Seperti apa yang dikatakan oleh Tuhan kita Yesus Kristus di dalam Yohanes 17:16 bahwa “kamu bukan berasal dari dunia ini,” karenanya kita tidak boleh merasa betah di dunia. Saya kira, kita sama; orang-orang yang pernah betah di dunia. Mungkin sebagian kita juga masih betah di dunia. Kita harus tidak merasa betah hidup di bumi ini karena kita bukan dari dunia ini. Untuk bisa merenungkan, menghayati, dan benar-benar menerima hal ini sehingga kebenaran ini mencengkeram jiwa kita, kita yang harus memaksa diri. Kita harus perintahkan seluruh saraf-saraf kita untuk menghayati bahwa kita bukan berasal dari dunia ini. Inilah yang membuat kita lebih bisa meninggalkan hal-hal yang tidak patut. Lebih bisa hidup suci, lebih bisa mengampuni orang, menerima orang lain, tidak membalas dendam, dan bisa lebih kokoh, tabah menghadapi segala keadaan dan kesulitan hidup. Tetapi terutama, kita bisa lebih benar-benar berkemas-kemas pulang ke surga.
Seperti bangsa Israel yang dituntun Tuhan keluar dari Mesir ke Kanaan; kita dituntun Tuhan keluar dari “Mesir dunia” ini ke langit baru bumi baru. Ini bukan hal yang mudah, karena kita punya alam berpikir yang sudah lama rusak. Tetapi oleh Firman yang kita dengar, dan ketegasan hati kita yang memerintahkan saraf-saraf kita untuk mengakui bahwa kita bukan berasal dari dunia ini, kita bisa menghayatinya dan kita bisa benar-benar merenungkannya, sampai kita tercengkerami oleh kebenaran bahwa kita bukan berasal dari dunia ini. Dunia kita makin sulit. Kalau kita benar-benar memfokuskan diri pada perjalanan pulang ke surga, Tuhan pasti melancarkan jalan kita. Hal-hal yang mengganggu pertumbuhan iman kita, akan disingkirkan. Hal-hal itu bukan saja kesulitan, melainkan juga kenyamanan. Tuhan membuat kenyamanan kita diambil sehingga kita tidak nyaman. Supaya, dengan tidak nyaman itulah kita memandang Tuhan.
Sebagian besar kita mengalami dimana ketika kita punya komitmen untuk berkemas-kemas pulang, Allah membuka jalan untuk benar-benar tidak ada hambatan. Yang menghambat bukan saja kesulitan, melainkan juga kekayaan, kenyamanan. Jadi, kadang-kadang Tuhan membuat hidup kita jadi sulit. Itu bukan karena Tuhan mau mempersulit kita, tetapi Tuhan tahu bahwa dengan kesulitan itu, kita dibuat-Nya untuk lebih fokus ke langit baru bumi baru. Ini luar biasa. Jadi, dengan kesulitan hidup itu, kita dibawa Tuhan ke langit baru bumi baru. Kita bersyukur kalau Tuhan izinkan kita harus mengalami banyak kesulitan, dan melalui kesulitan itu, justru kita mendapat jalan lebar untuk pulang ke surga. Saya mengalami bagaimana Tuhan menekan saya dengan banyak masalah, kekecewaan, kepedihan hati, tetapi itu yang membuat saya semakin melangkah mantap!
Mengapa Tuhan tidak membuat semua masalah dan kesulitan kita selesai dengan mudah? Mengapa Tuhan mengizinkan kita punya persoalan ini? Beban ini? Ternyata, hanya supaya kita tidak betah! Sementara kita melakukan pekerjaan Tuhan di bumi, kita tidak boleh menjadikan pekerjaan itu—apakah itu pekerjaan gereja atau non-gereja—sebagai kebahagiaan untuk mencapai kesenangan-kesenangan pribadi. Semua harus kita berikan untuk kemuliaan Tuhan. Ini merupakan hal yang sulit sekali bagi sebagian orang, terutama bagi mereka yang beruang. Sulit, karena biasanya dengan uang dan harta itu, mereka bisa terbang tinggi semau mereka, dan mereka bisa mencapai apa yang mereka mau dapatkan di bumi ini dengan segala kesenangannya. Tetapi, kita pun punya sayap lain yang terbang ke arah yang berbeda, yaitu ke langit baru bumi baru.
Bulatkan tekad kita untuk mengenakan prinsip ini dalam kehidupan kita yang singkat di bumi ini. Bumi ini bukan rumah kita; kita bukan berasal dari dunia ini. Kehidupan kita yang sesungguhnya ada di langit baru dan bumi yang baru. Untuk itu, mari paksa diri kita untuk menghayati dan mengenakannya. Jangan sampai kita menunda, hingga akhirnya terlambat dan menyesal. Mumpung masih ada denyut nadi, detak jantung, kita berubah.
Untuk bisa merenungkan, menghayati, dan benar-benar menerima bahwa kita tidak boleh merasa betah di bumi, kita harus memaksa diri.