Satu hal yang kita pasti tahu, setuju, alami, dan buktikan adalah bahwa kita tidak pernah luput dari masalah. Sejujurnya, di alam bawah sadar, kita memiliki harapan supaya bisa menjalani hidup tanpa masalah. Memang kita tidak ingin atau sengaja membawa diri kita kepada masalah, tetapi jangan berharap kita bisa hidup tanpa masalah. Kita harus mempersiapkan diri untuk selalu mempertimbangkan bahwa masalah pasti ada dan pasti akan kita alami. Mari kita hapus suara harapan itu, karena firman Tuhan jelas mengatakan dalam Matius 6:34, “Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Itu berarti kesusahan adalah bagian hidup yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan setiap manusia.
Jadi, yang kita harus pahami adalah masalah merupakan bagian dari berkat. Sebagai seorang atlet, di setiap hari ada latihan. Bagaimana seorang petinju bisa tahan pukulan? Tentu ia harus dipukuli sering-sering, supaya ia dapat menjadi kuat dan tahan dalam pertandingan. Tuhan mau kita menjadi orang-orang kuat di dalam Tuhan. Tentu artinya kuat dalam spiritualitas. Hal itu tidak cukup hanya di dalam kamar berdoa, baca Alkitab, dengar khotbah. Berdoa, wajib; membaca Alkitab, mesti; mendengar khotbah harus. Namun, pengalaman atau perjalanan hidup di mana kita mengalami masalah-masalah, adalah dinamika yang pasti kita alami.
Firman Tuhan mengatakan, “Hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Yang luar biasa di sini adalah porsi masalah yang diberikan itu, cukup. Kesusahan sehari, cukuplah untuk sehari. Jadi, beban dari masalah, persoalan, kesulitan yang kita hadapi setiap hari itu, cukup. Begitu hebatnya Tuhan semesta alam mengatur semuanya. Itulah sebabnya dalam 1 Korintus 10:13 firman Tuhan mengatakan, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa.” Ingat, masalah adalah hal yang biasa. Kita sering melihat atau kita sendiri mengalami ketika mendapatkan persoalan hidup, lalu kita berkata, “Wah, berat. Luar biasa,” padahal firman Tuhan mengatakan, masalah itu biasa bagi setiap manusia.
Pencobaan yang biasa, yang memang diperuntukkan bagi manusia. Tidak ada pencobaan yang melampaui kekuatan manusia. Percayalah, Dia melihat dan memperhatikan hidup kita, artinya Dia tetap dalam kontrol-Nya yang sempurna. Ingat, Allah itu setia. Tuhan pasti memberi jaring-Nya. Setiap kita punya jaring. Jadi, kalau ada batu masalah yang lebih besar dari lubang jaring hidup kita, pasti tidak bisa masuk. Pasti setiap hari ada batu yang dilempar. Sebenarnya, itu adalah batu berkat. Kadang kita mengatakan di dalam kedalaman hati kita, “Aduh, kalau boleh jangan mengalami yang seperti ini.” Manusia lama kita memang sering mengintimidasi kita.
Tuhan tidak membuat tembok, tetapi Tuhan hanya membuat jaring. Kalau tembok, itu anti masalah. Jangan kita berpikir Tuhan memberi kita tembok anti masalah. Tuhan memberikan jaring untuk mengukur seberapa besar masalah yang kita bisa pikul. Tuhan pasti melindungi kita dengan jaring, bukan dengan tembok. Ingat, pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan biasa. Jadi kalau kita marah sambil berteriak, “Mengapa, Tuhan?” berarti kita menganggap Tuhan tidak bijaksana.
Tuhan memberikan pencobaan yang tidak melampaui kekuatan, tetapi itu bukan berarti terus-menerus pencobaan yang kita alami, ringan. Beratnya persoalan pasti sesuai dengan umur kedewasaan rohani kita masing-masing. Jadi, persoalan itu melatih kita. Bagaimana saat kita direndahkan, dihina, difitnah, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Kita dilatih. 1 Petrus 1:6 mengatakan, “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berduka cita oleh berbagai-bagai pencobaan…” Seketika itu artinya sementara, tidak lama. Jadi, semua pasti ada akhirnya.
Tuhan menguji atau mengizinkan pencobaan untuk meningkatkan kualitas iman kita. Setan mencobai untuk menjatuhkan. Jadi Tuhan memakai keadaan yang “negatif,” yang membuat kita berduka, untuk meningkatkan, membuktikan kemurnian iman kita. Lalu, kalimat berikutnya, “… yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api, sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” Apakah kita pernah melihat proses orang mengolah emas secara tradisional? Tuhan mau memurnikan kita, supaya hal-hal negatif dalam diri kita, bisa dirontokkan. Jadi, masalah bisa merontokkan unsur-unsur kenajisan di dalam diri kita.
Maka, kita tidak bisa berkata, “Tuhan, buat aku dewasa,” tanpa ada masalah. Kadang-kadang kita tidak tahu mengapa terjadi begini atau begitu, tetapi ternyata Tuhan membuat jaring. Tidak mungkin tidak ada masalah, tetapi ternyata masalah itu nutrisi jiwa dan sarana latihan. Dunia ini merupakan training center kita untuk mempersiapkan kita masuk langit baru bumi baru.
Porsi masalah yang diberikan itu, cukup, karena Tuhan sudah
memberikan kita jaring, bukan tembok.