Allah sebagai Bapa, benar-benar menginginkan kita memiliki keberadaan seperti Dia. Allah tidak menahan berkat-Nya karena Ia benar-benar ingin kita berkodrat iIahi. Bapa ingin kita mengambil bagian di dalam kekudusan-Nya, seperti yang dikatakan dalam 2 Petrus 1:3-4, “Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.”
Jangan meragukan kebaikan Bapa, kehendak Bapa, usaha Bapa, untuk mengubah kita. Masalahnya pada kita, kita sering kurang atau tidak memiliki kerinduan yang kuat untuk berkodrat ilahi. Kita merasa hal itu tidak dapat dicapai atau menganggapnya tidak penting. Mari mengubah cara berpikir yang salah. Jangan hidup di dalam kesesatan! Kita harus berpikir dengan benar, bahwa Bapa di surga sangat menginginkan kita berkeberadaan seperti Diri-Nya.
Maka, Tuhan Yesus berkata, “Kamu harus sempurna seperti Bapa” (Mat. 5:48). Dalam Yohanes 1:12-13 dikatakan, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.”
Hal ini melalui proses, karena Bapa mau menggarap kita seperti janin di dalam kandungan yang dirawat sampai lahir menjadi anak manusia dan bertumbuh dewasa, sempurna. Kita harus benar-benar memberi diri! Yakinlah Allah Bapa menghendaki kita berkodrat ilahi atau mengambil bagian dalam kekudusan-Nya. Sungguh suatu keniscayaan, artinya kita bisa benar-benar mencapainya. Untuk itu, kita harus memberi diri diubahkan Tuhan dan tetap dalam persekutuan dengan Allah. Kita selalu minta petunjuk dan bimbingan Bapa; bagaimana bisa mengalami kelahiran baru dan menjadi manusia baru.
Bukan hanya merasa-merasa saja, lalu mengaku telah mengalami kelahiran baru. Benar-benar berproses; dari Firman yang didengar, pengalaman hidup di mana Allah mendewasakan kita melalui kejadian. Berproses terus sampai kita dapat mengalami dan merasakan bagaimana menjadi manusia baru di dalam Tuhan yang terus-menerus dibarui. Sering kali, kebanyakan orang Kristen beperkara dengan Tuhan bukan untuk masalah prinsip; yaitu menjadi manusia baru di dalam Tuhan yang berkodrat ilahi atau mengambil bagian dalam kesucian Allah. Sering kita sibuk dengan banyak urusan fana.
Tidak salah kita berdoa dan memperkarakan masalah-masalah fana dengan Allah Bapa. Memang Bapa juga menghendaki agar kita membawa seluruh permasalahan hidup kepada Tuhan. Tetapi mestinya yang menjadi masalah utama adalah diri kita; bagaimana menjadi manusia baru di dalam Tuhan, bagaimana berkodrat ilahi dan mengambil bagian dalam kekudusan Allah. Di situlah kita benar-benar menjadi manusia baru yang mengalami kelahiran baru. Jadi kelahiran baru bukan sesuatu yang sederhana. Jangan dinaifkan, dipermiskin, didangkalkan dengan pengertian yang sempit, salah, bahkan meleset.
Jangan berpikir kalau sudah rajin ke gereja berarti lahir baru. Jangan berpikir kalau sudah menjadi seorang yang bermoral baik berarti sudah mengalami kelahiran baru. Agama-agama di dunia juga mengajarkan hal tersebut. Lalu apa bedanya dengan kelahiran baru, menjadi manusia baru di dalam Tuhan? Menjadi manusia baru berarti berkodrat baru, berkodrat ilahi. Itu indah sekali. Luar biasa! Sampai kita tidak bisa berbuat salah. Kalau masih meleset—dengan perkataan atau tulisan di media sosial—berarti kita belum bersih menjadi manusia baru. Kita belum menjadi manusia baru yang ideal, seperti yang Allah kehendaki.
Firman Tuhan benar-benar harus kita perhatikan. Di dalam Efesus 4:22-24, Firman Tuhan mengatakan, “Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” Bapa memberi kita potensi untuk menjadi manusia baru. Kita harus berjuang untuk menjadi manusia baru.
Kita yang harus mengenakan! Bukan dikenakan oleh Tuhan. Kita harus berjuang untuk menanggalkan manusia lama, dan mengenakan manusia baru! Ini harus menjadi doa kita, memohon belas kasihan dari Bapa Yahweh, Elohim kita. Minta belas kasihan dari Allah dan Bapa, Tuhan kita Yesus Kristus untuk pembaruan hidup yang terus menerus berlangsung di dalam hidup kita. Sebelum menutup mata, kita sudah diubahkan, benar-benar menjadi manusia baru yang berkodrat ilahi. Hal itulah yang melayakkan kita masuk ke dalam rumah Bapa, menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Layak menjadi umat-Nya.
Jangan meragukan kebaikan Bapa untuk mengubah kita.