaimana seseorang menghargai dirinya sendiri secara benar.
Sejatinya, banyak orang menghargai dirinya sendiri secara keliru. Mereka menghargai dirinya sendiri dengan berbagai fasilitas hidup yang dapat dimiliki sepeti rumah, mobil dan lain sebagainya. Bagi para wanita mereka menaikkan nilai diri melalui penampilan. Hal ini menyangkut model baju yang dikenakan, perhiasan, kemulusan wajah dan lain sebagainya yang bersifat fisik. Seakan-akan kalau yang dikenakan memiliki nilai tinggi, ia menganggap bahwa nilai dirinya juga bertambah. Hal ini juga terjadi pada pria yang merasa dirinya lebih bernilai dengan berbagai barang bermerk yang dapat dikenakan pada tubuhnya dari merk sepatu sampai cincin berliannya.
Tidak jarang juga ada orang yang merasa dapat menaikkan nilai dirinya dengan gelar, pangkat, kekuasaan dan jabatan. Mereka menghabiskan tahun-tahun umur hidupnya hanya berjuang mengorbankan apa pun—bahkan sesamanya—demi mencapai nilai diri tersebut. Biasanya orang-orang seperti ini kehilangan kemanusiaannya. Ia menjadi serigala bagi sesamanya. Dengan cara ini Iblis membelenggu manusia untuk menjadi milik dan warganya. Dalam kebodohan, banyak orang tidak menyadari hal ini, sehingga mereka telah menjadi mangsa Iblis.
Saudaraku,
Ironis, banyak orang Kristen yang sebenarnya sudah dalam tawanan iblis. Bila terlalu lama dalam tawanan cara berpikir dan sikap hidup seperti itu maka ia bisa tidak akan pernah bisa dibebaskan lagi. Ini berarti ia menjadi mempelai abadi Lusifer yang jatuh. Sebaliknya, sangat sedikit orang yang memahami nilai diri yang sesungguhnya. Nilai diri seseorang ditentukan oleh seberapa jauh seseorang berubah menjadi seorang yang berwatak Allah. Inilah yang dimaksudkan oleh Petrus bahwa “tetapi perhiasan orang ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah” (1Ptr. 3:4).
Dan banyak orang berpikir bahwa dirinya sudah berharga di mata Allah dengan alasan bahwa Tuhan Yesus telah mati menebus manusia. Kemudian merasa sudah puas dengan keadaan tersebut. Ia berpikir bahwa keberhargaan di mata Allah adalah keberadaan yang statis. Tidak perlu ada perubahan, apalagi sebuah proses pertumbuhan untuk menjadi lebih berharga. Pemikiran ini salah. Inilah yang membuat seseorang tidak mengerjakan keselamatannya. Keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya yang semula. Untuk ini setiap orang harus merespons dengan benar tindakan Tuhan menggarap dirinya.
Saudaraku,
Sebenarnya penebusan oleh Tuhan Yesus bermaksud agar kita menjadi benar-benar menjadi berharga di mata Allah secara ideal. Mereka yang belum bertumbuh di dalam Tuhan belumlah berharga secara ideal, sehingga perlu pendewasaan untuk menjadi indah di pemandangan Tuhan dan berharga secara ideal. Pendewasaan untuk menjadi indah ini perlu waktu yang panjang. Jadi, seseorang tidak dapat menjadi berharga di hadapan Allah secara ideal dengan cepat atau mendadak. Bangsa Israel adalah biji mata Tuhan yang dinyatakan sangat berharga di mata Allah. Tetapi pada kenyataannya bangsa itu tidak melakukan apa yang Tuhan kehendaki atau tidak indah di mata-Nya, maka Tuhan membuang mereka dari negeri yang diberikan Tuhan kepada mereka dan Tuhan menghukum tiada ampun. Mereka menjadi hancur dan menjadi cemoohan bangsa-bangsa.
Sebenarnya ketika kita menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat kita masih seperti bahan mentah yang keberhargaannya belum ideal; bagai tanah liat yang belum terbentuk. Jadi, pada mulanya belum benar-benar berharga seperti yang dikehendaki oleh Allah. Dari bahan mentah yang keberhargaannya terbatas, Tuhan hendak menjadikan sesuatu yang benar-benar berharga secara ideal. Tetapi kalau seseorang menolak pembentukan-Nya, maka ia tidak akan berharga sama sekali alias menjadi sampah abadi. Hal ini bisa diibaratkan seperti tanah liat.
Tanah liat di tangan Tuhan memang berharga, tetapi tanah liat tersebut tidak akan berharga kalau tidak menjadi bejana yang indah menurut Sang Penjunan. Apabila dari barang mentah yang sebenarnya berharga (tanah liat), tetapi jika ia tidak menjadi seperti yang dikehendaki Sang Penjunan, maka ia akan menjadi sampah abadi. Melihat hal ini maka kita mengerti betapa gentingnya hidup ini, sebab hidup singkat di bumi hanyalah waktu persiapan untuk hidup yang sebenarnya di dunia yang akan datang. Kita harus berusaha mengisi hidup ini untuk bertumbuh menjadi manusia seperti yang dikehendaki oleh Allah. Kita juga harus menyadarkan bahwa sebenarnya banyak orang nyaris menjadi sampah abadi yang tidak pernah indah di mata Tuhan.
Teriring salam dan doa,
Erastus Sabdono
Mereka yang belum bertumbuh di dalam Tuhan, belumlah berharga secara ideal, sehingga perlu pendewasaan untuk menjadi indah di pemandangan Tuhan dan berharga secara ideal.