Skip to content

Keberhargaan Sementara

Pada umumnya, kita semua mengakui bahwa sebagai orang percaya, kita juga adalah anak-anak Allah yang berharga di mata Allah. Keberadaan kita di mata Allah sering dikemukakan sebagai suatu yang unggul, seakan-akan dengan status tersebut, secara otomatis kita menjadi “aman.” Banyak orang Kristen berpikir bahwa sampai kapan pun dirinya adalah orang yang berharga di mata Allah tanpa ada limit waktu. Ditambah lagi dengan kenyataan Allah Bapa memberi Putra Tunggal-Nya untuk keselamatan manusia. Hal ini sangat meneguhkan hati bahwa memang orang percaya itu berharga di mata Allah. Tetapi banyak orang tidak tahu bahwa keberadaan kita di mata Allah itu temporal, artinya ada batas waktunya. Firman Tuhan mengatakan, “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!” (Yes. 55:6). 

Orang percaya harus tahu bahwa memang orang percaya adalah orang yang berharga di mata Allah, tetapi keberhargaan orang percaya terbatas waktunya, yaitu selagi masih bisa dibentuk atau diubah menjadi manusia sesuai dengan rancangan Allah semula. Tetapi kalau orang percaya sudah tidak bisa dibentuk lagi, maka ia tidak berharga lagi. Analoginya seperti tanah liat yang masih basah, berarti masih bisa dan mudah dibentuk, maka tanah liat tersebut berharga sebab masih dapat dibentuk. Tetapi kalau tanah liat sudah menjadi keras, tidak bisa lagi dibentuk. Jika sudah berkeadaan seperti itu, tanah liat tersebut menjadi tidak berharga dan dibuang sebagai sampah. Oleh sebab itu, selagi masih ada kesempatan untuk diubah, kita harus memberi diubah dan benar-benar mengalami perubahan. Orang percaya yang terus mengalami perubahan berharga di mata Allah sampai menjadi bejana yang indah atau menjadi manusia sesuai dengan rancangan Allah, maka menjadi “perkakas abadi” dalam Rumah Allah. 

Menjadi bejana yang indah bukan hanya menjadi seorang yang telah menyelesaikan semua kesalahan atau dosa, tetapi juga telah diproses sehingga kodrat atau dorongan dosa yang ada di dalam dirinya telah dikikis. Ini berarti seseorang yang menjadi bejana indah haruslah mengalami perubahan dari kodrat dosa menjadi seorang yang berkodrat ilahi. Orang yang berkodrat ilahi adalah orang-orang yang berhenti berbuat dosa. Ini adalah bejana yang sudah jadi indah atau sudah terbentuk. Proyeksi kehidupan orang percaya mestinya hanya ini, yaitu bagaimana menjadi bejana yang indah di mata Allah. Bejana yang indah adalah pribadi orang percaya yang mendapat pengakuan oleh Allah Bapa sendiri, bahwa dirinya berkenan di hadapan Allah.

Kalau seseorang hanya menyelesaikan perbuatan-perbuatan dosanya dengan memohon pengampunan tetapi tidak menyelesaikan kodrat dosanya, maka karakter dosanya akan masih melahirkan perbuatan-perbuatan dosa. Ini adalah bejana-bejana yang belum menjadi indah atau belum terbentuk. Banyak orang Kristen merasa kalau dirinya sudah menyelesaikan dosanya dengan meminta ampun, ia tetap menjadi seorang yang berharga di mata Allah. Meminta pengampunan dosa sehingga perbuatan dosa telah diampuni bukan berarti keberadaan dosa kita sudah selesai. Orang percaya harus bertindak bukan saja meminta ampun atas dosa kesalahan, melainkan juga harus menyelesaikan kodrat dosa dengan proses pendewasaan.

Kalau surga dihuni oleh orang-orang yang hanya menyelesaikan perbuatan dosanya dengan meminta ampun sementara kodrat dosanya tidak diselesaikan, maka surga menjadi tempat orang-orang yang berpotensi berbuat dosa. Itulah bejana-bejana yang belum indah atau belum terbentuk. Keselamatan dalam Yesus Kristus bukan hanya menyelesaikan perbuatan-perbuatan dosa yang telah kita lakukan, melainkan juga potensi dosa di dalam kodrat dosa yang ada di dalam diri kita. Penggarapan kodrat dosa di dalam diri kita itu sama dengan pembentukan diri untuk menjadi bejana yang indah. Selama seseorang masih bisa diubah menjadi bejana yang indah, maka ia berharga di mata Allah. Tetapi kalau sudah tidak bisa dibentuk lagi, ia tidak berharga di mata Allah.

Standar bejana yang indah adalah profil Yesus, yaitu melakukan kehendak Bapa. Kalau seseorang tidak melakukan kehendak Bapa—walaupun dia adalah seorang pendeta atau penginjil yang sudah mengadakan banyak mukjizat dimana di dalam doa-doanya juga sering minta ampun atas kesalahan mereka—Tuhan akan tetap menolak mereka. Dosa yang mendatangkan maut adalah dosa yang bisa diselesaikan dengan darah Yesus yang ditumpahkan di Bukit Kalvari. Tetapi dosa yang tidak dapat diampuni adalah kodrat dosa di dalam diri seseorang yang tidak diperhatikan, sehingga seseorang tidak bisa menjadi bejana yang indah. Harus diingat, bahwa surga hanya tempat orang-orang saleh, artinya orang-orang yang berpotensi tidak berbuat dosa lagi. Mereka adalah bejana yang sudah terbentuk menjadi indah di mata Allah. Tentu saja mereka menjadi berharga selama-lamanya.