Skip to content

Jangan Takut Hidup Suci

Saudaraku,

Sebagai orangtua, tentu kita merasa bahagia kalau anak kita memiliki cita-cita atau keinginan yang sesuai dengan keinginan kita sebagai orangtua. Kita akan sangat bersukacita dan juga mendukung sepenuhnya. Demikian pula dengan Bapa di surga. Bapa akan bersukacita dan mendukung kalau kita memiliki keiinginan dan cita-cita sesuai dengan hati Bapa. Masalahnya, tahukah kita apa yang menjadi keinginan dan cita-cita yang sesuai dengan hati Bapa itu? Hal itu adalah kalau kita ingin sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Tuhan Yesus, kalau kita berani berambisi untuk hidup tidak bercacat tidak bercela, kalau kita berambisi sungguh-sungguh untuk benar-benar hidup suci dalam segala hal.

Kita telah melewati tahun-tahun di mana kita memang tidak melakukan pelanggaran moral secara umum atau kita mungkin juga termasuk orang yang sangat baik di mata manusia, tetapi ternyata kita belum mencapai kesucian seperti kesucian standar Allah. Dan ironisnya, kita tidak merasa bahwa kita bersalah, karena kita merasa sudah menjadi orang baik-baik. Mari sekarang kita sadar bahwa kesucian yang Allah Bapa kehendaki adalah kesucian standar Dia. Itulah sebabnya Yang Mulia Tuhan kita Yesus Kristus berkata agar kita sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus. Kita mau menggairahkan diri kita, kita mau mengobarkan kerinduan, keinginan, dan cita-cita kita untuk menjadi sempurna seperti Bapa, artinya kita berpikir seperti Allah Bapa berpikir, berperasaan seperti Allah Bapa berperasaan atau sama dengan memiliki pikiran perasaan Kristus. 

Ambisi ini harus menyala di hati kita walaupun sekarang kita sedang didera, ditekan oleh berbagai masalah-masalah hidup. Walaupun sekarang kita sedang didera, ditekan oleh berbagai masalah-masalah hidup, tetapi kita mau memilih mengikut Tuhan Yesus. Mengikut Tuhan Yesus berarti kita mau hidup tidak bercacat tidak bercela seperti Dia. Dan ini pilihan, dan mestinya kita sadar kita tidak dapat dan memang tidak boleh menghindarinya. Mengapa kita selama ini tidak berani dan banyak orang juga tidak berani? 

Yang pertama, karena konsep yang salah bahwa manusia tidak bisa sempurna. Padahal masing-masing orang memiliki standar/target kesempurnaan yang berbeda-beda. Kesempurnaan bukan ditinjau dari sudut pandang manusia. Jadi tidak seorang pun tahu. Kesempurnaan harus dipandang dari sudut pandang Allah dan Allah tahu asal kita sudah memenuhi semua yang Allah kehendaki untuk kita lakukan; kita mencapai kesempurnaan. Dari bangun tidur jaga mulut, ketika masuk kantor kita menghadapi berbagai masalah, kita mengambil keputusan secara tepat dan lain sebagainya. Kesempurnaan itu dibangun dari hal itu. Ini yang Tuhan kehendaki. Ini yang Allah mau.

Jadi kita jangan berpikir orang tidak bisa suci. Suci itu apa? Sederhananya, suci itu artinya semua yang kita pikirkan, semua yang kita putuskan, pilihan kita, sesuai dengan yang Allah kehendaki. Jangan berpikir mistik, harus berpikir riil dan natural, faktuil begitulah faktanya. Jadi setiap kali kita diperhadapkan kepada keputusan, pilihan, kita bertindak sesuai dengan yang Allah kehendaki. Dan itulah kesucian. Jangan kita merasa tidak mungkin bisa mencapai itu. Kalau orang sudah berpikir tidak bisa mencapai hal itu, maka lumpuhlah hidup rohaninya. Selama ini juga ada orang-orang yang berkata kita tidak perlu berjuang lagi karena Yesus yang berjuang. Kita tidak perlu pamer jasa. Siapa yang mau pamer jasa? Kita itu punya jasa apa? Keselamatan didapat oleh anugerah dimulai dari salib Kristus. Tetapi untuk berubah menjadi serupa dengan Yesus harus ada proses melalui pemuridan, pendewasaan, transformasi, konversi, pertobatan terus menerus. Jadi mengapa orang tidak mau mengambil keputusan hidup tidak bercacat tidak bercela? Karena memiliki pikiran yang salah. Maka, jangan berpikir salah lagi.

Yang kedua, karena pengalaman hidup yang jatuh bangun. Karena perjalanan hidup yang jatuh bangun, maka orang mulai berpikir bahwa ia tidak mungkin bisa hidup suci. Inilah yang membuat orang atau kita menjadi lemah melihat jejak rekam kita yang tidak karu-karuan, jatuh bangun terus menerus itu. Padahal mestinya kita tidak menoleh ke belakang. Jangan menarik hari kemarin masuk hari ini, kalau kemarin kita memiliki banyak pergumulan persoalan, kita jatuh bangun jatuh bangun; jangan diingat lagi, jangan menoleh ke belakang. Hidup ini berat seperti memasuki padang gurun, tetapi Tuhan akan memimpin kita. Mengapa orang tidak berani hidup suci? 

Ketiga, karena masih mencintai dunia. Masih mencintai dosa-dosa yang dia mau nikmati. Ayo, kita berhenti berbuat dosa. Ayo, kita berjuang. Saya yang berbicara ini akan dituntut orang di sekitar saya untuk membuktikan kelakuan saya. Dari isteri, anak-anak, atau siapa pun di sekitar saya. Tetapi, inilah keputusan yang terbaik dan sangat menguntungkan. Ayo, jangan takut! Roh Kudus akan pimpin kita.

Teriring salam dan doa,

Erastus Sabdono

Konsep yang salah bahwa manusia tidak bisa sempurna membuat seseorang tidak berani untuk hidup suci